Buka Layar

I’mperfect: Perjalanan Berdamai dan Bahagia Jadi Diri Sendiri

Judul: I’mperfect, A Journey to Self-Acceptance
Penulis: Meira Anastasia
Cetakan : 2018
Tebal : 172 hlm
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tabumania, pernahkah merasa sakit hati atau tersinggung saat ada teman atau kenalan berkomentar tentang bentuk tubuh? Komentar yang membuat diri bertanya-tanya dan tidak percaya diri atau merasa minder. Banyak orang mengalaminya, tidak terkecuali Meira Anastasia. Melalui bukunya “I’mperfect, A Journal to Self-Acceptance”, Meira menceritakan pengalamannya berdamai dan bahagia menjadi dirinya sendiri. Mengisahkan bagaimana insecurity (rasa ketidakamanan dan kegelisahan terhadap diri sendiri) dan negative body image (citra tubuh negatif) memengaruhi kehidupannya. Hingga akhirnya ia bisa menerima, nyaman dan bahagia dengan dirinya sendiri.

Komentar fisik seringkali hanya dianggap bercanda dan ketika marah karena komentar tersebut lalu dianggap terlalu baper (bawa perasaan). Respon terhadap komentar fisik antara satu orang dengan yang lain akan berbeda. Ketika komentar negatif ditujukan kepada orang dengan insecurity, maka bisa membuat orang tersebut semakin menyalahkan dirinya sendiri. Apalagi jika komentar negatif tersebut diterima sejak kecil dan berada di lingkungan terdekatnya. Meira mengatakanbahwa lama kelamaan, perasaan itu bisa membuat seseorang membenci dirinya sendiri (hlm. 13).

Hal ini pula yang terjadi pada Meira. Komentar-komentar dari teman, keluarga ditambah kondisi lingkungan di mana Meira sering pindah sekolah membuatnya kesulitan beradaptasi. Ia sering merasa harus beradaptasi agar diterima di lingkungan barunya, bukan fokus pada dirinya sendiri. Menurutnya hal ini pula yang memengaruhi rasa percaya dirinya.

Nah, upaya agar bisa diterima inilah seringkali membuat orang berupaya untuk “berubah”. Apalagi jika tuntutan berubah ini berasal dari orang-orang yang disayang, misal gebetan atau pasangan. Ditambah ketika orang-orang yang berkomentar menggunakan alasan: “Ini kan untuk kebaikanmu sendiri!”. Jika memang untuk kebaikan, komentar akan diberikan dengan penuh kasih sayang dan empati, bukan dengan ejekan dan kata-kata menyakitkan. Meira tidak mempermasalahkan orang yang ingin berubah, namun jangan sampai berubah hanya karena apa yang dipikirkan orang atau ada orang lain yang meminta berubah. Berubahlah untuk menjadi diri sendiri yang lebih baik daripada sebelumnya (hlm. 32).

Lalu apa yang harus dilakukan ketika menerima komentar negatif? Menurut penulis skenario Film Susah Sinyal dan Milly & Mamet ini, kita tidak bisa mengatur orang dan berharap orang tidak menyakiti kita. Maka yang bisa dilakukan adalah mengatur diri sendiri dan mengatur reaksi terhadap komentar negatif yang diterima. Misalnya, tidak meladeni komentar yang masuk di Instagram karena hanya buang-buang waktu saja. Selain itu, memanfaatkan tombol block terhadap akun-akun yang memberikan hal negatif pada diri sendiri.

Sayangnya, tombol block hanya ada di dunia maya dan bersifat sementara. Menurut Meira, kunci agar tidak merasa stres akibat berbagai komentar negatif tersebut adalah diri sendiri. Ketika ada orang-orang yang membela atau mendukung, namun diri sendiri tidak menyadari dan memulai untuk berubah, maka hasilnya akan sama saja. Ia mengatakan, “Kalau kamu merasa belum nyaman dengan dirimu sendiri atau komentar negatif orang tentang kamu, ya ada dua pilihan: terima atau berubah.”(hlm. 45)

Berubah ini berhubungan dengan bagaimana menjaga tubuh.Misalnya, mengatur berat badan agar tidak obesitas, jauh dari penyakit, nyaman menikmati hidup. Menerima bentuk tubuh bukan berarti ketika mengetahui berat badan di atas normal dan sering muncul penyakit lalu hanya diam saja dan tidak mau berubah. Jika memang ada kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik dengan cara-cara yang baik juga, mengapa tidak mencobanya? Sementara itu bagian-bagian tubuh seperti pancaindera, warna kulit dan ciri fisik lain merupakan pemberian Tuhan. Ketika ingin mengubah bagian tubuh tersebut, maka perlu melakukan operasi. Jika sudah berdamai dengan diri sendiri, maka akan mengetahui apakah benar-benar ingin mengubahnya dan kalau ingin mengubahnya pun dengan cara-cara yang baik. Inilah pentingnya menerima dan berdamai dengan diri sendiri.

Meira menegaskan, kalau memang dengan melakukan perubahan (operasi) bisa membuat bahagia, maka hal tersebut silakan dilakukankarenahidup memang penuh dengan pilihan sulit yang harus diambil. Sebelum melakukan perubahan, sebaiknya melakukan riset dengan seksama dan ketahui apa saja konsekuensinya. “Jangan sampai ada penyesalan, karena kamu yang paling tahu apa yang membuat hidupmu menjadi lebih baik”, tulis Meira di bukunya halaman 79.

Perubahan yang dilakukan Meira yaitu melakukan workout (berlatih fisik). Berawal dari latihan fisik sendiri di rumah hingga lanjut bergabung di sebuah gym dengan bimbingan personal trainer. Selain perubahan fisik, ia juga mengupayakan perubahan cara pandang (mindset) karena perbaikan fisik tidak serta merta membawa pada perubahan cara pandang.

Dalam buku ini, Meira membahas Prahara Payudara di mana payudara merupakan bagian tubuh yang mengganggu pikirannya. Ia merasa insecure dengan payudaranya yang berubah bentuk setelah hamil dan menyusui. Bentuk payudara yang berubah membuatnya merasa tidak percaya diri dan ingin melakukan operasi. Ia juga bercerita tentang pengalaman tidak menyenangkan saat berkonsultasi dengan seorang dokter. Lalu berdamai dengan bentuk payudaranya setelah berkonsultasi dengan dokter yang lebih profesional dan berdiskusi dengan suaminya-yang sebenarnya tidak mempermasalahkan bentuk payudaranya. Meira kemudian memutuskan untuk tidak melakukan operasi dan fokus berolahraga, terutama latihan di bagian upper body (tubuh bagian atas), yakni dada, tangan, lengan, dan bagian punggung. Ia juga melakukan latihan angkat beban. Dua latihan rutin tersebut ternyata membuat kulit di payudaranya lebih kencang. Hal yang sama sekali tidak ia sangka sebelumnya.

Setiap orang memiliki perjuangan berbeda-beda. Hal ini pula yang disadari Meira. Perjuangan baginya adalah berdamai dan menerima diri sendiri. Tidak semua masalah bisa dilihat di permukaan. Adakalanya terdapat masalah yang tidak kelihatan tetapi memberikan dampak buruk, salah satunya membenci diri sendiri. (hlm 85). Hal itu pula yang akhirnya disadari ketika muncul perasaan membandingkan kehidupannya dengan orang lain di Instagram dengan melihat di permukaan saja, lewat feed instagram, tanpa mengetahui di baliknya. Di balik semua yang terlihat menyenangkan, selalu ada perjuangannya. (hlm 90).

Meskipun buku ini membahas hal serius, Meira berhasil menyampaikannya dengan menyenangkan dan mudah dipahami. Berawal dari insecurity, kemudian berusaha menutupi dan sering mempertanyakan rasa mindernya dalam hati hingga berani mengakui dan menerima ketidaksempurnaan. Ia tidak sempurna tetapi ia bahagia.

Tabumania, perasaan minder, insecure terhadap diri sendiri dan keinginan menjadi sempurna bisa dialami siapa saja. Terlalu fokus terhadap ketidaksempurnaan dengan kacamata negatif justru menghalangi diri berkembang atau berubah ke arah lebih baik. Maka, belajar untuk melihat dengan kacamata positif. Dalam buku ini, kata imperfect (tidak sempurna) berubah menjadi kata i’mperfect (aku sempurna) ketika dilihat dari “kacamata” berbeda. Meira berpesan agar kita tidak fokus pada kesempurnaan orang lain, namun fokus untuk menjadi sempurna bagi diri sendiri. Bukan sempurna secara fisik, tetapi secara pikiran dan hati, untuk lebih mencintai diri sendiri.

0 comments on “I’mperfect: Perjalanan Berdamai dan Bahagia Jadi Diri Sendiri

Leave a comment