Buka Layar

Gaul Kekinian Pake Bahasa Binan, Kok Bisa?

“Q s3b3n4rnya ch4yankkk ma qm”

“Ciyus dia suka ma qm?? Miapa??”

Tabumania, pernah baca tulisan yang cukup menyakitkan mata seperti di atas kan? Huruf besar dan kecil digabung, huruf diganti angka, dan ngga pake bahasa Indonesia ejaan yang disempurnakan. Apalagi kalau bukan bahasa alay yang populer selama 10 tahun terakhir ini. Alay atau “Anak Alay” adalah kata untuk menggambarkan remaja labil dan cenderung norak.

Berkembangnya era komunikasi dan digital membuat bahasa alay tumbuh menjadi bahasa gaulnya anak muda kekinian, mengikuti tren dan perkembangan zaman yang menjadi ciri khas generasi muda milenial. Padahal bahasa alay awalnya digunakan untuk menyingkat pesan teks atau SMS (Short Message Servise) yang terbatas. Namun, remaja kekinian memodifikasinya menjadi bahasa populer.

Bahasa alay hanya dikenal lewat gaya tulisan/teks karena tidak punya ciri khas pengucapan. Sementara kata “alay” tetap langgeng dan digunakan untuk pelabelan kepada seseorang yang dianggap lebay (berlebihan); lebay menggunakan make up, lebay cara berpakaiannya, dan lebay potongan rambutnya. Biasanya orang-orang berpenampilan dan berekspresi yang berani “out of the box” akan mendapatkan cap “Tu orang Alay banget sih, dandanannya norak!”

Nah, ngomong-ngomong soal bahasa gaul, Qbukatabu juga mau memperkenalkan bahasa lain di masyarakat yang cukup populer, yaitu bahasa binan!

Bahasa binan, sama halnya dengan bahasa alay, dikembangkan oleh komunitas tertentu dan dikenal sesuai dengan perkembangan zamannya. Bahasa binan digunakan jauh lebih dulu dibandingkan bahasa alay yang biasanya digunakan generasi milenial. Bahasa binan juga merupakan salah satu bahasa gaul yang eksistensinya hingga kini masih terjaga.

Debby Sahertian seorang artis kenamaan tahun 90an, bahkan pernah secara khusus menerbitkan Kamus Bahasa Gaul yang dicetak pertama kali pada tahun 1999. Tabumania usia berapa tuh tahun segitu? Hehehe.

Awal mulanya, Debby Sahertian merasa tertarik dengan cara komunikasi dan bahasa yang digunakan komunitas waria (transpuan) yang bekerja di sebuah salon. Dari ketertarikannya tersebut, Debby Sahertian kemudian melakukan observasi kepada komunitas waria yang bekerja di salon dan mall untuk mengumpulkan kosakata. Debby Sahertian telah menerbitkan tiga seri buku Kamus Bahasa Gaul. Seri ketiga buku tersebut memiliki kosakata terbanyak, mencapai hingga 2000 kosakata! Buku Debby Sahertian bahkan memasuki sebelas kali cetak dalam kurun waktu empat tahun sejak penerbitan pertamanya.

Kosakata dalam buku Kamus Bahasa Gaul tersebut akhirnya menjadi tren di kalangan selebriti. Selain digunakan dalam rumpi-rumpi sesama artis, berbagai tayangan film, talk show, bahkan siaran radio juga mengadopsi dialog menggunakan bahasa binan. Sebut saja seperti film Arisan, talk show Ceriwis, Extravaganza, dan penyiar radio seperti Tike Priatnakusumah. Penggunaan yang paling umum ialah kosakata cin, capcus, rempong, lambreta (cinta, cepetan, repot, lambat).

Sekilas memang terlihat cukup menarik ya, soalnya sampai ada artis yang terkenal di zamannya menulis buku tentang bahasa binan dan mendapatkan sambutan yang luar biasa di pasar Indonesia. Namun, ada polemik yang terjadi nih Tabumania. Komunitas waria merasa Debby Sahertian tanpa persetujuan telah menggunakan bahasa mereka untuk kepentingannya. Secara tidak langsung juga, Debby Sahertian membuat komunitas waria merasa tidak aman karena bahasa binan dipublikasikan, padahal selama ini bahasa binan menjadi bahasa rahasia antar komunitas yang sarat dengan sejarah. Debby Sahertian kemudian mendengar protes dari komunitas waria yang merasa keberatan dengan publikasi bukunya. Debby lalu membuat permintaan maaf secara khusus kepada komunitas waria.

Di sisi lain, publikasi Kamus Bahasa Gaul membawa eksistensi bahasa binan masih bertahan di antara bahasa gaul lainnya yang tumbuh di Indonesia.  Kelebihan bahasa binan yang membedakannya dari bahasa alay maupun bahasa gaul lainnya yaitu jauh lebih cair dan mampu menyasar semua golongan.

Masyarakat pada umumnya lebih familiar dengan bahasa binan yang dikenalkan orang cis perempuan/laki-laki. Contoh seperti buku Kamus Bahasa Gaul yang memuat kata-kata ciptaan komunitas waria, namun diboomingkan oleh perempuan cis. Contoh lainnya lagi dari tayangan televisi yang acap kali menampilkan dialog/komentar dengan bahasa binan, perempuan cis yang paling kerap menggunakan bahasa tersebut antara lain Iis Dahlia, Melanie Ricardo, dan Cut Tari. Iis Dahlia bahkan fasih sekali melafalkan bahasa binan dalam berbagai komentarnya seperti perez, alemong, cucok, mawar (bohong, alamak, cakep, mau). Sedangkan dari laki-laki cis, Indonesia memiliki artis Indra Herlambang, Dave Hendrik, Irfan Hakim.

Penggunaan bahasa binan dalam dunia hiburan (entertainment) menjadi sebuah ciri khas, baik ciri khas dari tayangan/siaran acara tersebut, atau pun dari individu artis yang membawakannya. Bahasa binan dirasa cukup populer, umum, dan lucu untuk membuat orang-orang penasaran dan kemudian tertawa mendengar pelafalan yang diucapkan.

Pengetahuan mengenai bahasa binan yang dimiliki oleh artis-artis tersebut tak lepas dari intensitas bergelut di dunia entertainment. Di dunia entertainment, komunitas gay dan waria khususnya dapat melebur dan mengekspresikan talentanya, baik ketrampilan make up, fashion, manager selebriti, bahkan menjadi selebriti sekalipun. Intensitas bertemu dan berinteraksi membuat para cis tersebut akhirnya turut mengadopsi bahasa-bahasa yang digunakan oleh komunitas tersebut. Mengadopsinya  dalam kehidupan sehari-hari atau hanya sekadar terlihat gaul sebagai orang yang populer di depan media. Peran para cis di dunia entertainment inilah yang menjadi salah satu sumbangsih terbesar eksistensi bahasa binan masih berkobar di jagad raya Indonesia.

Tabumania, kita tentu sepakat bahwa semua bahasa memiliki maknanya masing-masing karena setiap bahasa turut membawa karakter dan identitas penggunanya. Apalagi di Indonesia terdapat 748 bahasa yang tersebar. Bahasa binan, mungkin salah satu bahasa gaul yang dianggap ngga penting bagi sebagian orang; entah orang tersebut sudah malas mempelajarinya, takut mendapat label bagian dari komunitas LGBT atau bahkan takut dianggap sebagai bagian dari propaganda. Orang menggunakan bahasa binan berarti mendukung komunitas LGBT! Wkwkwk.

Namun, tak ada salahnya lho jika kita mencoba mencari tahu dan mempelajari sebuah bahasa yang populer di masyarakat. Kita jadi tahu bahwa setiap bahasa itu sarat dengan makna dan perjuangan ketika mempelajarinya, terlebih dengan bahasa binan. Kalau Tabumania perdalam mempelajarinya nih, bahasa binan sebenarnya jauh dari sekadar bahasa rumpi-rumpi. Bahasa binan memunculkan sebuah ikatan yang mempersatukan komunitas untuk menciptakan rasa aman dan nyaman dalam berinteraksi.

 

About Ino Shean

Ino Shean, bukan nama yang sebenarnya. Menurut weton terlahir sebagai orang yang ambisius, urakan tapi mempesona dan penuh kasih sayang. Aktif dalam gerakan, komunitas dan organisasi di isu seksualitas sejak usia 18 tahun. Suka membaca novel, olahraga dan masih bercita-cita menjadi vegetarian. Pecinta film Marvel and DC! Dapat dihubungi lewat IG @ino_shean

3 comments on “Gaul Kekinian Pake Bahasa Binan, Kok Bisa?