Buka Cerita Buka Perspektif

Temu Cerita Jaringan Transgender Indonesia

“Lima perempuan cantik ini awalnya laki-laki.”

“Gantengnya perempuan tomboy ini ngalahin gantengnya laki-laki tulen.”

Tabumania, pernah nggak sih lagi buka beranda sosial media lalu muncul berita dengan judul seperti di atas? Judul berita tersebut memang kurang sensitif terhadap teman-teman komunitas Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender (LGBT) terkhusus komunitas transgender. Berita dengan judul yang sensasional demi menarik perhatian pembaca. Terlebih jika kita klik dan membacanya, sering kali tidak ada informasi mendalam tentang identitas gender individu transgender tersebut.

Di Indonesia, media cetak maupun online kerap memberitakan informasi tentang transgender. Sayangnya pemberitaan negatif masih mendominasi, sedangkan pemberitaan positif tentang transgender masih minim. Berita-berita tentang transgender di media yang biasanya ditemui misalnya; kasus pembunuhan, persekusi, transgender yang mengikuti aksi-aksi demokrasi, dan bahkan kejadian yang hanya menampilkan sisi humoris atau untuk hiburan semata.

Pemberitaan negatif memberikan dampak negatif pula bagi komunitas transgender. Dampak yang ditimbulkan berkaitan dengan keamanan dan keselamatan. Selain itu juga kesejahteraan mental yang dapat menimbulkan sisi trauma untuk bertemu orang baru, membuka media sosial, melihat siaran berita, dan sebagainya.

Berangkat dari salah satu faktor itu, sekitar dua tahun lalu sekelompok transgender di Indonesia mulai memikirkan untuk menciptakan ruang diskusi yang aman dan nyaman. Mereka berharap sesama transgender menggunakan ruang tersebut untuk saling menguatkan dan dapat merespon situasi dan kondisi terkait keragaman identitas yang terjadi di Indonesia. Dan, hasil dari inisiasi tersebut kemudian mereka mengadakan pertemuan pertama, yang disebut sebagai Jaringan Transgender Indonesia tepatnya pada 11 Oktober 2019 Lalu.

Salah satu steering committee Jaringan Transgender Indonesia, Rebecca Nyuei, atau biasa dikenal dengan Becca, menceritakan kepada Redaksi Qbukatabu mengenai latar belakang diselenggarakannya kegiatan tersebut. “Situasi di Indonesia dirasa tidak kondusif untuk LGBT, dan yang paling banyak jadi korban adalah trans”. Menurut Becca, korban-korban tersebut merupakan  korban pembunuhan, korban kasus percobaan pembunuhan, penganiayaan, dan persekusi yang terjadi pada komunitas transgender di berbagai daerah di Indonesia. Lebih lanjut Becca menguraikan ketika berbagai kasus tersebut terjadi, komunitas transgnder masih kerap kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Menurutnya ruang yang terjalin selama ini  masih berbasiskan pada ruang informal dan tercampur dengan pembahasan isu komunitas lesbian, gay, dan biseksual. Sementara menurut Becca, komunitas transgender membutuhkan ruang tersendiri untuk membahas kebutuhan mereka. “Yang paling kelihatan misalnya mengenai kebutuhan teman-teman transgender dalam mengakses hormon. Isu tersebut tidak akan didiskusikan secara mendalam jika ruang diskusinya dicampur dengan teman-teman LGB.” Imbuhnya.

Ketika ditanya mengenai tantangan dari pertemuan Jaringan Transgender Indonesia, menurut Becca selain pendanaan karena mendatangkan teman-teman transgender dari berbagai daerah di Indonesia, yang paling utama adalah memfokuskan isu prioritas. Dari pertemuan Oktober lalu, Jaringan Transgender Indonesia berhasil membuat empat fokus kerja untuk jangka pendek dengan kurun waktu lima tahun. Fokus kerja tersebut ialah memperkenalkan Jaringan Transgender Indonesia kepada jaringan, memperkuat tata kelola, melakukan pemetaan yang berkaitan dengan isu transgender, dan analisis situasi. Selain fokus kerja, pertemuan Jaringan Transgender Indonesia juga menghasilkan tiga isu prioritas, yaitu:

  1. Pengakuan dan perlindungan hukum, utamanya pengakuan identitas transgnder sebagai identitas gender.
  2. Kesejahteraan; baik kepada komunitas dan individu transgender.
  3. Kemandirian; memfokuskan pada kemandirian ekonomi berkaitan dengan akses, termasuk akses pekerjaan dan pendidikan.

Becca berharap ke depan terkait pertemuan Jaringan Transgender Indonesia, dapat melakukan konsolidasi dari jaringan transgender yang berada di daerah dengan cakupan wilayah timur, barat dan tengah. Menurut Becca, teman-teman transgender yang berada di daerah memiliki kekhasan tersendiri terkait dengan identitas gendernya. Oleh karena itu, apabila dilakukan konsolidasi per-wilayah maka akan memperkaya temuan bila dipaparkan dalam skala nasional seperti yang sudah dilakukan Jaringan Transgender Indonesia.

Becca, yang sebelumnya juga aktif membantu Sanggar Waria Remaja di Jakarta menambahkan bahwa pertemuan jaringan transgnder di Indonesia kali ini memiliki berbagai keragaman meskipun seluruh pesertanya adalah transgender. Keragaman tersebut tentu berasal dari latar belakang peserta yang terdiri dari ragam usia, wilayah, profesi, dan fokus isu masing-masing peserta. Keragaman tersebut yang akhirnya dapat memperkaya hasil dari perumusan tiga isu prioritas yang disepakati bersama.

Selain Becca, seorang teman trans laki-laki yang berdomisili di Surabaya yaitu Vincent turut menghadiri pertemuan jaringan transgender. Menurut Vincent, ia masih belajar sehingga adanya pertemuan tersebut patut diapresiasi karena menjadi ruang sesama transgnder agar dapat saling bersinergi dan dapat mengutaran cerita-cerita situasi dan kondisi transgender dari berbagai daerah. “Saya secara pribadi ingin ikut andil pada pembuatan wadah/rumah yang memang saya impikan.” Tutur Vincent yang menganggap pertemuan tersebut adalah rumah untuknya sebagai ruang kebebasan berekspresi dan berpendapat.

Dari pertemuan tersebut, Vincent juga berharap isu prioritas yang sudah diputuskan bersama dapat terlaksana dalam jangka waktu lima tahun sesuai kesepakatan. Dan harapan terbesarnya adalah tidak ada lagi korban kekerasan yang terjadi pada kelompok transgender.

Nah, Tabumania, ulasan di atas sekilas mengenai kegiatan yang diinisiasi oleh teman-teman transgender di berbagai wilayah di Indonesia. Kita perlu mengapresiasi dan mendukung hasil pertemuan tersebut maupun rencana kerja ke depan agar dapat terlaksana sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan.

Teman-teman dari Jaringan Transgender di Indonesia juga turut mendorong teman-teman komunitas lain dapat melakukan hal yang sama yaitu membuat inisiasi pertemuan dan memiliki hasil yang dapat dikerjakan bersama-sama. Walau di tahun ini belum dapat mengakomodir seluruh teman-teman transgender di Indonesia, mereka tetap memiliki harapan dan optimis bahwa ke depan akan lebih bisa melibatkan berbagai individu/komunitas transgender lainnya untuk semakin memperkaya situasi analisis transgender di Indonesia.

About Ino Shean

Ino Shean, bukan nama yang sebenarnya. Menurut weton terlahir sebagai orang yang ambisius, urakan tapi mempesona dan penuh kasih sayang. Aktif dalam gerakan, komunitas dan organisasi di isu seksualitas sejak usia 18 tahun. Suka membaca novel, olahraga dan masih bercita-cita menjadi vegetarian. Pecinta film Marvel and DC! Dapat dihubungi lewat IG @ino_shean

1 comment on “Temu Cerita Jaringan Transgender Indonesia

  1. Mau tau dong, tentang jaringan ini. September 2019 kemarin saya baru mulai kuliah di Jakarta dan ternyata jaringan ini juga baru mulai. Andai udah tau ada komunitas gini, gak bakal terlalu kesepian di perkuliahan 😅

    Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: