Buka Layar

The Half of It: Perjalanan Menemukan Jati Diri

Judul: The Half of It    |  Sutradara: Alice Wu  | Durasi: 1 jam 45 menit

Tabumania, masa remaja adalah masa-masa mengenal rasa cinta dan pencarian jati diri. Remaja adalah masa untuk berusaha menemukan hal-hal yang disukai sebagai upaya mencapai cita-cita atau impian. Meskipun ada banyak hal yang ditemui di luar sana yang membuat merasa gamang atau ragu-ragu. Kegamangan untuk melakukan sesuatu bukan hal baru bagi kita. Kita pun seringkali gamang untuk melakukan atau mencapai tujuan kita. Hal ini bisa disebabkan banyak hal. Misalnya karena kurang percaya diri, adanya ketakutan-ketakutan berbuat kesalahan, tidak direstui atau disetujui orang tua, dst.

Adalah Ellie Chu, seorang gadis Cina-Amerika yang pandai dalam hal akademik, pandai bermain piano dan gitar, tetapi ia penyendiri, tidak mempunyai teman dekat di sekolahnya. Ellie Chu memanfaatkan kepandaiannya untuk mencari uang dengan membuatkan esai milik teman-temannya dengan bayaran tertentu. Salah seorang gurunya mengetahui hal tersebut, tetapi tidak melaporkan atau mempermasalahkan. Justru menawarkan sebuah formulir untuk masuk perguruan tinggi. Namun, Ellie menolak karena ia enggan meninggalkan ayahnya. Ayahnya seorang lulusan PhD, tetapi sulit memperoleh pekerjaan karena kemampuan bahasa Inggris yang kurang lancar. Lalu pada suatu hari, seorang lelaki bernama Paul Munsky mendekatinya. Paul meminta bantuan Ellie untuk membuatkan sebuah surat cinta. Paul adalah pemain sepak bola (football Amerika) sekaligus tetangga Ellie. Ia anak penjual sosis/daging. Paul meminta Ellie membuatkannya surat cinta untuk Aster Flores, gadis pujaannya di sekolah. Awalnya Ellie menolak permintaan tersebut, karena baginya surat cinta adalah hal personal/pribadi. Namun, karena membutuhkan uang untuk membayar tunggakan listrik rumahnya, Ellie akhirnya menyanggupi permintaan Paul.

Kesepakatan awal antara Ellie dan Paul adalah menulis satu surat saja. Namun, dalam perjalanannya Ellie terlibat lebih jauh. Ellie sukses membuat Aster selalu membalas surat-suratnya. Ellie membantu Paul mengenal lebih jauh Aster Flores. Paul tidak pandai berbicara langsung dengan Aster. Ellie membantunya melalui aplikasi chat dan berpura-pura menjadi Paul. Mereka membicarakan banyak hal mulai dari buku hingga seni.

Kisah ketiganya memang bermula dari upaya Paul untuk mengungkapkan perasaannya terhadap Aster. Namun, film ini mengisahkan juga tentang pencarian jati diri ketiganya. Misalnya Ellie, ia pandai tetapi enggan meninggalkan ayahnya dan memilih menjaga stasiun kereta api. Sedangkan Paul bercita-cita memiliki restoran taco sosis sendiri, tetapi masih belum dilakukan karena ibunya menolak mengubah resep keluarganya turun temurun. Sementara Aster, meskipun ia populer dan memiliki kekasih maupun teman-teman di dekatnya, ia merasa gamang dengan masa depannya. Ia memiliki ketertarikan dengan seni khususnya gambar. Namun diam-diam ia tidak melanjutkannya karena ragu.

Film ini juga mengisahkan persahabatan Ellie dan Paul. Paul tidak segan membela Ellie yang sering memperoleh perundungan dari teman-teman sekolahnya. Ellie juga pernah mengalami kesulitan karena keusilan para perundung. Paul dengan sigap membantunya saat tampil di acara seni. Sementara Ellie, ia mengirim surat kepada para pengkritik makanan agar mereka mencoba resep Paul. Saat pesta usai acara seni, Paul pun tidak segan segera membawa Ellie yang mabuk segera pulang ke rumah.

Ada salah satu adegan menarik perhatian yaitu saat Ellie menanyakan hal yang dilakukan Paul dan Aster saat berkencan. Salah satu jawaban Paul adalah saat ia mencium Aster. Kemudian Ellie bertanya bagaimana Paul tahu Aster bersedia dicium. Paul menjawab Aster memberinya sebuah pandangan (look). Ini mengingatkan kita ketika akan melakukan sesuatu perlu persetujuan (consent). Seringkali hal tersebut dilupakan atau bahkan diabaikan. Hal tersebut diperlihatkan dalam film ini. Pandangan bukan berarti persetujuan.

Salah satu adegan menarik lainnya saat Paul membuka internet mencari tanda-tanda gay. Saat itu Paul mencari tahu, setelah berkonflik dengan Ellie, Paul mengatakan kepada Ellie bahwa Ellie menyukai Aster. Ibunya melihat situs pencarian tersebut. Kemudian ketika di gereja, ibunya mengatakan kepada Paul bahwa ia akan menerima Paul apa adanya meskipun dia gay. Mungkin ini adalah impian bagi semua kawan-kawan LGBT yaitu diterima apa adanya oleh orang tua.

Di akhir film, baik Paul dan Ellie akhirnya mengaku kepada Aster tentang siapa selama ini yang berbicara dengannya. Ketiga tokoh utama tersebut juga saling menemukan jalannya masing-masing. Ellie akan melanjutkan pendidikannya meninggalkan ayahnya. Kemudian Aster mempersiapkan proposal untuk sekolah seni. Sedangkan Paul masih berusaha dengan resep taco sosisnya, karena beberapa surat yang dikirim Ellie berhasil menarik perhatian beberapa kritikus makanan.

Film ini bisa menjadi pilihan untuk mengisi waktu akhir pekan atau di sela-sela libur kerja. Mengapa? Karena film ini sangat ringan dan konfliknya pun tidak terlalu berat. Kisah yang diangkat mulai dari persahabatan, percintaan, perundungan, rasisme dan LGBT menjadi bagian dari film. Selain itu pencarian jati diri. Ketika para tokoh utama yang awalnya gamang dengan kemauannya masing-masing kemudian menjadi yakin dengan keinginannya. Tentu hal yang menarik bukan? Gimana Tabumania? Tertarik untuk menonton film ini? Atau mungkin sudah pernah menontonnya? Kalau sudah silakan tinggalkan komentar ya, bagaimana menurutmu film ini.

0 comments on “The Half of It: Perjalanan Menemukan Jati Diri

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: