Buka Layar

Belajar di CoP: Trauma Bonding, Apa dan Gimana Tandanya?

Trauma bonding merupakan kelekatan emosional antara penyintas dan pelaku kekerasan karena adanya siklus kekerasan fisik dan emosional. Membuat korban kekerasan bergantung pada pelaku, seakan-akan hanya pelaku yang dapat memberikan kebutuhan korban seperti kebutuhan afeksi.

Hal ini disampaikan Psikolog Hati Plong, Josephine Indah Setyawati dalam Webinar Community of Practice (CoP) pada Sabtu, 3 Desember 2022. CoP merupakan jejaring kreator konten digital yang aktif membagikan informasi dalam bidang kesehatan reproduksi remaja (KRR). CoP berfungsi sebagai platform manajemen pengetahuan untuk berbagi praktik terbaik, alat, penelitian, dan sumber daya lainnya di antara pembuat dan praktisi. CoP dikembangkan dan difasilitasi oleh United Nations Population Fund (UNFPA) sejak 2020. Saat ini anggota CoP terdiri dari sekitar 40 anggota, mulai dari influencer individu, organisasi orang muda, perusahaan media, perusahaan media, maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari berbagai daerah di Indonesia. Kreator konten kespro tidak hanya memproduksi konten sebagai media edukasi dan kampanye. Namun, juga mendorong diskusi dua arah dengan berbagai pemangku kepentingan dalam perjuangan hak-hak kespro, termasuk hak untuk terbebas dari kekerasan seksual, melalui webinar.

Lebih lanjut dalam webinar dengan tema “Memutus Rantai Trauma Bonding dalam Situasi Kekerasan terhadap Perempuan” tersebut, Josephine menguraikan ada tujuh tahapan dalam trauma bonding. Tujuh tahapan tersebut yang pertama love bombing, yaitu di awal relasi dengan menunjukkan rasa cinta secara berlebihan. Tahapan kedua adalah trust & dependency yaitu pelaku bersikap seperti orang yang sangat dipercaya. Jika korban tampak ragu akan dibuat merasa bersalah. Tahap ketiga adalah criticism yaitu pelaku akan mengkritik semua hal tentang korbannya hingga korban menyalahkan diri dan merasa layak dipersalahkan. Tahap keempat manipulasi, pelaku akan memanipulasi korban secara psikologis. Tahap kelima resignation & giving up yaitu korban bersikap menyerah mengikuti keinginan pelaku untuk menghindari konflik. Tahapan keenam loss of self yaitu korban merasakan distress, kehilangan dirinya sendiri, dan merasa tidak memiliki Batasan diri yang jelas. Tahap ketujuh the cycle repeats yaitu siklus berulang, kepercayaan terhadap pelaku mulai terbangun lagi.

Lalu seseorang mengalami trauma bonding dengan menunjukkan tanda-tanda antara lain relasi yang tidak stabil, berfikir bahwa tidak akan bertahan hidup tanpa pasangan, terus menerus mementingkan kebutuhan orang lain tanpa memikirkan kebutuhan sendiri, merasa tidak lepas dari relasi yang tidak sehat. Selain itu orang tersebut juga merasa yakin bahwa dirinya layak menerima kekerasan karena memiliki kesalahan, ia juga mengabaikan red flags (tanda bahaya). “Orang tersebut yakin bahwa tidak ada lagi orang yang bisa menerima dan mencintai selain pelaku. Kemudian tanda lainnya korban akan terus menerus mempercayai pelaku meski orang sekitar mengatakan sebaliknya.”kata Josephine.

Sementara itu Tata Yunita dari Tenggara Youth Community dan @perempuantimor menjelaskan mengenai trauma bonding sebagai keterikatan emosional yang mendalam, berkembang dalam suatu hubungan, ditandai dengan pelecehan yang bersifat emosional, fisik bahkan keduanya. “Pelaku mempertahankan kontrol melalui berbagai taktik yang pada akhirnya membuat korban percaya bahwa mengakhiri hubungan adalah suatu tindakan yang menakutkan dan tidak mungkin bisa dilakukan.”jelasnya.

Tata juga mengatakan trauma bonding bisa terjadi ke siapa saja dan dalam bentuk apa saja. Misalnya dalam kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan anak, pelecehan orang tua, eksploitasi tenaga kerja illegal, penculikan atau penyanderaan, perdagangan manusia, dan ekstremisme agama.

Sedangkan Vevi Alfi Maghfiroh, Manajer Media Sosial Mubadalah.id menguraikan mengenai alasan seseorang bertahan dari situasi kekerasan dan menerima begitu saja. Menurutnya hal ini disebabkan orang tersebut takut adanya pembalasan. Kemudian orang tersebut tidak mempunyai tempat berlindung. Selain itu ketakutan dianggap sebagai aib dan dicerca masyarakat. “Rasa percaya diri yang rendah, lalu alasan untuk kepentingan anak, masih mencintai pasangan dan berharap ada perubahan, serta alasan mempertahankan relasi perkawinan, dll” jelasnya. Vevi juga membagikan informasi mengenai cara untuk mendukung korban kekerasan yaitu dengan mendengarkan ketika korban menceritakan, memberi dan menguatkan korban dengan informasi yang mendukung.

Selain menggelar webinar sebagai  bagian dari kegiatan peningkatan kapasitas diri, CoP juga mengadakan retret yang diikuti member CoP termasuk Qbukatabu. Retret ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan anggota CoP dan remaja umumnya, termasuk untuk mengetahui upaya dalam menghentikan pola perilaku kekerasan berbasis gender di dalam hubungan interpersonal. Dalam kesempatan retret kali ini, yang pertama kali dilakukan luring, anggota-anggota CoP melakukan refleksi berbagai kegiatan yang sudah dilakukan, hal-hal yang sudah baik maupun hal-hal yang perlu ditingkatkan. Hal-hal yang sudah baik diantaranya perluasan jangkauan konten antar anggota jejaring CoP, jejaring, konten peningkatan kapasitas (kelas mentoring), pengaturan pengetahuan (referensi) untuk membuat konten melalui google site CoP, pembuatan kembali (re-create) konten komunitas, keterlibatan yang bermakna dalam pertemuan lain dengan pemerintah atau mitra lain, support system dari antar anggota, adanya live Instagram maupun webinar, dll. Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan diskusi mengenai usulan dari anggota CoP untuk rencana tindak lanjut di tahun 2023.

0 comments on “Belajar di CoP: Trauma Bonding, Apa dan Gimana Tandanya?

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: