Buka Cerita

Tolak Lupa Sejarah, Pulihkan Korban, Cegah Keberulangan

Pengungkapan hak atas kebenaran, keadilan dan pemulihan bagi korban Tragedi Mei 1998 belum juga direalisasikan Negara. Berdasarkan laporan dokumentasi dari Saparinah Sadli, Pelapor Khusus Kekerasan Seksual Mei 1998 dan Dampaknya yang ditunjuk Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), korban kekerasan seksual masih memilih untuk diam. Mereka tak mau dikenali sebagai korban dan memutus ingatan-ingatan dengan masa lalu yang berkaitan dengan Mei 1998. Hanya dua orang penyintas kekerasan seksual yang bersedia menemui Saparinah Sadli.

Disisi lain, para korban yang kehilangan anggota keluarga saat Tragedi Mei 1998 serta para pendamping terus bersuara dan mengupayakan berbagai inisiatif. Simpul-simpul yang dijalin di antara komunitas korban, organisasi hak asasi manusia, dan lembaga nasional HAM, berbagai gerakan untuk mendorong pertanggungjawaban Negara tak berhenti diupayakan. Selain itu, gerakan ini dilakukan agar generasi muda tak lupa dengan peristiwa Mei 1998, termasuk kekerasan seksual yang terjadi, sebab fakta-fakta tersebut tidak masuk dalam kurikulum pelajaran sejarah di Indonesia.

Apa saja bentuk-bentuk gerakan tersebut?

Inisiatif Komunitas Korban

  1. Boneka Mei 1998 – terbuat dari kain putih ukuran 10-12 cm yang dijahit oleh komunitas korban, khususnya para ibu yang anaknya hilang saat kerusuhan Mei 1998. Proses menjahit boneka dimaknai sebagai proses menjahit luka demi kesembuhan.
  2. Selendang Persahabatan – digagas oleh Perempuan Indonesia Tionghoa (PINTI) yang didesain oleh Hartati Adiarsa. Selendang ini bercorak batik dengn ragam hias serta simbol-simbol yang menggambarkan perjalanan sejarah bangsa Indonesia yang merupakan perpaduan budaya India, Cina, Arab/Persia, Eropa dan Jepang. Pesan yang tersirat dari corak tersebut adalah kasih, persaudaraan dan perdamaian antara sesama manusia hingga tak ada lagi kekerasan yang terjadi, khususnya terhadap perempuan.

Aksi Kamisan

→ Aksi Diam yang dilakukan setiap minggu di hari Kamis pada pukul 16.00 – 17.00 di depan Istana Presiden. Diinisiasi oleh KontraS, Jaringan Relawan Kemanusiaan (JRK) dan Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan (JSKK) pada 9 Januari 2007. Aksi ini menjadi upaya untuk terus bertahan dalam perjuangan mengungkap kebenaran, mencari keadilan dan melawan lupa terhadap berbagai kasus pelanggaran hak asasi manusia yang belum selesai hingga saat ini. Salah satunya adalah Tragedi 13-15 Mei 1998. Payung hitam sebagai maskot aksi merupakan simbol perlindungan dan keteguhan iman. Aksi Kamisan pertama kali di adakan pada 18 Januari 2007. Hingga kini, sudah 493 kali aksi ini terselenggara dan 490 surat terbuka dikirimkan pada Presiden. Selain Jakarta, Aksi Kamisan ini juga berlangsung di depan Gedung Sate, Bandung dan telah terselenggara 185 kali.

Memorialisasi Tragedi Mei di Jakarta dan Solo 1998

Memorialisasi → upaya merawat ingatan publik dalam bentuk situs fisik maupun lainnya atas peristiwa pelanggaran HAM sebagai penghormatan para korban. Komisi Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) menginisiasi upaya ini, terlebih kelahiran lembaga Negara independen ini tak terlepas dari tuntutan masyarakat sipil yang berakar pada tragedi kekerasan seksual, terutama yang dialami oleh perempuan etnis Tionghoa. dalam kerusuhan Mei 1998.

Berbagai situs ingatan Mei 1998 lainnya diinisiasi oleh masyarakat sipil sebab Negara masih bungkam terhadap kebenaran Tragedi Mei 1998. Sejak 2010, berdasarkan konsultasi dengan komunitas korban dan organisasi masyarakat sipil, Komnas Perempuan menggagas Napak Reformasi, sebuah metodologi pengajaran tentang sejarah reformasi dengan mengunjungi berbagai situs ingatan Tragedi Mei. Dimulai pada 2013, Napak Reformasi mulai terselenggara setiap tahun dimana mahasiswa, pemerintah, dan organisasi masyarakat sipil datang untuk melihat berbagai situs ingatan tersebut, yakni : a) Monumen Jarum Mei 1998 di pinggir kali RT 08/02 Kel. Jatinegara Kaum Pulo Gadung, Jakarta Timur; b) 231 Kuburan massal Tragedi Mei 1998 dengan posisi di Blad 27, Blok AA1, Tempat Pemakaman Umum Pondok Ranggon di Cipayung Jakarta Timur; c) Pertokoan Glodok, Jakarta Barat; d) Plaza Yogya Klender/Mall Citra Klender, Jakarta Timur; e) Monumen Trisakti 12 Mei 1998 dan Museum Trisakti, Grogol; f) Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat; g) Komnas Perempuan, Jakarta Pusat; h) Gedung MPR/DPR RI, Jakarta Pusat; h) Istana Negara, Jakarta Pusat; i) Gedung 13-14 Mei 1998 Teater Utan Kayu; j) Taman Budaya Tionghoa TMII, Jakarta Timur; k) Makam Souw Beng Kong, Jakarta Pusat; l) Pusat Kebudayaan Tionghoa, Galangan VOC, Jakarta Utara.

Sejak 2013, Komnas Perempuan mendorong Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk bersama komunitas korban membuat situs ingatan di kuburan massal Mei 1998. Akhirnya, pada 2015, berdiri Prasasti Jarum Mei 1998 setinggi empat meter yang dirancang oleh Awan Simatupang. Nama prasasti diadopsi dari Monumen Jarum Mei 1998 yang dibuat dari semen oleh korban dan keluarga korban di Klender Jakarta Timur untuk melepas kerinduan terhadap anggota keluarganya yang hilang saat tragedi tersebut.

Komnas Perempuan dan Jejer Wadon merintis upaya menghidupkan situs ingatan 14-15 Mei 1998 di Solo dengan membuat peta situs ingatan. Situs-situs tersebut terdiri dari; a) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS); b) Gedung bekas diler mobil Timor di Jl Slamet Riyadi; c) Gedung bekas Purwosari Plasa atau Super Ekonomi (SE); d) Matahari Singosaren; e) Lippo Bank dekat Mangkunegaran; f) Ratu Luwes di Pasar Legi; g) Bank Central Asia (BCA) Gladak; h) Matahari Beteng Gladak; i) Ruko Ketandan; j) Taman Pemakaman Umum Purwoloyo; k) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo; l) Griya Solopos.

Pada tahun 2013 di Balai Soejatmoko, peta situs ingatan tersebut diluncurkan.

Tabumania, komunitas korban terus bergerak, sembari menuntut keadilan mereka berupaya agar bisa pulih dari luka yang ditorehkan sejarah bangsa

Bagaimana dengan kamu?
Sudahkah kamu ikut bergerak?

(ED)

#Qbukatabu #RuangBelajarSeksualitas #MariBicaraKebenaran#MenolakLupa #GerakBersama #DukungKorban #PulihkanKorban#CegahKeberulangan #MariIngatMei #MariBelajarSejarah #FaktaSejarah#TolakLupaPerkosaanMei98 #TragediMei98 #KomnasPerempuan#KekerasanSeksualBukanLelucon

Yulia Dwi Andriyanti, biasa dipanggil Edith. Salah satu penggagas Qbukatabu dan berperan sebagai Editor in Chief. Memiliki minat yang besar di topik feminisme, queer, gerakan sosial, keimanan, memori dan emosi kolektif, sosiologi, filsafat dan hak asasi manusia. Pecinta serial Fruitbasket, Little Prince, suka menyanyi, nonton film dan pertunjukan, bisa sedikit main gitar dan ukulele. Ingin terus menulis, termasuk di blog sendiri: queerinlife.blogspot.com

0 comments on “Tolak Lupa Sejarah, Pulihkan Korban, Cegah Keberulangan

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

%d bloggers like this: