Merayakan hari Valentine dengan bertukar kado dan coklat dengan orang terkasih nampaknya sudah biasa. Namun, merayakan 14 Februari dengan turun ke jalan dan menari bersama ratusan orang untuk menyerukan kampanye anti kekerasan terhadap perempuan, apakah Tabumania pernah mendengarnya?
Adalah One Billion Rising, sebuah gerakan global yang diadakan setiap tanggal 14 Februari untuk mengkampanyekan kesadaran atas adanya berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan melalui cara yang tidak biasa: menari.
Benar. Menari, bukan orasi maupun demonstrasi sebagaimana aksi massa pada umumnya.
One Billion Rising adalah aksi massa global untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan, cisgender, transgender, dan mereka yang memiliki identitas cair yang seringkali mengalami kekerasan berbasis gender. Menari adalah bentuk perlawanan, dengan filosofi bahwa tarian dan tubuh yang bergerak merupakan simbol dari pembebasan dan pemberdayaan.
Gerakan One Billion Rising
Gerakan One Billion Rising diluncurkan pada Hari Valentine tahun 2012, berawal dari keresahan atas statistik yang mengejutkan bahwa 1 dari 3 perempuan akan dipukuli atau diperkosa selama hidupnya. Dengan populasi dunia sebesar 7 miliar, ini berarti lebih dari satu miliar perempuan. Pada tahun tersebut, beberapa perempuan berkumpul dan menggagas gerakan ini. Lalu, lahirlah ide untuk melakukan tarian publik atau flashmob dengan diiringi lagu berjudul “Break the Chain” yang sarat berisi seruan untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan. Ide tersebut disambut hangat banyak pihak. Pada tanggal 14 Februari, untuk pertama kalinya jutaan masyarakat di dunia baik perempuan, laki-laki, pelajar, petani, pekerja rumah tangga, guru, seniman, aktivis, dan lainnya, turun ke jalan dan menari bersama sebagai bagian dari aksi One Billion Rising.
Aksi global One Billion Rising mengkampanyekan penghentian kekerasan berbasis gender yang masih terjadi dalam berbagai sektor dan lapisan. Salah satu contoh nyata yang masih sering kita dengar adalah kekerasan seksual dan fisik seperti pemerkosaan, mutilasi alat kelamin perempuan dan perdagangan manusia. Pada sektor ekonomi, kekerasan terhadap perempuan di tempat kerja terjadi setiap hari, dari buruh hingga eksekutif perusahaan. Dalam banyak kasus, perempuan yang menghadapi kekerasan di tempat kerja seringkali terhambat untuk berbicara atau mencari keadilan karena takut kehilangan pekerjaan.
Sekalipun masih berada dalam tema menghentikan kekerasan terhadap perempuan, isu yang dikampanyekan pada aksi One Billion Rising berbeda-beda setiap tahunnya, tergantung pada situasi sosial yang sedang terjadi. Pada tahun 2017, misalnya, tema kampanye adalah Rise in Solidarity atau Bangkit dalam Solidaritas. Kampanye di tahun itu fokus pada tuntutan untuk mengakhiri semua bentuk eksploitasi terhadap perempuan dan anak perempuan.
Topik tersebut lahir sebagai respon atas tingginya angka eksploitasi yang dilakukan terhadap perempuan yang paling terpinggirkan – perempuan pribumi, perempuan transgender, perempuan migran, pekerja rumah tangga, perempuan tidak berdokumen, kaum miskin kota dan perempuan petani.
One Billion Rising, seni dan aktivisme
Tabumania, ada filosofi yang sangat menarik dibalik kegiatan menari, yang merupakan media utama kampanye One Billion Rising ini. Perempuan yang mengalami kekerasan berbasis gender seringkali membenci tubuhnya dan hidup di luar dirinya. Menari, yang merupakan bagian dari kesenian, dapat menjadi bagian dari proses reklamasi dan memasuki kembali tubuh mereka. Menari bisa menjadi cara untuk membuang rasa malu dan takut dan kembali ke seksualitas dan kekuasaan mereka.
Menari juga memberikan cara perlawanan yang berbeda, menyenangkan dan artistik. Dengan menggunakan tarian sebagai media utama, kampanye ini dapat menjangkau lebih banyak orang dari segala lapisan untuk dapat bersama-sama melawan patriarki.
Tarian dan gerakan tubuh dapat merepresentasikan banyak hal; cinta kasih, seksualitas, kebebasan, kekuasaan, dan perlawanan. Menari adalah tantangan.
Tidak hanya terbatas pada menari, kampanye dilakukan di berbagai belahan dunia dalam banyak bentuk kreatif lainnya. Di Budapest, contohnya, para aktivis mengadakan acara Festival Anti-Eksploitasi dengan menampilkan musik, puisi, dan film, serta peserta diundang ke panggung untuk berbicara dan menentang segala bentuk eksploitasi.
Usaha keras dan konsistensi seluruh lapisan masyarakat yang menyerukan kampanye ini setiap tahunnya membuahkan banyak hasil yang signifikan. Dimulai dengan tarian, One Billion Rising memiliki dampak yang luar biasa pada banyak sektor. Di Guatemala, salah satunya, gerakan ini menghasilkan tekanan kepada pemerintah yang akhirnya memastikan setiap kehamilan di bawah 16 tahun digolongkan sebagai pemerkosaan. Di Bosnia, pemberontakan membantu menghasilkan tekanan yang mengarah pada penyelidikan besar terhadap pemerkosaan selama masa perang. Sedangkan di Hong Kong, kampanye ini membela para pekerja rumah tangga perempuan yang mendapatkan kekerasan dari para pemberi pekerjaan.
Tiba-tiba, ingatan saya kembali ke tanggal 12 Februari tahun 2014 lalu, saat saya turut turun ke jalan untuk bergabung dalam aksi One Billion Rising. Pada hari itu, saya terbangun di pagi hari dan menemukan seluruh halaman rumah tertutup abu. Tepat di hari itu, beberapa kota di Jawa Tengah termasuk Yogyakarta terkena dampak abu vulkanik dari letusan Gunung Kelud. Namun hal tersebut rupanya tidak menghentikan kami. Dalam keadaan yang cukup mencekam karena seluruh kota gelap tertutup abu, saya dan beberapa teman memutuskan untuk tetap datang di tempat dan waktu yang disepakati untuk melakukan aksi.
Rupanya, banyak orang lain yang berpikiran serupa dan tetap datang untuk menari bersama. Dengan tubuh berselimut abu, kami tetap menari, berseru sambil bergenggaman tangan. Kami tidak saling mengenal, namun datang dengan satu tujuan; menunjukkan solidaritas atas kampanye mengakhiri kekerasan terhadap perempuan. Perasaan haru, bangga namun juga marah atas kasus-kasus kekerasan yang masih banyak terjadi bercampur satu mendominasi hati saya pada saat itu. Hingga hari ini, pengalaman tersebut menjadi salah satu hari yang paling saya ingat dalam hidup saya.
Agar dapat turut merasakan semangat gerakannya, simak cuplikan lirik lagu “Break the Chain” yang merupakan lagu resmi tarian One Billion Rising yang memiliki filosofi tidak kalah dengan tariannya:
Dance to break the rules (menari untuk melanggar aturan)
Dance to stop the pain (menari untuk menghentikan rasa sakit)
Dance to turn it upside down (menari untuk membalikkan semuanya)
It’s time to break the chain (menari untuk memutuskan rantai)
This is my body, my body’s holy (ini tubuhku, tubuhku suci)
No more excuses, no more abuses (tidak ada lagi alasan, tidak ada lagi pelanggaran)
We are mothers, we are teachers (kita adalah ibu, kita adalah guru)
We are beautiful, beautiful creatures (kita cantik, ciptaan yang cantik)
Dan benar saja, dimulai dari menari, hari itu telah mengubah banyak hal dalam hidup saya, termasuk sikap untuk terus berjuang melawan kekerasan terhadap perempuan dengan cara apapun, kapanpun, dan dimanapun.
Tabumania, ingin bergabung dan menari bersama jutaan orang lainnya pada aksi One Billion Rising tahun depan? Temukan informasinya pada website berikut https://www.onebillionrising.org/ dan menarilah untuk melawan!
0 comments on “One Billion Rising, Menari untuk Melawan”