Buka Cerita Buka Perspektif

Papuan Voices : Suara Damai Melalui Film

Tabumania, tidak banyak kisah-kisah tentang Papua dan orang-orangnya yang diceritakan langsung atau setidaknya diambil dari sudut pandang orang Papua. Adalah Papuan Voices yang hadir sejak 2012 berupaya untuk menyampaikan atau mengampanyekan isu-isu yang terjadi di Papua berdasarkan sudut pandang orang Papua melalui video atau film dokumenter. Komunitas ini awalnya terlahir dari sebuah program khusus yang dilakukan Engage Media (sebuah organisasi yang bergerak dalam isu pemberdayaan media, teknologi dan budaya), kemudian menjadi komunitas advokasi visual yang mandiri.

Papuan Voices memproduksi film-film dokumenter berdurasi pendek, sekitar 30 menit yang mengisahkan perjuangan orang-orang Papua sehari-hari berkaitan dengan alam maupun isu-isu sosial yang terjadi. Salah satunya film dokumenter berjudul “Penjaga Bukit Isio”. Film ini mengisahkan orang Papua bernama Alex Waisimon yang sebelumnya sering pergi ke berbagai negara kemudian memutuskan pulang ke kampung halamannya di Nimbokrang, Jayapura, untuk menyelamatkan hutan dan tanah.

Ada juga film yang berjudul “Mama Mariode” mengisahkan tentang Mariode Malak dan Kefas Gisim yang bersikukuh tidak mau menjual tanahnya kepada perusahaan perkebunan sawit yang ingin memperluas wilayahnya di tepi sungai Klasafet. Ada pula “Sa Butuh Ko Pu Cinta” film berdurasi sekitar 13 menit yang mengisahkan 300 anak yang menjalani kerasnya hidup di jalanan dan memperoleh stigma masyarakat Papua sebagai anak jalanan yang berbahaya padahal mereka pun membutuhkan perhatian layaknya anak-anak seusia mereka lainnya. Masih banyak judul-judul film lainnya dengan berbagai isu yang diangkat sebagaimana yang bisa dilihat dan diunduh melalui website mereka: papuanvoices.net.

Selama kurun waktu 2012 – 2017, Papuan Voices memproduksi film dokumenter dan dicetak dalam bentuk keping CD dan didistribusikan di Papua. Sementara bagi masyarakat lokal, nasional maupun internasional bisa mengaksesnya melalui papuanvoices.net. Film-film tersebut banyak diputar di berbagai tempat baik lokal, nasional maupun internasional sebagai sumber informasi dan bahan pembelajaran.

Papuan Voices juga berhasil mendeklarasikan diri sebagai lembaga pertama yang menyelenggarakan Festival Film Papua (FFP) pertama kali. Kegiatan FPP I dilaksanakan pada 2-9 Agustus 2017 di Vertente Sai, Kompleks Keuskupan Agung Merauke. Tema pada film-film FFP I ini adalah “Alam dan Manusia Papua”. Sedangkan FFP II pada 7-9 Agustus 2018 di Aula Museum Negeri Papua Expo Waena, Kota Jayapura, Papua. Pada FPP II ini bertema “Masyarakat Adat Papua di Tengah Arus Modernisasi”. Kegiatan FPP akan menjadi agenda rutin yang dilaksanakan setiap tahunnya dan bisa dikunjungi masyarakat umum serta tidak dipungut biaya sama sekali.

Tabumania, inilah mengapa dalam kesempatan kali ini, masih dalam rangka Hari Perdamaian Internasional, Qbukatabu mengangkat Papuan Voices sebagai agen perdamaian anak muda. Tim Qbukatabu berkesempatan untuk mewawancarai Koordinator Umum Papuan Voices, Max Binur beberapa waktu lalu dan berikut ini uraiannya.

Menurut Kawan-kawan Papuan Voices, apakah damai itu?

Damai itu luas ya artinya semua umat manusia di alam ini menginginkan kehidupan yang harmonis.

Kalau dikaitkan dengan situasi di Papua, dulu atau saat ini, apakah damai itu?

Ketika dikaitkan dengan situasi di Papua, maka damai yang diharapkan adalah adanya toleransi antar semua umat manusia dalam membangun persaudaraan tanpa membedakan ras, agama, jenis kelamin, dll. Papua merupakan daerah konflik dan investasi. Kami semua ingin tidak ada kekerasan baik yang dilakukan aparat keamanan maupun sesama terhadap orang Papua maupun antar orang Papua sendiri. Kami ingin damai itu dirasakan semua orang secara suka cita. Papua itu daerah konflik keamanan dan investasi sejak dulu, kini, dan nanti. Damai semakin jauh dari harapan masyarakat asli Papua karena tidak ada penghormatan terhadap kemanusiaan, keadilan dan kesetaraan di Tanah Papua.

Lalu apa yang dilakukan Kawan-kawan Papuan Voices untuk mencapai kedamaian?

Bagi Papuan Voices, untuk mencapai kedamaian dengan menyampaikan pesan kemanusiaan lewat film yang diproduksi dan disebarluaskan kepada semua pihak untuk mengingatkan semua pihak bahwa ada masalah dan tugas kita bersama untuk membangun perdamaian, keadilan dan kesetaraan secara bersama. Kami berupaya hadir sebagai wadah pendidikan, pengembangan sumber daya generasi muda Papua dan kampanye isu-isu Papua melalui media audio visual. Selain memproduksi film-film dokumenter dengan berbagai isu di Papua, kami juga mengadakan pelatihan audio visual bagi komunitas-komunitas.

Selama ini apa saja kendala yang dihadapi?

Kendala yang kami hadapi mungkin lebih kepada luasnya wilayah Papua, namun untuk mengatasinya kami membentuk perwakilan PapuanVoices di berbagai daerah sehingga bisa menjangkau semua kabupaten dan kota di seluruh Papua. Kendala lainnya adalah keterbatasan fasilitas pendukung seperti kamera maupun peralatan lainnya. Biasanya kami menggunakan alat pribadi atau menyewa. Sedangkan untuk peningkatan kapasitas kelembagaan, pada 20 – 21 September 2018 lalu kami mengadakan Konferensi Nasional Papuan Voices untuk pembenahan dan penataan manajemen agar lebih baik.

Apa Harapan Kawan-kawan Papuan Voices?

Harapan kami sederhana, Papuan Voices tetap bersuara tentang berbagai masalah di Tanah Papua melalui media audio visual,terutama melalui film, untuk memberikan pendidikan informasi bahwa Papua damai adalah tanggung jawab bersama. Semua berkewajiban untuk membangun damai dalam keluarga dan secara umum.

Tabumania, suka atau tidak damai memang belum dirasakan sepenuhnya. Namun, bukan berarti harus berhenti berharap dan berjuang. Seperti yang dikatakan Max Binur bahwa tugas kita bersama untuk membangun perdamaian, keadilan dan kesetaraan secara bersama. Maka, suara damai bisa terwujud lewat berbagai bentuk; tulisan, gambar maupun video. Tak juga lupa kalimat yang diucapkan oleh Mama Mariode di akhir filmnya: “Cukup sudah yang sekarang. Walaupun ada program dari pemerintah untuk bongkar hutan, saya tidak setuju. karena katong (kita) pikir anak cucu ke depan.” Maka, suara damai juga berarti suara tak setuju; tak setuju pada upaya yang merusak alam dan kemanusiaan. (DKP)

1 comment on “Papuan Voices : Suara Damai Melalui Film

  1. Pingback: Papuan Voices : Suara Damai Melalui Film — qbukatabu.org – suarapaniai@blospot.com

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: