Buka Layar

Pentingnya Keamanan Digital dalam Merawat Organisasi

FGD (Focus Group Discussion) Engage Media bertajuk Refleksi Kritis Gerakan Hak Digital di Indonesia, telah diselenggarakan di Jakarta, pada Sabtu, 14 Januari 2023 di STHI (Sekolah Tinggi Hukum Indonesia). Acara tersebut merupakan forum bagi para penggiat hak digital untuk berkumpul dan merefleksikan tantangan-tantangan, seperti bagaimana aktivisme dan hak digital secara khusus telah menjadi kekuatan dalam mempromosikan dan melindungi hak-hak dasar warga negara Indonesia. FGD merupakan teknik diskusi kelompok yang membahas suatu topik atau isu untuk melahirkan kesepakatan baru. Dalam sebuah FGD itu sendiri terdapat fasilitator, pembagian beberapa kelompok, kesamaan latar belakang peserta, pelaksanaan di dalam ruangan dengan kurun waktu yang berbeda-beda.

Hak digital adalah salah satu bagian dari hak asasi manusia. Setiap orang berhak untuk menikmati dan menggunakan dengan bebas media digital. Setiap orang dapat mengekspresikan diri secara aman, pribadi/privat terjamin dan berkelanjutan dan orang tak dapat diganggu/dibatasi aksesnya dalam penggunaan media digital. Beberapa negara mengakui hak digital dan mengimplementasikannya dalam hukum positif, sehingga setiap orang berhak mengakses informasi, mengekspresikan dirinya dengan aman. Hak digital dimiliki oleh setiap orang tanpa melihat jenis kelamin, ras, suku, agama, gender, dan lain-lainnya.

Rainbow (Direktur Unit Kreatif) bersama Vica (Direktur Eksekutif) mewakili Qbukatabu di FGD Engage Media. Keikutsertaan diawali oleh Vica mendaftar mengikuti Forum Asia Pasifik Digital. Peserta kegiatan tersebut diikuti oleh organisasi-organisasi HAM, penggerak atau media yang membahas tentang HAM.

Beberapa topik pembahasan meliputi: lingkungan aman dan peka gender serta disabilitas, pengelolaan ilmu pengetahuan dan pembelajaran lintas organisasi, infrastruktur teknologi dan keamanan organisasi, dukungan strategi litigasi dan penelitian hukum, penguatan metodologi riset, memperkuat dan mengembangkan kampenye kreatif dan keberlanjutan sumber daya. Topik-topik tersebut didiskusikan dalam 4 panel yakni pengelolaan pengetahuan (knowledge management), ruang kerja yang aman, memformulasikan kampanye yang efektif dan infrastruktur organisasi.

Rainbow dan rekannya, Vica, berada di panel yang berbeda. “Untuk sesi pertama Vica ada di panel satu tentang lingkungan kerja peka gender dan disabilitas sedangkan aku ada di panel pembahasan knowledge management dan pembelajaran lintas organisasi. Lalu untuk sesi kedua Vica ada di panel pembahasan tentang infrastruktur teknologi dan keamanan organisasi, aku ada di panel pembahasan tentang kampanye kreatif berbasis lokal terhubung dengan jaringan dan isu Asia Pasifik.”

Rainbow menjelaskan tujuan kegiatan ini adalah konsolidasi, merefleksikan tantangan dan keberhasilan gerakan hak digital di Indonesia. Sebagai organisasi yang menggunakan platform digital atau berkampanye lewat digital, ini sangat penting bagi Qbukatabu yang mempromosikan identitas seksual, hak seksualitas dan reproduksi melalui platform digital. Masyarakat cenderung mengasosiasikan hal ini sebagai pornografi sehingga ada banyak tantangan seperti cracker, hacker, doxing, outing, dll. Melalui digital pula orang bisa melakukan ujaran kebencian, bully, pencemaran nama baik, peretasan, hacking dan yang lainnya.

“Sebenarnya acara kemarin itu bagian dari rangkaian kegiatan Asia-Pasific Digital Rights Forum yang diselenggarain dari tanggal 12-14 januari 2023. Dua hari pertama secara daring regional Asia-Pasific terus hari ketiga diskusi tatap muka berupa FGD regional khusus Indonesia”. Selama proses FGD berlangsung, kegiatan tersebut direkam secara audio sebagai acuan kegiatan advokasi, penelitian, analisis Engage Media. Data tersebut disimpan di sistem penyimpanan cloud internal Engage Media.

“Setelah mengikuti kegiatan kemarin, hal yang pertama kami lakukan adalah sharing ke internal Qbukatabu, seperti knowledge management, lingkungan kerja aman dll. Lalu kita juga memperoleh saran penggunaan icloud yang aman, mendapatkan tawaran vpn, dan jika ada masalah konten di-ban atau dilaporkan, maka ada jaringan untuk bantuan hukumnya. Ini kesempatan yang bagus untuk memfollow-up rencana-rencana kita. Lalu kita juga mengetahui bagaimana caranya agar konten kita aman, tidak mudah dicekal, tidak cepat turun atau di-block” jelasnya lagi. Rainbow mengatakan akan melakukan konsultasi ke jaringan yang lebih menguasai penggunaan platform digital yang aman. Keamanan digital sangat diperlukan Qbukatabu mengingat semua bekerja dari rumah masing-masing sehingga jika terjadi peningkatan pertukaran arus data maka resiko serangan siber pun ikut meningkat.

Rainbow juga mengapresiasi kepada penyelenggara karena peserta sudah relatif beragam. “Kedepannya bisa lebih dimaksimalkan untuk latar belakang organisasi yang lebih beragam. Kemarin banyak organisasi yang basisnya penelitian. Mungkin karena organisasi-organisasi tersebut banyak menggunakan internet dan teknologi elektronik. Organisasi-organisasi akar rumput seperti organisasi transgender, buruh sebenarnya juga menggunakan teknologi dan internet, radio untuk pengorganisiran dan kampanye. Mungkin akan menarik jika panitia juga mengundang mereka untuk sharing pengalamannya.” Ia juga menyarankan agar FGD untuk satu hari kegiatan dengan peserta 20 orang lebih bisa disempitkan hanya 2 topik saja sebab waktu elaborasi pengalaman setiap orang yang pendek dan terbatas namun kehadiran peserta yang banyak. “Menyenangkan karena dapat ketemu dan diskusi sama jaringan-jaringan baru. Lalu akan ada pertemuan luring untuk ngomongin hak digital se-Asia Pasifik. Pastinya akan asik banget. Jadi Tabumania yang ingin ikut, dapat pantengin websitenya Engage Media” tutup Rainbow.

Artikel ini ditulis oleh Maura.

Maura, anggota dari salah satu komunitas dengan latar belakang buruh dan pedagang. Lahir di Tasikmalaya, besar di Jakarta. Pecinta hewan. Penyuka makanan pedas.

Portal pengetahuan dan layanan tentang seksualitas berbasis queer dan feminisme. Qbukatabu diinisiasi oleh 3 queer di Indonesia di bulan Maret 2017. Harapannya, Qbukatabu bisa menjadi sumber rujukan pengetahuan praktis dan layanan konseling yang ramah berbasis queer dan feminisme; dan dinikmati semua orang dan secara khusus perempuan, transgender, interseks, dan identitas non-biner lainnya.

0 comments on “Pentingnya Keamanan Digital dalam Merawat Organisasi

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: