Haii Tabumania, 2019 telah berlalu, tapi bisa jadi ada banyak peristiwa yang memberikan makna di hati, bahkan semangat untuk lebih baik di 2020 ini. Nah, kalau bagi Qbukatabu, ada salah satu hal spesial terjadi. Apa nih? Tentu saja, saat Qbukatabu menerbitkan dan meluncurkan Buku Mewarnai Tutur Feminis, Meluruhkan yang Biner. Hayooo siapa aja yang udah baca sekaligus mewarnai buku inii?
Menurut penulis buku sekaligus co-founder Qbukatabu, Yulia Dwi Andriyanti, Buku Mewarnai Tutur Feminis, Meluruhkan yang Biner (Tutur Feminis) ini berawal dari sebuah kegiatan di Chiang Mai, Thailand yang mempertemukan para aktivis hak seksual, termasuk hak LGBT di Asia Tenggara pada 2017. Difasilitasi Coalition for Sexual and Bodily Rights in Muslim Societies (CSBR), kegiatan ini menjadi ruang bagi para aktivis untuk memikirkan hal yang seringkali masih luput dari perhatian mereka, yakni kesejahteraan holistik bagi individu aktivis maupun organisasinya. Kok bisa begitu ya?
Yulia menjelaskan dalam diskusi tersebut ternyata mengungkapkan adanya persoalan well-being aktivis yang selama ini belum holistik. “Artinya melihat para individu human defender dari berbagai aspek; tidak hanya aspek fisik dan digital saja, tetapi juga aspek kesehatan mentalnya. Tidak hanya melihat aktivis menjalankan kerja-kerja aktivismenya, tetapi juga melihat aktivitas kesehariannya misalnya pekerjaannya mencari nafkah, hubungan dengan pasangan, dan lainnya.”, jelasnya.
Dari kegiatan itu, para aktivis ini bersepakat untuk melakukan berbagai inisiatif yang cocok untuk kondisi masing-masing negara. Nah, saat kembali ke Indonesia, Yulia berpikir untuk melakukan riset kecil karena paska 2016, politik kebencian terhadap keragaman identitas seksual semakin menguat. Kondisi ini bikin para aktivis hak seksual mengalami berbagai peristiwa yang berdampak pada kelelahan fisik dan psikis yang berat serta kesulitan dalam beraktivisme karena ruang gerak yang dibatasi.
Hasil riset ini yang selanjutnya jadi konten untuk buku mewarnai. Kenapa mesti pakai format ini sih? Mengutip beliefnet.com, Nadia Jenefsky, seorang art therapist, mengatakan bahwa buku mewarnai bisa membuat orang lebih rileks dan membantu mengurangi ketegangan. Buku Tutur Feminis ini bisa dimanfaatkan sebagai media pemulihan (healing), terutama bagi para aktivis yang bekerja untuk pemenuhan hak-hak seksual. Selain itu, Yulia juga mengatakan format buku mewarnai diharapkan memudahkan pembaca memahami isu-isu yang bisa jadi dianggap berat.
Yulia mengungkapkan bahwa Tutur Feminis, Meluruhkan yang Biner membicarakan hak dan keadilan LBT dari sisi sekutu (allies). Ada lima tokoh perempuan yang menjadi narasumber; Kamala Chandrakirana, pendiri dan mantan Ketua Komnas Perempuan. Lalu Theresia Intan Darmawati, seorang fasilitator dan healer. Kemudian Okky Madasari, seorang penulis. Selanjutnya Lely Zailani, pendiri Himpunan Serikat Perempuan Indonesia (HAPSARI) dan Hindun Anisah, seorang ulama perempuan dan pemimpin pondok pesantren.
Kelima perempuan tersebut memiliki rekam jejak kepemimpinan di ranah publik dan bergerak dalam isu keadilan sosial dalam waktu lama. Yulia berharap adanya buku tersebut bisa mengumpulkan aspirasi orang-orang yang sudah kerja di isu feminisme sekaligus sebagai penguatan untuk gerakan perempuan dan LBT-nya.
Dari Diskusi ke Diskusi
Tutur Feminis pertama kali diluncurkan (launching) saat perayaan ulang tahun Qbukatabu yaitu pada 23 Maret 2019 di Solo. Saat itu peluncuran buku disajikan dalam format diskusi dengan menghadirkan Suster Nata OFS, seorang penulis, pelukis dan healer. Lalu ada juga Helvana dari kolektif Larasati serta Yulia Dwi Andriyanti sebagai penulis. Diskusi tersebut dimoderatori Ino Shean dari Qbukatabu. Saat perayaan ulangtahun Qbukatabu, buku ini dibagikan secara gratis kepada para peserta yang hadir. Helvana dari kolektif Larasati turut berkomentar bahwa konsep bukunya menarik karena selain memberikan penjelasan tentang LBT, pembaca juga bisa ikut berefleksi lewat mewarnai yang bisa kasih efek relaksasi.
Buku mulai didistribusikan pada April 2019 dan memperoleh banyak tanggapan dari para pembaca yang tidak segan membagikan pengalamannya mewarnai buku melalui akun media sosial mereka. Selanjutnya, Qbukatabu memperoleh kesempatan untuk memperkenalkan Tutur Feminis di Festival Film 100 % Manusia pada 28 September 2019. Diskusi Tutur Feminis ini menghadirkan Yulia Dwi Andriyanti, Rainbow dan Vica Larasati dari Qbukatabu serta Intan Darmawati. Diskusi ini juga diliput oleh Konde http://www.konde.co/2019/10/tutur-feminis-mengenalkan-feminisme-dan.html. Orang-orang yang membeli buku saat diskusi berlangsung juga ikut berkontribusi pada upaya mendukung korban kekerasan berbasis gender yang dikelola oleh Kekini.
Terakhir, Qbukatabu memperkenalkan Tutur Feminis pada penyelenggaraan Ubud Writer and Reader Festival (UWRF) 2019 pada 27 Oktober 2019. Diskusi buku Tutur Feminis dihadiri narasumber buku, yaitu Lely Zailani dan Hindun Anisah serta Yulia Dwi Andriyanti dan Raiz dari Qbukatabu. Diskusi tersebut memperoleh sambutan hangat dari pengunjung. Beberapa pengunjung tidak segan bertanya dalam sesi diskusi bahkan ada yang bertanya juga di luar diskusi. Salah satu pengunjung diskusi bercerita tentang lingkungan kerjanya di sektor pemerintah membuatnya sulit untuk mengakses informasi tentang seksualitas karena segala hal tentang seksualitas dianggap tidak boleh dibicarakan. Ia juga mengungkapkan apresiasinya tentang hadirnya ulama perempuan yang bisa dengan terbuka berbicara tentang kelompok LBT.
Dalam sebuah kesempatan, Yulia mengatakan keberadaan Tutur Feminis bertujuan menyoroti perlindungan atas hak dan keadilan bagi kelompok LBT dan upaya untuk memperbincangkannya di kalangan masyarakat. Antusiasme dalam setiap diskusi, baik langsung maupun media sosial, menunjukkan harapan masih terus ada, meskipun perjalanan tentu masih berlanjut dan pasti berliku-liku.
Jadi, kalau Tabumania mau bikin berbagai kegiatan literasi di komunitas, kampung, kos-kosan, dan sosial media, boleh lo jadikan Tutur Feminis sebagai salah satu referensi untuk belajar sambil menggambar! Tunggu apalagi, segera kontak Qbukatabu untuk memperoleh buku kemudian mencoba untuk mewarnainya. Mewarnai bareng biasanya lebih seru juga kan yak! Tabumania bisa kontak Qbukatabu supaya Tutur Feminis bisa jalan-jalan ke tempat kamu! Ditunggu yaaaa.
0 comments on “Tutur Feminis Jalan-Jalan: Solo-Jakarta-Bali”