Buka Layar

Vincent, dari Kerja di Pelayaran hingga Bisnis Cuci Sepatu dan Kedai Kopi 

“Kalau tidak kerja, kita bisa punah…”

Sore itu, tim penulis Qbukatabu mewawancarai seorang teman transpria, yang mungkin sosoknya sudah dikenal oleh beberapa Tabumania. Masih dalam situasi pandemi, wawancara pun dilakukan secara virtual menggunakan telepon seluler. 

Terdengar suara tawa yang renyah dan ramah dari ujung telepon, diiringi latar suara kedai kopi dan sesekali knalpot motor balap dari jalan raya. Vincent, sosok yang terkenal periang dan rendah hati tersebut, sedang berada di kedai miliknya saat menyambut telepon kami dan menceritakan banyak hal tentang dirinya.

Vincent yang secara terbuka mengidentifikasi dirinya sebagai sosok transpria ini aktif di berbagai organisasi dan forum LGBTIQ+ di Indonesia. Saat ini, Vincent berkesempatan menjadi salah satu presidium di Jaringan Transgender Indonesia (JTID). Menariknya, dibalik sisi aktivismenya, Vincent juga menjalankan beberapa bisnis sejak tahun 2016. Keuletan dan kepintarannya dalam membaca peluang menjadikan usahanya berkembang pesat dan melebar ke bidang lainnya. Sayang rasanya jika tidak mengenal lebih dekat dan “mencuri” rahasia suksesnya yang sangat menginspirasi. Yuk, simak wawancara Qbukatabu dengan Vincent.

Halo Vincent, bagaimana kabarnya? Silahkan untuk memperkenalkan diri, dan ceritakan apa kesibukan maupun aktivitas yang Vincent jalani saat ini?

Halo! Kabarku baik. Namaku Vincent, sekarang domisili di Surabaya. Aslinya Blitar, besar disana, tapi kuliah dan sampai sekarang punya usaha di Surabaya. 

Saat ini, aku punya beberapa kesibukan, salah satunya yaitu menjadi pengurus di Jaringan Transgender Indonesia atau JTID. Saat ini kami lagi punya project yang fokus pada social media campaign, bisa ditengok di instagram kita di Transgender_Indonesia. Kami fokusnya ke bagian kesehatan mental, juga di peningkatan kapasitas teman- teman transgender. Sembari di organisasi, aku juga menjalankan bisnisku sendiri

Boleh ceritakan lebih dalam seputar bisnis yang Vincent jalani saat ini?

Sebelumnya, aku lulusan pelayaran, 3 tahun kuliah dan sempat berlayar 2 tahun. Setelah itu aku meninggalkan semuanya dan mencoba usaha sendiri.

Saat ini, aku punya beberapa usaha di 3 bidang, yaitu produsen cairan pembersih sepatu dan sekaligus ada toko jasa pencucian sepatu, namanya Variya Bestari. Lalu aku ada usaha kedai kopi juga, dan satu lagi di bidang Food and Beverages, yaitu produksi susu sapi yang diberi rasa. Untuk usaha susu ini, kita fokus ke sekolah untuk membudayakan minum susu lagi ke anak- anak, remaja dan orang dewasa juga karena budaya kopi sudah cukup menjamur. Sehingga perlu juga kita munculkan usaha minuman yang lebih bernutrisi, ya susu ini. Itu juga karena melihat peluang sekitarku, karena peternak sapi belakangan ini sangat rendah penjualan susunya, karena bisnis STMJ (Susu Telur Madu Jahe)  sudah mulai pudar. 

Kesannya kontradiktif ya dengan usaha kopiku. Tapi justru disitu rahasianya. Aku suka “menembak peluru” di usahaku sendiri, agar ada jiwa rivalry diantara merek. Contohnya di bisnis cuci sepatu, semakin banyak brand yang beredar, orang semakin tertarik dengan bisnis itu, dan disitulah aku masuk sebagai pemasok cairan pembersih sepatu, lengkap beserta paket branding-nya untuk orang yang ingin memulai usaha cuci sepatu. Ini juga hasil membaca peluang, karena sebelumnya, cairan pembersih sepatu hanya bisa dipesan di luar negeri. Lalu aku cari cara agar bisa menciptakannya sendiri, dari situlah akhirnya sekarang aku memasok cairan pembersih itu ke banyak toko jasa pencucian sepatu

Menarik sekali mendengar cerita perjalanan bisnis Vincent! Jika berkenan, bolehkah menceritakan sedikit mengenai perjalanan atau cerita terkait dengan seksualitasmu?

Aku dari dulu nggak pernah ngerasa berbeda. Hanya memang paling aku mempertanyakan perihal seragam yang dibeda-bedakan, karena dulu kan yang perempuan pakai rok, laki-laki pakai celana. Kelas 1 sampai 6 SD aku ikut olahraga karate. Waktu SMP, aku sudah nggak lanjut, dan melakukan pencarian lain. Lalu aku pindah ke olahraga basket, dimana aku merasa menjadi diriku sendiri. 

Saat kuliah, partnerku, kebetulan belajar psikologi. Aku mengenalnya sudah sejak lama, sejak SMA, tapi memang baru berkesempatan dekat saat sudah kuliah, karena sama-sama di Surabaya. Disitu aku mulai mengenal dan mempelajari apa itu gender, sampai mengenal konsep SOGIE. Dari situ aku mulai mengenal diriku, dan sering membaca buku-buku kuliah milik partnerku.  

Lalu aku tahu bahwa memang aku ini bukan seperti orang biasa. Tapi justru, aku memaknai diriku luar biasa. Aku sudah tahu apa potensi dan resiko yang kuhadapi dengan identitasku ini, sampai sekarang. 

Justru pasanganku yang lebih mengenal perihal seksualitasku ini, karena dia yang dapat terpaan sebagai “belok”, atau “lesbi”, semacam itu. Tapi dia sendiri yang merasa bahwa dia adalah bukan. Akhirnya kita belajar sama-sama. Aku mencari di forum-forum online, disitu aku mulai kenal dengan konsep transman ini dan menemukan teman-teman lainnya. Lalu aku memberanikan diri bertemu dengan satu-dua teman secara langsung. 

Media maupun pengalaman apa yang menjadi terpaan pertamamu atas konsep seksualitas?

Dulu sekitar tahun 2014, aku menemukan akun bernama Jake Graf and Dade Barlow, yang adalah sosok transpria dari luar negeri. Lalu aku bertanya, di Indonesia ada nggak ya? Kebetulan, ada satu orang teman kuliah partner yang juga merupakan seorang transpria. Akhirnya aku beranikan diri untuk menghubungi dan berkenalan, dari situ kami bersahabat dan banyak bertukar pengalaman dan pengetahuan. Kemudian di tahun 2015, aku sempat ikut Transmen Camp II di Jogja. Momen itu cukup membawa banyak hal besar dalam hidupku. Aku merasa Vincent bukanlah Vincent yang sekarang jika tidak pernah ikut Camp itu. Dari situ aku mendapat banyak pelajaran, pengalaman, teman dan merasa bahwa aku punya harapan hidup dengan ini. 

Siapa orang yang pertama kali kamu ajak bercerita maupun bertukar pikiran mengenai hal ini?

Tentunya pasangan. Ada juga beberapa teman teman trans yang memang kukenal secara online melalui forum-forum. 

Pengalaman apa yang paling diingat dalam hidupmu yang berkaitan dengan identitasmu?

Satu tahun sebelum aku melepas karirku di layar, aku mulai mantap untuk transisi. Lalu saat jalan 6 bulan, aku mulai mendapatkan rundungan dari senior-senior. Karena di pelayaran memang keras ya, karena semi militer, jadi perundungan yang dialami nggak kira-kira, sampai kekerasan fisik. Sekalipun waktu itu sebenarnya aku sudah bukan di fase pendidikan lagi, tapi sudah di tempat kerja. Pihak pemberi kerja malah tidak masalah sebenarnya. Ada satu ketika aku didudukkan dan dikelilingi oleh para senior untuk dihakimi perihal perubahan fisik ini, disitu aku tidak boleh menunduk dan tidak boleh menangis, mereka sampai menampar dan menyuruhku untuk bertaubat. Disitu kinerjaku sudah mulai menurun, karena mau tidak mau memang mental terserang kalau sudah kena bully


Akhirnya aku kuatkan tekad untuk bertahan sedikit lagi untuk mengumpulkan dana, lalu keluar dan mulai membuka usaha itu. 

Semua benar-benar dimulai dari nol, ngga ada pengalaman dan aku pelajari semuanya sendiri. Waktu itu ada beasiswa dari salah satu bank untuk enterpreneur muda, tembus 5 besar dan aku dapat pelatihan sekaligus modal usaha. Bisnis pertama yang kujalankan adalah usaha pencucian sepatu itu. 

Menurut pandanganmu, apa tantangan terbesar yang kita hadapi sebagai bagian dari LGBTIQ di Indonesia? Dan apa kiranya hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghadapinya?

Ada dua hal besar yang jadi tantangan terbesar komunitas saat ini: kesehatan mental dan kemandirian ekonomi.

Untuk komunitas, kebanyakan pilihannya kan, bekerja di perusahaan atau buka usaha sendiri. Kalau kerja di tempat orang, susah, banyak dilema dan dinamika. Sementara kalau usaha sendiri, bebas dari bully tapi harus berusaha sendiri. Semua orang ingin sukses dan hidup layak, tapi ngga bisa maksimal kalau mental ngga sehat. Bukan berarti kalo ada isu dengan kesehatan mental tidak bisa sukses ya, tapi artinya bahwa dua hal ini harus dijalankan beriringan untuk dapat bertahan. 

Apa saja hal-hal yang membuatmu merasa sangat bersyukur dan termotivasi untuk bangun setiap paginya?

Aku ingin hidup lebih lama. Aku masih ingin berkarya, mencoba banyak hal, menciptakan banyak hal. Prinsipku adalah, ayo kerja biar ga punah. Berkarya. Dengan membuka bisnis seperti ini, aku mencoba kasih peluang dengan mempekerjakan kawan-kawan dari komunitas.  Aku juga ingin mereka berproses dan berkembang. Ingin kasih mereka harapan.

Apa rencana atau cita-citamu dalam waktu dekat?

Menikah secara legal. Aku ingin menikah dengan partnerku, dan mulai membangun keluarga sambil tetap mengembangkan bisnis dan organisasiku. 

Intermezzo, pernahkah Vincent mendengar mengenai sosok Alegra Wolter? Jika ya, apa tanggapanmu tentang ramainya publikasi dari berbagai perspektif mengenai sosok Alegra Wolter – dokter transpuan pertama di Indonesia?

Alegra itu sosok luar biasa, pernah jadi inspirasi pas zaman itu sampai sekarang. Dia sangat pintar, dan punya keinginan belajar tinggi. Orangnya sangat rendah hati, senang berbagi sama orang sehingga sekalipun dari jarak jauh, rasanya kita bisa merasakan kasihnya yang dibagi ke kawan-kawan. Aku kenal dengan Alegra secara personal, kita sering berkomunikasi hingga sekarang.  Dia sosok yang berani, dan sangat berpengaruh untuk transgender di Indonesia. 

Inspirasi positif apa yang bisa Vincent sampaikan untuk dapat membagikan semangat kepada masyarakat (terutama teman teman LGBTIQ+)?

Aku yakin kalian punya masalah masing-masing, baik itu keluarga, sosial, ekonomi, juga masalah dengan jati diri maupun hubungan. Tiap kehidupan pasti dinamis. Ada kebutuhan cinta, makan, papan. Usaha memenuhi kebutuhan itu harus mencakup semuanya. Ayo angkat pantat, cari solusi bukan fokus masalah! Harapan hidup selalu ada, selama ada niat. Karma itu cepat kembali. Jika kita berbuat baik, maka hal-hal baik pasti kembali ke kita. Jadi apapun kondisinya, tetap jadi orang baik dan melakukan hal-hal baik. 

Baik, terima kasih Vincent untuk waktu dan ceritanya. Semoga senantiasa sehat dan sukses selalu untuk semua hal yang dilakukan ya!

Terima kasih juga, sukses selalu untuk Qbukatabu!

0 comments on “Vincent, dari Kerja di Pelayaran hingga Bisnis Cuci Sepatu dan Kedai Kopi 

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: