Buka Layar

Mengenal Diri Itu Menarik Sekaligus Bikin Deg-Deg-an

Menulis adalah kesukaanku. Meski aku tidak sering menulis dengan metode menjurnal, aku selalu menuliskan perasaanku menjadi cerita pendek fiksi atau puisi. Hal itu dikarenakan aku tidak suka membaca tulisanku yang berbentuk perasaan apa adanya. Aku lebih suka kata-kata yang menggunakan makna kiasan. Di tahun 2015, aku berusaha untuk menjurnal yang dibimbing oleh mentor dalam kelas puisi. Aku sulit melakukannya. Sehingga aku tidak konsisten mengerjakannya. Namun, aku tetap menulis cerita pendek fiksi dan puisi. 

Aku tidak mengetahui secara detil tentang metode menjurnal. Sampai akhirnya aku mengetahui informasi menjurnal bersama yang dibuka oleh Qbukatabu dengan tujuan sebagai self-therapy. Awalnya aku ragu untuk mengikutinya, karena aku tidak mau mengingat kembali semua perasaan yang sudah berlalu. Keraguanku mendorong untuk tetap mengikuti segala prosesnya. Setiap picuan yang diberikan oleh fasilitator, membuatku merasa excited yet nervous. Masih teringat jelas hingga sekarang, bagaimana diriku tersenyum dan juga merasa jijik saat menjurnal dengan picuan hari pertama. Namun, setelah dirasakan dan dibaca lagi aku dapat memandang diriku kembali sebagai manusia yang rentan. 

Aku kembali mengingat bahwa diriku bisa dan boleh untuk merasa tidak selalu kuat. Aku menyadari bahwa segala perasaan yang ada di dalam diriku adalah valid. Ternyata, aku yang dulu sangat takut jika orang lain melihatku sedih. Makanya, aku tidak suka memperlihatkan kesusahan yang aku rasakan. Padahal, memperlihatkan kesulitan dalam hidup pribadiku bukan berarti membuat orang lain susah. Secara tidak sadar, aku selalu mengenyampingkan semua perasaanku hingga seringkali berdampak pada kondisi fisik. Rasanya memang tidak menyenangkan.

Aku mengikuti secara perlahan metode menjurnal bersama di tahun ini. Tahun 2020 yang penuh dengan segala perasaan. Saat menjurnal bersama, aku seperti mengasah rasa empati dan juga tidak merasa sendiri. Hal itu dikarenakan aku dapat mengetahui apa yang dialami kawan-kawan di dalam kelompok menjurnal bersama. Aku benar-benar tidak merasa sendiri lagi. Aku lebih menyadari bahwa setiap orang punya masalahnya masing-masing. Selain itu, aku juga menyadari bahwa penting sekali mengungkapkan segala perasaan agar tidak berdampak pada kesehatan fisik. 

Ketika aku menjurnal, aku mendapati diriku lebih memiliki kekuatan untuk mengontrol, atau lebih tepatnya menyadari segala sesuatunya. Aku dapat menyadari kalau sedang lelah, marah, senang, sedih. Aku juga lebih mudah memberikan batasan kepada siapapun atau apapun yang bisa membuatku merasa tidak baik-baik saja. Meski begitu, di dalam proses menjurnal tidak selalu mulus-mulus saja. Aku masih merasa excited yet nervous terhadap picuan-picuan yang diberikan oleh fasilitator. Bukan karena aku tidak dapat menuangkannya, tapi ketakutan untuk merasakan yang sudah aku lupakan. 

Selang hampir 2-3 bulan proses menjurnal bersama telah dilakukan. Aku semakin menyadari bahwa aktivitas ini perlu dilakukan. Di dalamnya, aku bisa lebih jujur dengan diriku sendiri. Aku menumbuhkan perasaan sayang pada diriku sendiri. Aku bisa menerima, meski masih sulit untuk memaafkan atas apa yang sudah pernah orang lain lakukan padaku atau diriku lakukan pada diriku sendiri. Di samping itu, aktivitas menjurnal membuat aku dapat merefleksikan diri tentang manajemen ekspektasi. Bahwa tidak semuanya berjalan dengan sesuai rencana, semua pembelajaran bisa didapatkan dari mana saja. Adanya perubahan sosial yang tidak selalu berdampak besar, atau bahkan orang-orang yang disayangi tak bisa selalu bersama. 

Perubahan diriku setelah menjurnal memang tidak banyak, setidaknya, aku sudah tahu bagaimana untuk mengontrol diri dan menyayangi diriku sendiri. Hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang lain, tetapi diriku sendiri. 

(Artikel ini ditulis oleh peserta Menjurnal Bersama untuk Pemulihan Diri di bulan November dan Desember 2020. Ayunita Xiao Wei, perempuan yabg lahir dan besar di Kota Minyak, Balikpapan. Masa pandemi membuat semua kehidupan berubah dan dia terus berupaya mengenal diri, tubuh, dan seksualitasnya melalui seni. Mari berkenalan lebih lanjut bersama Ayun di Instagram (IG) nya @kakayunita)

Portal pengetahuan dan layanan tentang seksualitas berbasis queer dan feminisme. Qbukatabu diinisiasi oleh 3 queer di Indonesia di bulan Maret 2017. Harapannya, Qbukatabu bisa menjadi sumber rujukan pengetahuan praktis dan layanan konseling yang ramah berbasis queer dan feminisme; dan dinikmati semua orang dan secara khusus perempuan, transgender, interseks, dan identitas non-biner lainnya.

0 comments on “Mengenal Diri Itu Menarik Sekaligus Bikin Deg-Deg-an

Leave a comment