Buka Imaji

Representasi Feminisme dan Queer dalam Doctor Strange in the Multiverse of Madness

Background Film

Marvel Studios adalah salah satu studio film terbesar dan paling terkenal saat ini. Studio film tersebut paling dikenal untuk seri film pahlawan supernya, yang kisah serta karakternya dibuat berdasarkan komik Amerika yang diterbitkan oleh Marvel Comics. Doctor Strange adalah salah satu karakter pahlawan super dalam Marvel Universe, membuat debut film solonya pada tahun 2016, diperankan oleh aktor Benedict Cumberbatch.

Stephen Strange adalah dokter ahli bedah syaraf yang dikenal karena kemampuannya serta sikap angkuhnya. Setelah mengalami kecelakaan yang menyebabkannya kehilangan karirnya, Strange diperkenalkan pada sihir di Kamar-Taj. Sejak menjadi ahli sihir, Strange melindungi bumi dari berbagai bahaya—yang kemudian membuatnya bergabung dengan Avengers, para pahlawan super.

Feminisme dalam Doctor Strange: MoM dan Keibuan Scarlet Witch

Plot utama dari sekuel film Doctor Strange ini adalah ketika Dr. Strange berusaha melindungi seorang remaja bernama America Chavez (Xochitl Gomez), yang memiliki kemampuan melintasi multisemesta dari Scarlet Witch atau Wanda Maximoff (Elizabeth Olsen) yang telah terpengaruh sihir hitam. Wanda, yang awalnya merupakan salah satu anggota Avengers, mengincar kemampuan America untuk melintasi semesta demi bertemu dengan anak-anak yang ia ciptakan dengan sihirnya.

Perang panjang antara para pahlawan super dan Thanos, sang antagonis utama, merenggut nyawa kekasih Wanda, Vision. Dalam keadaan kalut, Wanda secara tidak sadar menciptakan realita lain dengan sihirnya—dan itulah yang membuatnya hidup dalam ‘kebohongan’ dengan Vision dan ‘anak-anak’ mereka, Tommy dan Billy, dalam seri Wanda Vision (2021).

Setelah kehilangan orang-orang yang dicintainya lagi, Wanda menggunakan Darkhold, sebuah buku sihir terkutuk. Dengan kekuatan Darkhold, Wanda mengincar America Chavez, remaja misterius yang memiliki kemampuan menjelajahi multisemesta. Wanda berharap dengan kekuatan America, ia bisa pergi ke semesta di mana anak-anaknya ‘hidup.’ Demi tujuan tersebut, Wanda, atau Scarlet Witch, tidak ragu untuk membuat kekacauan dan bahkan membunuh orang lain.

Meski terlihat egois dan kejam, Wanda yang telah menjadi tokoh antagonis dalam film Doctor Strange in the Multiverse of Madness, sebenarnya hanyalah sosok perempuan dengan duka yang dalam. Setelah kehilangan seluruh anggota keluarganya, kekasihnya, kemudian ‘anak-anak’-nya, Wanda jatuh dalam lubang keputusasaan. Namun, ia menemukan harapan yang kemudian jadi obsesi buta untuk bersatu kembali dengan anak-anaknya yang hidup dan nyata di semesta lain.

Ketika Doctor Strange bertanya pada Wanda apa yang ia inginkan dari kekuatan America, Wanda tanpa ragu menjawab; “Aku akan meninggalkan realita [semesta] ini, dan pergi ke tempat di mana aku bisa bersama anak-anakku.” Sejak awal terungkapnya Scarlet Witch sebagai antagonis dalam film ini, Wanda mengekspresikan bahwa satu-satunya yang ia inginkan adalah anak-anaknya. Kebahagiaan seorang ibu bersama anak-anaknya; itulah yang mendorong Wanda melakukan tindakan ekstrem yang menjadikannya musuh berbahaya. Namun pada akhirnya, Wanda menyadari kesalahannya setelah bertemu anak-anaknya dari semesta lain di akhir film.

“Aku bukan monster, Stephen. Aku hanyalah seorang ibu.” –Wanda Maximoff (Scarlet Witch)

America Chavez dan Kedua Ibunya

Selain Scarlet Witch, keibuan dalam film Doctor Strange in the Multiverse of Madness juga ditunjukkan lewat flashback dari masa lalu America Chavez. Saat masih kecil, America yang hidup dalam damai bersama kedua ibunya, kehilangan kontrol akan kemampuannya membuka jalan multisemesta. Kejadian tersebut menyebabkan America terpisah dari mereka, dan hidup seorang diri dari satu semesta ke semesta lain.

America sendiri menunjukkan rasa rindu dan kesedihan mendalam pada orang tuanya. Ia berkata pada Doctor Strange bahwa ia telah ‘membunuh’ kedua ibunya dengan tanpa sengaja mengirimkan mereka ke semesta asing yang bisa saja berbahaya. Mendengar ini, Doctor Strange segera membantahnya; “Dengar, kalau kedua ibumu seperti putri mereka, mereka pasti selamat. Aku yakin suatu hari nanti kau akan bertemu mereka lagi.”

Meski hanya ditunjukkan sekilas, adanya pasangan sesama jenis dalam film Marvel cukup mengundang perhatian publik—dan sayangnya bukan perhatian yang positif. Bahkan, film Doctor Strange in the Multiverse of Madness dilarang ditayangkan di beberapa negara karena hal tersebut. Aktris yang memerankan America Chavez, Xochitl Gomez, juga menjadi target komentar jahat orang-orang yang tidak menyetujui adanya karakter LGBTQIA+ dalam film Marvel. Meski begitu, Marvel Studios dan juga Xochitl Gomez tidak ciut karena tekanan tersebut dan tetap mempertahankan latar belakang serta identitas America Chavez sebagai remaja Latina yang queer dan memiliki orang tua sesama jenis.

Bisa dikatakan bahwa dengan adanya queer representation dalam salah satu film dari studio besar dan terkenal saat ini, tidak hanya mengundang sorotan negatif, tetapi juga positif. Adanya keberagaman yang tidak hanya secara ras, tetapi juga orientasi seksual dalam film Doctor Strange in the Multiverse of Madness telah membuat dorongan dan dukungan secara tidak langsung pada komunitas LGBTQIA+.

Review Penulis

Sebagai salah satu penonton setia film Marvel, saya pribadi terkejut dengan arah yang dituju dalam film Doctor Strange in the Multiverse of Madness. Selain ceritanya yang lebih gelap, ada elemen-elemen horror dan kekerasan pada film Marvel kali ini. Meski begitu, sebagaimana film-film Marvel sebelumnya, Doctor Strange in the Multiverse of Madness tetap mempertahankan humor dan adegan action yang menarik. Terlebih lagi, sebagai seorang queer woman, adanya representasi feminisme dan queerness dalam film ini membuat saya terkejut—dalam artian yang positif.

Tentu, film ini tidak bisa dikatakan sempurna. Ada beberapa hal yang menurut saya janggal atau terasa ‘kurang’. Seperti kelompok Illuminati di semesta lain yang menilai Doctor Strange sebagai keberadaan yang paling berbahaya. Kelompok Illuminati ini juga dengan mudah dikalahkan oleh Scarlet Witch, meskipun mereka disebut sebagai kelompok pahlawan super yang melindungi multisemesta.

Tema sentral yang ditunjukkan dalam film ini terkait dengan pertanyaan tentang ‘kebahagiaan.’ Meski memiliki kekuatan jauh di atas manusia biasa, tidak ada jaminan para pahlawan super itu hidup bahagia dan tidak merasa kesepian dalam lubuk hati mereka. Hal ini tercerminkan pada Wanda Maximoff yang mengejar kebahagiaan dengan anak-anaknya, juga Doctor Strange yang harus melepas cintanya pada Christine Palmer (Rachel McAdams), mantan tunangannya. Film ini menunjukkan bagaimana manusia—bahkan mereka yang memiliki kemampuan lebih—selalu mencari kebahagiaan sejati mereka.

*******

Artikel ini ditulis oleh Dhara

Dhara, a young queer woman who struggles to stay sane and alive.

Portal pengetahuan dan layanan tentang seksualitas berbasis queer dan feminisme. Qbukatabu diinisiasi oleh 3 queer di Indonesia di bulan Maret 2017. Harapannya, Qbukatabu bisa menjadi sumber rujukan pengetahuan praktis dan layanan konseling yang ramah berbasis queer dan feminisme; dan dinikmati semua orang dan secara khusus perempuan, transgender, interseks, dan identitas non-biner lainnya.

0 comments on “Representasi Feminisme dan Queer dalam Doctor Strange in the Multiverse of Madness

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: