#UNICEF Indonesia bersama dengan Badan Pusat Statistik melakukan analisis terhadap rata-rata perkawinan anak perempuan di Indonesia antara 2008-2012. Analisis ini berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dari 2008-2012 serta data Sensus Penduduk Indonesia pada 2010.
Prevalensi perkawinan anak perempuan dihitung berdasarkan data Susenas 2008-2012 mengenai perempuan yang pernah kawin yang pada saat survei berusia 20-24 tahun dan menyatakan bahwa mereka pernah kawin sebelum usia 18 tahun.
Rata-rata prevalensi nasional perkawinan anak perempuan sebesar 25%. Sementara itu, Sensus Penduduk Indonesia 2010 menunjukkan bahwa 106 kabupaten dari total 497 kabupaten memiliki prevalensi perkawinan anak perempuan usia 15-19 tahun yang sangat tinggi, yaitu 20% bahkan melebihi prevalensi tingkat nasional.
Prevalensi perkawinan anak bukan satu-satunya indikator, namun dapat dilihat dari jumlah anak perempuan yang pernah kawin pada tahun tertentu. Meskipun Jawa Timur (16,7%), Jawa Tengah (13,5%) dan Jawa Barat (12,3%) memiliki prevalensi yang rendah dibandingkan prevalensi nasional, namun jumlah anak perempuan yang pernah kawin di tahun 2012 merupakan yang tertinggi.
Hal serupa terjadi saat membandingkan antara prevalensi tingkat provinsi dengan tingkat kabupaten di tahun 2012:
Jawa Timur; kabupaten dengan prevalensi tertinggi yakni Bondowoso (35%) dan Probolinggo (35%), Situbondo (34%) dan Sumenep (32%). Sementara itu kecamatan dengan prevalensi yang lebih tinggi lagi, yakni Sumbermalang di Probolinggo (64%). Meskipun demikian, kecamatan tertinggi kedua, yakni Lumbang (63%) berada di Pasuran yang merupakan kabupaten dengan prevalensi jauh lebih rendah, yakni 19%
Jawa Tengah; kabupaten dengan prevalensi lebih tinggi yakni Wonosobo (63%). Bahkan, 6 dari kecamatan dengan prevalensi tertinggi di Jawa Tengah sebesar 70% atau lebih tinggi lagi.
Jawa Barat; kabupaten dengan prevalensi tinggi yakni hingga 43%. Salah satu kecamatannya yakni terletak di Takokak, Cianjur. Selain itu, empat dari lima kecamatan dengan prevalensi perkawinan remaja perempuan tertinggi, antara 39 dan 43%, berada di Kabupaten Sukabumi, yang memiliki prevalensi kabupaten sebesar 18%.
HUBUNGAN PREVALENSI PERKAWINAN ANAK PEREMPUAN dengan ANGKA KEMATIAN IBU
Perkawinan usia anak berkontribusi besar terhadap naiknya angka kematian ibu (AKI). Terjadi peningkatan yang signifikan, yakni dari 228 (tahun 2007)
menjadi 359 (tahun 2012) per 100.000 kelahiran hidup. Kehamilan pada usia di bawah 19 tahun meningkatkan risiko komplikasi medis, baik pada ibu maupun pada bayi yang dikandungnya. Hal ini terjadi karena pada usia tersebut, rahim belum siap untuk ditempati janin dan menjalani persalinan.
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan bahwa 48 dari 1.000 kehamilan di perkotaan terjadi pada kelompok remaja usia 15-19 tahun. Angka ini meningkat dibandingkan temuan SDKI 2007 yang hanya 35 dari 1.000 kehamilan. Komplikasi kehamilan dan persalinan merupakan penyebab utama kematian pada kelompok usia ini, sebanyak dua kali lipat dibandingkan kelompok usia 20-24 tahun. Risiko ini meningkat lima kali lipat pada kelompok usia 10-14 tahun.
Kementerian Kesehatan RI menyebutkan bahwa Jawa Barat memiliki peringkat AKI tertinggi pada 2014 karena menyumbang 50% dari jumlah kematian ibu. Sukabumi merupakan kabupaten di Jawa Barat yang memiliki AKI tertinggi di tahun 2012. (ED)
qbukatabu.org 
0 comments on “Data Prevalensi Perkawinan Anak Di Indonesia Tergolong Tinggi”