Hai Tabumania, tahun 2020 udah masuk bulan Maret aja ni, gak terasa ya. Ngomong-ngomong, selamat Hari Perempuan Internasional (International Womens Day) yak! Tabumania ikutan aksi gak ni di kotanya masing-masing? Iya, pada 8 Maret lalu banyak elemen masyarakat dengan berbagai latar belakang melakukan aksi untuk memperingati International Womens Day (IWD), di tempat Tabumania juga kan?
Aksi memperingati IWD ini menjadi momen untuk mengingatkan pemerintah agar segera menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi kaum perempuan. Tuntutan dalam aksi peringatan Hari Perempuan Internasional di Indonesia diantaranya mendesak pemerintah dan DPR untuk membahas dan mengesahkan sejumlah Rancangan Undang-Undang (RUU)yang melindungi perempuan. Beberapa RUU tersebut adalah RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, dan RUU Masyarakat Adat. Selain itu, aksi tersebut juga mendesak pemerintah dan DPR membatalkan proses legislasi RUU yang bisa mengancam kehidupan perempuan, yaitu RUU Ketahanan Keluarga dan RUU Cipta Kerja (omnibus law).
Setiap aksi pada dasarnya merespon berbagai ketidakadilan untuk mendorong perubahan yang lebih baik. Apalagi ketika ngomongin perjuangan perempuan, seakan tidak ada habisnya, baik yang perjuangan individu maupun kolektif. Hal ini dikarenakan ada banyak persoalan yang belum selesai. Mulai dari kasus TKI yang terkena kasus hukum di negara tempat dia bekerja, Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), pelecehan seksual, perdagangan manusia, pernikahan anak, dan lainnya. Diperparah dengan banyaknya aturan perundangan yang justru tidak melindungi perempuan sedangkan RUU yang seyogyanya bisa melindungi perempuan justru tidak segera disahkan.
Persoalan ini tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan di seluruh dunia. Adalah Women’s Global Strike yang menjadi momen untuk mengajak perempuan, feminis dan sekutu (allies) di seluruh dunia untuk menagih janji-janji pemerintah. Janji-janji pemerintah saat Platform Aksi Beijing atau Beijing Platform for Action (BPFA) 25 tahun yang lalu untuk memajukan kesetaraan dan perdamaian pada perempuan yang hingga kini belum ditepati.
Padahal setiap lima tahun sekali negara harus memasukkan permasalahan-permasalahan tersebut dalam laporan perkembangan pelaksanaan BPFA. BPFA adalah kesepakatan dari negara-negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1995 di Beijing. BPFA tersebut sering dipakai sebagai landasan untuk menuntut komitmen pemerintah dalam menyelesaikan berbagai isu terutama yang berkaitan isu perempuan. Selama 25 tahun pelaksanaan BPFA masih banyak pe-er (pekerjaan rumah) yang belum selesai. Mengutip UN Women, dalam setahun terakhir, 18 persen perempuan usia 15-49 tahun pernah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual yang melibatkan pasangan. Kemudian di dunia politik hanya 1 dari 4 kursi parlemen diduduki perempuan. Selanjutnya di dunia kerja, perempuan dibayar 16 persen lebih rendah dibandingkan laki-laki. Masih banyak persoalan lain yang masih belum beres. Inilah yang perlu dikawal dan mendorong pemerintah untuk menepati janji-janji sesuai yang tercantum dalam BPFA.
Tabumania sudahkah familiar dengan BPFA tersebut? apabila belum kenal atau familiar bahkan baru pertama kali ini mendengarnya, jangan khawatir, Redaksi Qbukatabu edisi kali ini akan membahas mengenai Beijing Platform for Action. Qbukatabu akan membahas mulai dari sejarahnya, mekanisme kerjanya hingga pentingnya BPFA ini bagi aktifis maupun gerakan sosial. Apalagi tahun 2020 ini menandai peringatan 25 tahun BPFA. Makin penasaran bukan?
Selain membahas BPFA, Redaksi Qbukatabu juga menyiapkan ringkasan seputar aksi peringatan Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret lalu oleh Gerak Perempuan. Redaksi akan menyajikan sekilas tentang perjalanan aksi tersebut, penjelasan tentang tuntutan-tuntutan yang disampaikan dalam aksi tersebut, dan sebagainya.
Lalu pada edisi kali ini, sebagai bentuk solidaritas untuk melawan pelaku Kekerasan Seksual yang seorang aktivis gerakan, Redaksi Qbukatabu menyiapkan video dukungan. Bisa jadi kan Tabumania bisa terinspirasi dan ingin membuat video atau dukungan solidaritas menggunakan media lainnya. Sementara Buka Layanan pada edisi kali ini telah menyiapkan artikel tentang kesejahteraan diri (well-being). Jadi pantengin terus publikasi terbaru di Qbukatabu yaaa.
Kadang-kadang kebijakan hanya indah di atas kertas. Dalam praksisnya parah. Hal ini diakibatkan oleh pembudayaan pemahaman yang keliru tentang perempuan itu sendiri. Salam
LikeLike
Iyah, yang terlihat indah ternyata belum tentu indah ketika implementasinya 🙂 Oia, Qbukatabu juga sedang mengajak Tabumania untuk menulis dengan tema 25 Tahun Platform Aksi Beijing: Kesetaraan Gender, Masih Jauuuh Cin! bisa dicek lebih lanjut ke https://qbukatabu.org/2020/05/12/ajakan-nulis-tuk-tabumania/
LikeLike