Buka Akses Buka Cerita

Peluncuran Buku “Cerita Sehari Hari Diri dan Semua yang Mengitari” di Kota Banda Aceh

Dalam rangka kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (16 HAKtP), RPUK melalukan kegiatan peluncuran buku Cerita Sehari-Hari Diri dan Semua yang Mengitari (CSSM). Kegiatan tersebut dilakukan pada 3 Desember 2021 yang berkolaborasi dengan PKBI Aceh. Dalam aktivitasnya, peluncuran buku diadakan dengan metode talkshow yang dipandu oleh Agus Agandi dari PKBI Aceh. Talkshow dibuka oleh Eva Khovivah selaku direktur PKBI Aceh yang menyampaikan tentang apa dan bagaimana 16HAKtP diperingati, sekaligus menjelaskan bahwa agenda peluncuran buku CSSM menjadi ruang silaturahmi bersama komunitas transpuan yang menjadi dampingan PKBI Aceh. 

Pada agenda utama, dilakukan dengan proses tanya jawab dari Agus Agandi bersama salah satu penulis buku yang berasal dari Aceh, Laila Juari. Para peserta juga mendapatkan kesempatan untuk memberikan tanggapan maupun pertanyaan. Pada agenda peluncuran tersebut, dihadiri oleh kurang lebih 15 orang dari beragam organisasi di Aceh yaitu; Aceh Women Peace Foundation (AWPF), 3 orang transpuan dari Komunitas Tarena, 2 orang transmen, 2 orang dari Kontras Aceh, 6 orang Komunitas Muda CMPP-PKBI Aceh, Mahasiswa Master Theory and Practice of Human Rights-University of Essex. Guyuran hujan yang menyirami Kota Banda Aceh hari itu, membuat agenda kegiatan harus mengalami kemunduran waktu selama kurang lebih 1,5 jam. 

Talkshow hari itu berlangsung kondusif, cair, dan santai. Sepanjang diskusi kawan-kawan yang hadir sangat antusias untuk merespon dan memberi pernyataan. Host memberikan penulis untuk menjelaskan awal mula inisiatif tentang rencana penulisan kreatif tersebut. Penulis menjelaskan bahwa aktivitas tersebut diinisiasi oleh Qbukatabu, sebagai komunitas dan juga portal pengetahuan serta layanan tentang seksualitas berbasis queer dan feminisme. Penulis juga menjelaskan tentang tujuan dari pelatihan menulis dan dinamika yang terjadi dari awal penguatan kapasitas hingga para peserta mendapatkan kemampuan untuk menulis non-fiksi yang menarik. Adanya perasaan maju dan mundur peserta dikarenakan rasa kurang percaya diri, juga kesulitan dalam memulai untuk menulis, sampai kepada persoalan keberanian dalam mengungkap dengan jujur cerita-cerita tentang dirinya secara personal. Proses penulisan tersebut menjadi proses healing buat masing-masing peserta. 

Gaya kocak dari pemandu acara mampu mencairkan suasana yang cukup dinamis dalam peluncuran buku CSSM hari itu. Terlihat jelas antusiasme anak-anak muda yang hadir, meski dari komunitas Tarena tidak memberikan banyak komentar. Meski demikian, mereka cukup antusias ketika ada kuis yang diberikan oleh panitia kegiatan dan berhadiah buku CSSM. Kuis yang diadakan oleh PKBI Aceh dikaitkan dengan peringatan 16HAKtP. Tidak hanya aktivitas talkshow dan giveaway, agenda peluncuran dimeriahkan dengan persembahan lagu dari Kevin untuk penulis. 

Terdapat pertanyaan yang muncul pada hari itu, di antaranya, “apa yang dirasakan penulis saat memutuskan untuk menulis dan setelah penulisan selesai?” Ada juga pertanyaan lainnya, “Apa yang meyakini penulis untuk akhirnya mau menulis?” Selain itu, terdapat pertanyaan, “Kenapa penulis dalam buku ini hanya 15 orang padahal bisa lebih banyak?” Tak kalah menarik, terdapat pertanyaan tentang, “Apa itu feminis dan feminisme? Serta mengapa banyak isu negatif ketika bicara feminisme di masyarakat?” Pertanyaan lainnya, “Apakah ada ritual khusus untuk bisa menulis?” “Apakah ada rencana ke depan untuk menulis lagi untuk projek sendiri?” Dan, “Mengapa masih konsisten memilih menjadi feminis padahal itu bukan pilihan popular?”

Penulis memberikan respon dengan antusias dengan tujuan awal dari kegiatan menulis yang dilakukan Qbukatabu yaitu untuk memperbanyak narasi tentangmemahami, mengenali dan juga perjuangan teman-teman queer dan feminis di lintas isu seksualitas serta gender. Penulis yang adalah seorang feminis merasa tertarik untuk menjadi bagian dalam penulisan tersebut. Mengidentifikasikan sebagai feminis karena mengakui begitu banyak persoalan kekerasan dan diskrjminasi terhadap perempuan di lintas isu gender dan seksualitas serta berupaya melakukan sesuatu untuk mengatasi persoalan tersebut, dari lingkup diri sendiri, keluarga maupun masyarakat yang lebih luas. Hal itu menjadi motivasi awal penulis tertarik untuk menjadi bagian dalam kegiatan Qbukatabu. 

Dalam proses memulai menulis memang penuh tantangan, termasuk tidak percaya diri untuk eksplorasi pengalaman diri, mau mulai dari mana, dan juga soal kemampuan menulisnya. Beruntungnya Qbukatabu menyediakan ruang penguatan untuk cara menulis karya non fiksi dengan menghadirkan seorang penulis yang pernah mewakili Indonesia di Inggris Book Fair tahun 2019 di Inggris, Mbak Reda Gaudiamo. Melalui kegiatan itu, penulis belajar banyak dari beliau untuk bisa menulis dengan “jujur” tentang siapa diri saya, bagaimana pergulatan saya dengan isu kesetaraan gender dan awal mula saya tertarik dengan isu tersebut. 

Penulis mengakui bahwa tulisan yang dibuat bukan yang terbaik dalam menggambarkan pengalaman diri dan kerja-kerja yang selama ini dilakukan di lembaga RPuK. Namun ada kebanggaan dan kebahagiaan tersendiri ketika sudah mampu menumpahkan salah satu bagian hidup penulis dan pergulatannya sehingga akhirnya tetap memilih untuk bergerak bersama di isu kesetaraan gender ini. 

Penulis pernah beranggapan, apa yang dijalani adalah takdir perempuan. Penulis hanya berpikir bahwa kehidupan perempuan seperti apa yang sudah dijalani selama ini. Perempuan harus penurut, melakukan semua pekerjaan rumah karena nanti saat menikah akan terus melakukan hal itu, melayani suami, bergantung secara ekonomi pada suami karena suami adalah kepala keluarga dan mendiamkan semua kekerasan jika terjadi kekerasan terhadap istri.

Ternyata tidak demikian adanya, realitas di sekitar dan pengetahuan keadilan gender yang telah didapatkan, telah memberi cara pandang yang berbeda tentang laki-laki dan perempuan, yang memandang keduanya setara. Perempuan dan laki-laki harus saling mengisi dalam kehidupan, baik di rumah tangga, komunitas maupun bernegara. Islam yang kupahami pun memiliki nilai kesetaraan yg diajarkannya dalam membangun relasi, anti kekerassn dan selalu memberi ruang yang sama utk laki-laki dan perempuan dlm berkarya.

Di satu sisi menulis ini jadi healing buat penulis pribadi yang butuh ruang khusus untuk dapat mengungkapnya dengan jujur. Hal itu menjadi sangat penting bagi penulis. Penulis berharap tulisan dari beragam lintas isu gender dan seksualitas ini menjadi inspirasi bagi publik dalam memahami pengalaman nyata kawan-kawan dengan lebih mudah, dan melihatnya sebagai persoalan yang harus diperjuangkan karena ia adalah persoalan kemanusiaan.

Di akhir agenda peluncuran, 2 dari 10 buku CSSM yang ada pada penulis diberikan kepada perpustakaan PKBI Aceh dan sisanya menjadi hadiah giveaway untuk peserta yang dapat menjawab dari pertanyaan kuis. Selamat kepada pemenang giveaway dan mendapatkan buku CSSM; Azharul Husna, Irma, Agus, Rina, Mirza, Abulis, Aline, dan Kevin. Semoga menginspirasi dan mendorong kawan-kawan untuk menulis. 

(Artikel ini ditulis oleh Laila Juari, perempuan kelahiran 44 tahun lalu adalah putri dari ibu nurhayati dan ayah muhammad djohan. Sejak kecil hingga SMA bersekolah di aceh utara dan memilih kuliah di Jogjakarta di Fisipol UGM. Sudah hampir 20 tahun aktif di dunia kerja kerja pemenuhan hak perempuan dan saat ini memimpin sebuah LSM di Aceh, Tim relawan perempuan untuk Kemanusiaan (RPuK) sejak 2015. Terlibat aktif menulis dilakoninya sejak tahun 2012, saat terlibat dalam penulisan catatan dwi tahunan kekerasanbterhadap perempuan di aceh dan menulis buku pengalaman kerja RPuK dalam upaya pemenuhan hak dasar bagi korban DOM di aceh utara, juga hasil riset RPuK untuk isu kekerasan seksual di masa konflik aceh. Jika ingin mengenalnya lebih jauh dapat berkontak melalui fb leilajuari dan email leilajuari17@gmail.com)

Portal pengetahuan dan layanan tentang seksualitas berbasis queer dan feminisme. Qbukatabu diinisiasi oleh 3 queer di Indonesia di bulan Maret 2017. Harapannya, Qbukatabu bisa menjadi sumber rujukan pengetahuan praktis dan layanan konseling yang ramah berbasis queer dan feminisme; dan dinikmati semua orang dan secara khusus perempuan, transgender, interseks, dan identitas non-biner lainnya.

0 comments on “Peluncuran Buku “Cerita Sehari Hari Diri dan Semua yang Mengitari” di Kota Banda Aceh

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: