Pandemi Covid-19 di Indonesia telah berlangsung selama 1,5 tahun. Upaya pemerintah untuk pelaksanaan program Pemulihan Ekonomi Nasional dirasa kurang maksimal. Produktifitas masyarakat yang terbatas karena Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dan kurangnya lingkup lapangan pekerjaan menjadi salah satu tantangan yang dihadapi saat ini.
Di tengah kondisi tersebut, masyarakat yang didorong untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari menjadi kelimpungan untuk bertahan hidup. Pendapatan menurun karena pemotongan uang transportasi, penjual makanan menjadi sepi karena daya beli masyarakat menurun. Sementara itu kebutuhan pokok di rumah tetap berputar. Membayar uang sewa, cicilan, pembiayaan sekolah, dan lainnya masih harus dipenuhi.
Tabumania, bagi masyarakat yang berperan sebagai kepala keluarga, pandemi Covid-19 dan dampak pada sektor ekonomi tentu sangat mengkhawatirkan. Terlebih bila kepala keluarga tersebut menjadi satu-satunya penopang dengan jenis usaha atau kemampuan yang terbatas.
Berangkat dari situasi itu, koperasi sebagai salah satu sarana simpan pinjam masyarakat menjadi penting untuk menggerakkan ekonomi masyarakat khususnya kepala keluarga. Dan kali ini, tim Qbukatabu berkesempatan melakukan wawancara dengan seorang perempuan yang aktif di koperasi Seni Tawa.
Cornelia Bunga atau biasa disapa Ka Via merupakan salah satu kader Koperasi Seni Tawa yang berada di Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ka Via yang memiliki hobi menyanyi, telah bergabung di Koperasi Seni Tawa sejak Februari 2003 saat Perempuan Kepala Keluarga (Pekka) hadir di desanya.
Pekka merupakan organisasi yang memiliki visi untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dalam rangka ikut berkontribusi membangun tatanan masyarakat yang sejahtera, adil gender dan bermartabat. Salah satu mandat kerja Pekka ialah mengembangkan sumberdaya untuk pemberdayaan perempuan kepala keluarga dan masyarakat melalui gerakan yang inklusif, masif, terstruktur, dan efektif. Dan koperasi, merupakan strategi Pekka untuk melakukan pengorganisasian.
Sudah penasaran tentang cerita koperasi untuk membantu perempuan kepala keluarga di tengah masa pandemi ini? Yuk, kita simak aja hasil wawancara tim Qbukatabu kali ini.
Kalau boleh tahu, sejarah dan tujuannya didirikan koperasi Seni Tawa itu apa Ka?
Mulanya Pekka hadir di Ile Boleng tahun 2002, Koperasi Seni Tawa dibentuk karena Pekka yang ada dana bantuan langsung masyarakat. Saya mulai masuk di kelompok (Pekka), dan itu baru dibentuk di 2003. Berawal dari dana bantuan itu, maka kita berpikir untuk mengelola dana yang dikirim oleh Yayasan Pekka. Soalnya di sini terkenal dengan rentenir yang memberikan bunga pinjaman besar, kita ingin memerangi rentenir itu. Lalu koperasinya mulai digagas di April 2004, saat itu namanya masih Koperasi Lembaga Keuangan Mikro. Sejarahnya saat itu Pekka mengadakan pelatihan visi misi sebagai tanda sah untuk menjadi anggota Pekka. Saat itu banyak anggota yang ingin ada Bank sendiri, karena anggota sulit mengakses pinjaman ke bank atau program pemerintah lainnya seperti program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus. Sehingga di bulan April 2004 itu kami membentuk Lembaga Keuangan Mikro Mawar Berduri. Seiring berjalannya waktu, koperasi dituntut ada badan hukumnya, dari situ 12 Juni 2012 resmi menjadi koperasi Seni Tawa. Prinsip koperasi juga sudah diterapkan sejak Pekka masuk di Ile Boleng dengan kegiatan kelompok simpan pinjam.
Kaka tadi cerita jika syarat anggota meminjam di Bank itu sulit, kira-kira kesulitan yang dihadapi seperti apa kak?
Akses pinjaman ke bank itu sulit karena persyaratan dan administrasinya, seperti harus ada jaminan. Sedangan syarat berkelompok itu ada pada program P2DTK (Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus). Dan untuk pinjaman ke bank dan P2DTK itu biasanya untuk jenis usaha. Sementara pinjaman untuk biaya pendidikan anak, bangun rumah dan lainnya itu ada pada koperasi Seni Tawa saat ini.
Di awal juga diceritakan koperasi dari nama Lembaga Keuangan Mikro Mawar Berduri, diubah menjadi Koperasi Seni Tawa. Boleh tahu makna dari penamaan tersebut?
Seni Tawa itu bahasa Lamaholot artinya matahari terbit. Kita berharap koperasi ini dapat seperti matahari, menyinari jagad raya, menerangi anggotanya, dan mensejahterakan juga.
Saya mendengar anggota Koperasi Seni Tawa jumlahnya ratusan. Boleh tahu siapa saja anggota koperasi saat ini, dan syarat untuk menjadi anggotanya?
Koperasi induk berada di kecamatan, anggotanya ada di setiap unit desa, unit kelompok. Jadi ada 28 kelompok yang tersebar di 14 desa dan 1 kelurahan. Jumlahnya ada 493 orang. Syarat khususnya adalah perempuan yang menjadi kepala keluarga dan anggota Pekka.
Boleh diceritakan secara umum situasi perempuan kepala keluarga di Flores?
Sebagian besar perempuan adalah kepala keluarga yang disebabkan oleh berbagai sebab. Mereka ada yang cerai hidup, cerai mati, ada yang dipoligami, ada yang punya suami sakit menahun, dan ada perempuan lajang. Dan mereka semua akhirnya menjadi kepala keluarga.
Dengan situasi tersebut, dan ditarik dengan situasi pandemi saat ini, bagaimana koperasi mampu menangani berbagai persoalan yang dihadapi perempuan sebagai kepala keluarga?
Di awal pandemi, permintaan pinjaman cukup banyak. Kita melihat ibu-ibu di pasar juga terkena dampak, hasil penjualan menurun, pendapatan menurun karena daya beli juga berkurang. Jadi memang di awal pandemi, pinjaman kita batasi karena melihat usaha juga sulit. Tetapi kita memberikan keringanan kepada anggota, mereka bisa membayar angsuran ke koperasi seadanya. Anggota bisa bayar jasa pinjamannya saja, bisa juga bayar angusarannya. Pokoknya seadanya karena kita juga melihat situasi anggota itu sulit. Lalu, kita juga memberikan kemudahan kepada anggota untuk sistem barter/tukar menukar. Anggota bisa membayar dengan memberikan hasil tenun, tetapi kita juga lihat kualitas bahan dan harga di pasaran. Melalui dana sosial koperasi kita juga memberikan sembako.
Lalu ada tidak tantangan yang dihadapi ketika mengelola Koperasi Seni Tawa saat ini?
Tantangannya adalah kemampuan pengurus untuk mengelola dana koperasi yang semakin besar. Kita di sini latar belakang pendidikan bermacam-macam, ada yang SD, SMP, dan SMA itu pun bisa dihitung dengan jari. Jadi tantangan untuk keberlanjutan koperasi, saat ini kita masih bisa mengelola, tetapi bagaimana 10-20 tahun ke depan, kita sudah lansia.
Jadi tantangan soal regenerasi juga ya Ka?
Ada masalah sumber daya manusia, dan soal kemandirian untuk memupuk modal swadaya dari anggota.
Lalu menurut Kaka, bagaimana minat orang muda pada koperasi saat ini? Terutama di zaman milenial ini.
Saya lihat orang-orang muda di desa saya saja ya, saya lihat mereka belum ada minat ke koperasi. Mungkin karena saat ini mereka belum menjadi kepala keluarga dan masih bersama orangtuanya. Saya sudah beberapa kali mengikutsertakan orang muda dalam kelompok, tetapi belum ada saya lihat minat atau umpan balik dari mereka. Mungkin mereka juga belum memahami manfaat koperasi bagi mereka, dan bisa saja pendekatan saya yang kurang pas.
Jika demikian, apa harapan ke depannya? Bisa dari Kak Via sebagai individu yang aktif di koperasi, maupun secara lembaga?
Secara pribadi saya berharap koperasi ini akan tetap ada, dapat memberikan yang terbaik untuk anggotanya dan anggota semakin sejahtera. Secara lembaga, saya berharap dapat mengakses dana yang dikucurkan pemerintah untuk koperasi. Selain itu ketrampilan pengurus untuk mengelola koperasi juga semakin baik.
Tabumania, setelah membaca wawancara tersebut jadi terpikir kan bahwa koperasi memiliki peran yang penting bagi masyarakat khususnya kepala keluarga di masa pandemi. Oleh karena itu, mulai cari info di daerahmu tentang koperasi yang telah berjalan. Pelajari dan turut kembangkan koperasi tersebut agar dapat membantu satu dan lainnya.
0 comments on “Koperasi Seni Tawa Bantu Perempuan Kepala Keluarga Bertahan”