Beberapa jaringan masih melihat konteks perempuan yang biner dan dalam peran domestik, Esbisquet dan Solidaritas Perempuan Mamut Menteng mengadakan diskusi kelas regular dengan tema keberagaman terhadap identitas perempuan. Dalam diskusi tersebut yang menjadi pemantik diskusi adalah Ajeng dari Esbisquet dan Herta sebagai penanggap dari SP.
Dalam diskusi tersebut membongkar pemahaman terkait ragam identitas perempuan bukan hanya sebagai peran-peran domestik, membongkar pemahaman identitas yang kemudian bagaimana masyarakat mengotak-ngotakkan terkait identitas termasuk peran gender.
Dalam diiskusi ini narasumber mengenalkan betapa sulitnya menjadi minoritas kelompok seksual dan gender yang memiliki layer penindasan lebih bawah atau berlapis dan dalam diskusi ini memperkenalkan buku “Cerita Sehari-hari Diri dan Semua yang Mengitari” (CSSM) yang ditulis oleh beberapa kawan komunitas minoritas seksual dan gender yang aktif di organisasi di Indonesia. Cerita dalam buku ini bagaimana membongkar perempuan dan ragam identitas dalam segala aspek kehidupan. Dalam buku ini juga banyak menceritakan bagaimana menjadi kelompok seksual dan gender yang slalu di batasi dalam ruang-ruang personal dan sosial.
Diskusi ini dilaksanan di seketariat Esbisquet 5 Maret 2022 tersebut juga mendapatkan kesan dari peserta bahwa cerita di dalam buku CSSM menjadi gambaran bagaimana komunitas itu sama seperti masyarakat pada umumnya. Sehingga wajib diketahui oleh semua orang agar tidak ada lagi yang menganggap berbeda.
Di akhir sesi, Ajeng memberikan pesan dan harapan kepada seluruh peserta yang hadir dan pengingat diri sendiri bahwa setiap penggerak komunitas memiliki peran yang penting bukan hanya sebagai pelengkap tetapi juga terlibat.
(Penulis artikel ini adalah Ajeng Kartika Dzhievie, seorang transpuan yang suka dengan tantangan dan pembelajaran dalam hidupnya. Ajeng aktif di komunitas dan organisasi sejak tahun 2000. Kegemaran Ajeng pada tato membuatnya beda dari kebanyakan kawan transpuan lainnya)
0 comments on “Diskusi Pengenalan Buku Keragaman terhadap Identitas”