Buka Cerita

Membuat Usang Patriarki Lewat Nada

Tabumania, musik menjadi salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Musik bisa menjadi media hiburan serta menyampaikan atau menyuarakan pesan, bisa berupa kritik, protes, dan sebagainya. Saat mendengarkan musik atau bernyanyi di bilik karaoke menjadikan musik sebagai media hiburan,bagaimana jika musik digunakan sebagai media menyuarakan pesan?

Nah, ini yang dilakukan Nada Bicara, band asal Yogyakarta yang diinisiasi Erlina Rachmawati dan Alexandrie Dolly sejak 2016. Bersama tiga personil inti lainnya, yaitu Sasi Kirono, Gillang R., dan Andre Elyedes Tarigan. Band ini memiliki dua album dan banyak single lagu yang mengusung tema keberagaman, kesetaraan gender, otoritas tubuh, relasi kuasa, cegah bullying (persekusi), pencegahan kekerasan terhadap anak (penculikan maupun perdagangan anak) dan pencegahan kekerasan terhadap perempuan.

Menurut Erlina, lagu-lagu yang mereka ciptakan berangkat dari pengalaman personal maupun cerita-cerita dari orang-orang terdekat mereka. Setelah bekerja sama dan belajar dengan organisasi Jaringan Perempuan Yogyakarta dan Rifka Annisa, mereka makin semangat membuat lagu reflektif yang melibatkan pengalaman personal tentang perempuan dan anak-anak.

Album pertama Nada Bicara berjudul Adik dan Kakak. “Album ini bisa dikatakan pengalaman saat masa kecil, misalnya bullying. Lalu pengalaman saat berselancar di internet kemudian membuka konten dewasa. Meskipun sebenarnya bukan salah kita juga kan saat membuka konten tersebut, kan itu bagian dari eksplorasi ya. Ya itu memang butuh didampingi orang tua. Nah, ketidaktahuan saat masih kecil tersebut kemudian disampaikan melalui lagu. Ada pula lagu tentang penculikan dan perdagangan anak-anak. Semuanya berangkat dari pengalaman sendiri maupun teman-teman terdekat.”urainya saat diwawancarai Redaksi Qbukatabu.

Kemudian, album kedua mereka yaitu Kosong. Album ini juga menjadi sebuah soundtrack film animasi dokumenter berjudul Kosong. Film produksi Hizart Studio ini berkisah tentang stigma yang dilekatkan pada perempuan yang tidak mau punya anak dan tidak bisa punya anak. “Album kedua ini merupakan album kolaborasi sebagai soundtrack film animasi dokumenter Kosong. Film masih proses, kira-kira akan screening pada 2019 ini. Ada empat lagu dalam album ini yang bercerita tentang perempuan yang dipersalahkan apabila tidak punya anak dan perempuan yang dianggap tidak sempurna ketika tidak punya anak.”urai Erlina.

Bagi Erlina, salah satu lagu dalam Album Kosong yang cukup menguras ide maupun cukup berat untuk menuangkannya adalah Usang. Ia tidak terlalu ingat berapa lama proses pembuatan lagu tersebut. Dalam penuturannya yang berat ketika membuat lagu tersebut ketika memikirkan gagasan bagaimana alur cerita dibuat bisa membutuhkan waktu berbulan-bulan. “Misalnya akan menulis lagu dengan tema patriarki ini maka perlu dipikirkan elemen apa saja yang diperlukan lalu bertukar pikiran untuk menuliskannya. Selain itu setelah lagu jadi, harus dirasakan emosinya kata per kata, apakah perlu penekanan atau tidak, dan seterusnya.”kata Erlina. Lagu ini berangkat dari pengalaman pribadi Erlina, yang juga salah satu subyek dalam film dokumenter Kosong. Dalam film tersebut ia mengisahkan tentang dirinya yang menikah tanpa anak,bukan karena kondisi kesehatan melainkan karena memilih.

“Dalam lagu ini, kami menceritakan bagaimana peradaban (patriarki) dibentuk dan dilestarikan terus. Hingga dikonstruksi patriarki yang maskulin penuh dengan kekerasan. Ditambah relasi kuasa menindas yang lemah. Sebuah bentuk peradaban yang sudah bertahun-tahun kemudian kami bungkus jadi satu lagu. Ini butuh energi besar.”katanya.

Tabumania, yuk, simak sejenak lirik lagu Usang!

Sejak lahir untuk dipersiapkan
Menjadi pelengkap dunia bertuan
Konon tubuhku bagaikan lukisan
Dibacakan mantra kesucian kesuburan

Dimiliki dibatasi aturan
Ragaku tlah dibuatkan pilihan
Dianggap utuh atas keturunan
Dijanjikan bahagia patuh pengabdian

Reff :
Sejak kapan ini bermula
Warisan kakek moyangmu
Kami bukan nenek moyangnya
Dan enggan kami wariskan

“Pada bagian reff kami menegaskan bahwa cara untuk memutus rantai patriarki itu dengan tidak mewariskannya kepada generasi penerus. Cara ini bisa melalui profesi seperti guru atau pendidik, bisa juga orang-orang yang lebih sering bertutur dan dekat dengan perempuan dengan tidak mewariskan budaya itu.”tambahnya.

Erlina juga menjelaskan perempuan selama ini ditempatkan sebagai simbol alat produksi, bukan sebagai manusia yang berdaulat dan utuh. Itulah mengapa lagu Usang berupaya membongkar perspektif patriarki tersebut. “Banyak hal yang bisa perempuan lakukan selain beranak (dalam kacamata masyarakat), misalnya bisa berkolektif, memberdayakan secara ekonomi, ilmu pengetahuan, dan lainnya.”tegasnya.

Terkait genre musik yang digunakan, Nada Bicara tidak berpatokan pada salah satu genre musik. Erlina mengatakan, mereka bisa menerapkan berbagai genre musik karena yang terpenting lagu dan pesannya bisa diterima berbagai kalangan termasuk akar rumput.

Lagu-lagu Nada Bicara menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Erlina mengatakan di dalam lagu-lagu mereka tidak akan ada diksi (pilihan kata) patriarki atau feminis. Ia berharap lagu-lagu mereka bisa menjangkau masyarakat lebih luas lagi, termasuk kawan-kawan yang tidak mengetahui atau asing dengan kata-kata tersebut. “Karena yang paling penting itu cita-citanya, yaitu kesetaraan, toleransi dan tanpa kekerasan.”jelasnya. Baginya, lagu merupakan ruang bicara. Melalui nada mereka berbicara tentang keberagaman, kesetaraan, toleransi, cara-cara nir-kekerasan dan keberpihakan terhadap perempuan dan anak.

Tabumania tertarik mendengarkan lagu-lagu Nada Bicara? Caranya mudah! Tabumania bisa menikmatinya lewat aplikasi Spotify dan Soundcloud dengan ketik nama Nada Bicara. Siapa tahu, setelah mendengarkan lagu-lagu mereka, Tabumania tertarik membuat lagu untuk menyuarakan kegelisahan yang ada di sekitar?

0 comments on “Membuat Usang Patriarki Lewat Nada

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: