Buka Layar

Refleksi Menjurnal Bersama

Bagiku, menulis merupakan cara untuk berbicara dengan diri sendiri. Terlalu sibuk berinteraksi dengan makhluk lain membuat lupa bahwa diri sendiri juga memiliki suara yang perlu didengar. Menulis adalah bentuk awal realisasi dari ide-ide yang tadinya hanya ada di pikiran. Pikiran adalah suatu labirin dan seringkali aku tersesat di dalamnya. Menulis bagaikan membuat peta untuk diriku sendiri, supaya tidak tersesat di dalam labirin tersebut. 

Menulis diari sudah mulai aku lakukan sejak usia 15 tahun. Saat itu kakakku yang paling kusayangi memberi hadiah ulang tahun yaitu satu buku untuk menuliskan pengalaman hidupku. Tidak rutin dilakukan. Namun, saat aku membaca lagi apa yang sudah kutulis dalam buku tersebut, aku tidak pernah menyesal pernah menuliskannya. Dengan membaca kembali isi buku tersebut, rasanya seperti berkenalan kembali dengan diriku. Berkenalan dengan diri berulang kali menurutku bukan hal yang salah. Banyak hal yang terjadi pada kehidupan ini setiap harinya dan kadang kala perasaan hilang arah muncul. Lupa akan siapa diri ini, tujuan hidup, serta esensi dari kehidupan adalah hal yang dialami oleh manusia. Bagiku, membaca apa yang pernah kutulis adalah salah satu cara untuk kembali terhubung dengan diri sendiri.

Suatu hari, ada kesempatan untuk menulis bersama dengan teman-teman sejawat. Aku berpikir bahwa ini adalah kesempatan untuk merutinkan apa yang sebelumnya belum rutin. Dengan melakukan hal serupa secara bersama-sama, rasa kesendirian  menjadi pudar dan menimbulkan perasaan lebih semangat dalam menulis. Mengetahui apa yang dirasakan oleh teman-teman merupakan satu momen yang mengharukan. Knowing how someone is willing to open up and embrace the feelings are beautiful. Mengetahui dinamika hidup manusia lain juga membuat aku berpikir bahwa dunia ini luas dan masih banyak hal yang bisa dieksplorasi. Melalui kelompok menulis bersama ini, energi bertukar satu sama lain. Selain itu, dalam kegiatan bersama ini juga ada seorang pendamping yang sudah berpengalaman dalam menjurnal dan mengolah perasaan serta manajemen diri. Setiap hari ada tema/pertanyaan yang ditanyakan pada diri sendiri. Ini adalah hal yang sangat baik untuk pengembangan diri. Kadang terasa sulit dan berat untuk menjawab, menggambarkan bagaimana sulit dan beratnya menghadapi diri sendiri. Namun di kemudian hari, setelah dibaca lagi, isi tulisannya kembali menjadi hal yang patut disyukuri.

Aku akan membagikan satu tulisan dari tema yang sangat berkesan bagiku dan membawa perubahan instan pada kehidupan.

Tema: Surat cinta untuk diri sendiri.

Dear Nadira,

How are you? And most importantly, how are you feeling? Please always remember to be patience with yourself. And any feeling that you feel is valid. You have time to process your feelings. I hope we can always continue writing to each other like this, asking about life and feelings.

I miss you, I love how you see the world even if sometimes it’s very confusing. I hope we can meet more often so we can be aware of ourself more. I know life is hard and things seem like never get any better, and you’re confused about that scolarship. I’d say you should just give it a try. Spare some time to write and focus on it. You have nothing to lose. You can do it tomorrow, a day that you dedicate for the scolarship. Think like “it’s better now, or never”.

You see, this is an opportunity for you. Give it your best. If you fail, it’s ok. You can always learn.

Like what Kings of Convenience said “failure is always the best way to learn”

I love you. Keep holding on to love.

Jiwa narsisku merasa tulisan ini pantas untuk dibaca orang lain. Mungkin bisa membantu –dan rasanya banyak orang yang butuh surat cinta semacam ini, karena aku tidak tahu bahwa aku membutuhkannya hingga aku menerimanya, dari diriku sendiri.

(Artikel ini ditulis oleh salah satu peserta Menjurnal Bersama untuk Pemulihan Diri, Nadira. Seorang peneliti, gemini, dan penyayang binatang dan memiliki ketertarikan besar pada seksualitas dan spiritualitas. Menurutnya, dunia ini perlu lebih banyak cinta untuk bisa jadi lebih baik)

0 comments on “Refleksi Menjurnal Bersama

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: