Buka Layar

Merangkul Kisah dalam Semangat

Makassar, Desember 2021, Aku membuka kegiatan dengan memperkenalkan Gamacca dan menyapa teman-teman komunitas LBT yang hadir pada diskusi malam itu di Kedai Sehati Sejiwa, Makassar. Mereka selalu penuh kehangatan dan  mendukungku untuk berbagi cerita. Bhete’ juga tidak lupa memberi salam dan mengapresiasi kehadiran teman-teman komunitas yang sudah menyempatkan waktunya untuk hadir. Aku dan Bhete’ memperkenalkan diri sebagai salah satu penulis dalam Buku Cerita Sehari-hari yang Mengitari (CSSM). Bhete’ menceritakan kepada teman-teman bagaimana proses pelatihan menulis kreatif yang diawali dengan ketidaktahuan kami dan berakhir hingga mampu membuat tulisan dan disatukan menjadi sebuah buku di kelilingi begitu banyak proses dan suasana yang sangat bercampur aduk. Kami juga berbagi pengalaman dan pengetahuan selama pelatihan menulis yang dilaksanakan oleh Qbukatabu. Aku melanjutkan dengan bercerita bagaimana aku melihat ada banyak orang-orang hebat dan menyatukan kisah dalam satu buku membutuhkan waktu yang cukup lama dan akhirnya Qbukatabu berhasil menginisiasi kegiatan menulis kreatif bersama 15 penggerak organisasi/kolektif feminis queer. Ke-15 penggerak organisasi tersebut mewakili organisasi/kolektif Pelangi Kota Karang (Kupang), Gamacca (Makassar) TalitaKum (Jawa Tengah), Interseks Asia Indonesia, Transmen Indonesia, Esbisquet (Kalimantan Tengah), Kolektif Tanpa Nama (Yogyakarta), Relawan Perempuan untuk Kemanusiaan (RPuK, Aceh), dan Qbukatabu sendiri. 

“Jadi akan ada banyak hal menarik untuk teman-teman baca dan refleksikan”, ucapku.

Setelah banyak berbagi, memasuki pada sesi tanya jawab peserta terkait proses-pembuatan hingga penerbitan Buku CSSM seperti “Apa yang membuat kak Gege ingin menuliskan cerita kak Gege?”. 

“Aku hanya ingin membuat beberapa orang yang kisahnya mungkin tidak jauh beda denganku untuk tetap survive (bertahan). Banyak hal yang menanti mereka di depan sana, banyak petualangan yang lebih menantang.” kataku dengan penuh semangat. 

“Kak apa yang sulit dari proses menulisan buku ini?”, kata Grace. “Menulis itu mudah, yang sulit ketika aku harus mengingat kembali bahkan harus memaksakan mengingat hal yang sebenarnya aku sudah tidak mau tahu”, ucapku. 

“Kak Bhete gimana?”.

“Setiap pengalaman orang berbeda-beda, aku hanya kesulitan menjelaskan sebuah nada untuk dituliskan kedalam tulisan, misalnya yah bunyi suara ketika naik anak tangga seperti apa dan suara-suara lainnya, itu juga membuat aku tertawa sendiri ketika dalam proses penulisan”, ucap Bhete’ sambil tertawa.

Perasaan kami sangat senang karena respon peserta cukup baik dan memberikan apresiasi dengan membeli buku kami. Setelah proses diskusi selesai, aku[d1]  dan Bhete’ mengakhiri kegiatan diskusi dengan melakukan penjualan buku CSSM dan mengingatkan teman-teman ucapan syukur kami, terima kasih kepada Mbak Reda dan Qbukatabu. Tanpa mereka, aku dan Bhete’ pasti belum pernah mendapatkan proses ini dan juga mengucapkan terima kasih untuk teman-teman yang dapat hadir di launching buku CSSM. Terima kasih atas partisipasi teman-teman. Siapa sangka “Aku beli bukunya dong” kata beberapa teman-teman yang hadir, menjadi apresiasi dan mendorong minat peserta diskusi untuk membeli buku CSSM. Aku harap buku CSSM dapat menjadi terobosan baru menyentuh pemikiran masyarakat yang masih saja belum menerima keberagaman. 


Artikel ini ditulis oleh Gege & Bhete’

Gege, lahir di Kota Maros, Sulawesi Selatan pada 5 April 1991. Anak tunggal dari perempuan bersuku Bugis dan laki-laki bersuku Mandar. Saat ini menjadi aktivis hak asasi manusia. Memiliki hobi menikmati pemandangan alam.

Bhete’, umur 28 tahun. Anak pertama dari empat bersaudara, lahir di keluarga yang sangat menyenangkan dan sederhana. Bapaknya adalah seorang petani dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.  Sejak SD, aktif mengikuti lomba dan kegiatan saat di sekolah. Semasa SMP dan SMA aktif di grup paduan suara dan pernah menjadi juara untuk mewakili sekolah. Sudah menjadi seorang sarjana dan memiliki hobi menulis. Baginya menulis adalah salah satu tempat curhat yang bisa membuat lebih kreatif dan produktif.

Portal pengetahuan dan layanan tentang seksualitas berbasis queer dan feminisme. Qbukatabu diinisiasi oleh 3 queer di Indonesia di bulan Maret 2017. Harapannya, Qbukatabu bisa menjadi sumber rujukan pengetahuan praktis dan layanan konseling yang ramah berbasis queer dan feminisme; dan dinikmati semua orang dan secara khusus perempuan, transgender, interseks, dan identitas non-biner lainnya.

0 comments on “Merangkul Kisah dalam Semangat

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: