→ Martadinata Haryono, perempuan dari etnis Tionghoa, biasa dipanggil Ita, lahir pada 1980. Pada saat tragedi Mei terjadi, Ita berusia 18 tahun. Ita merupakan salah satu korban perkosaan pada Mei 1998. Pada saat Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRuK) melakukan investigasi dan pendampingan terhadap korban perkosaan dan serangan seksual lainnya, Ita aktif bergabung dalam aktivitas tersebut bersama Ibunya yang aktif memberikan konseling pada korban perkosaan. Upaya TRuK dalam menginvestigasi dan mengungkap kejadian perkosaan tidak mudah. Korban maupun saksi kerap menerima ancaman kematian terhadap diri sendiri dan anggota keluarganya melalui surat kaleng maupun telepon. Ancaman tersebut berisi peringatan agar mereka tidak melaporkan peristiwa perkosaan, khususnya yang terjadi pada Mei 1998.
Mengapa Ita dibunuh?
→ Pada 9 Oktober 1998, Ita ditemukan tewas di kamarnya sendiri. Pembunuhan yang sangat brutal ini terjadi beberapa hari sebelum Ita berangkat ke Amerika Serikat untuk memberi kesaksian tentang kejadian perkosaan Mei 1998 di hadapan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Meskipun berbagai ancaman kematian telah dialami oleh Ita dan keluarganya, pihak kepolisian menyangkal bahwa pembunuhan terhadap Ita berkaitan dengan aktivitas Ita dan Ibunya di TRuK. Peristiwa ini tidak hanya dinyatakan sebagai kriminal murni, polisi bahkan menyelidiki perilaku seksual korban dengan mengatakan bahwa korban telah melakukan aktivitas seksual berkali-kali sebelum tragedi Mei 1998 terjadi.
Apa dampak dari kematian Ita yang disangkal Negara?
→ Penyangkalan negara terhadap kematian Ita tak hanya menghancurkan kredibilitas korban dihadapan publik, tapi juga mengukuhkan budaya penyangkalan terhadap peristiwa perkosaan yang terjadi. Sebagai konsekuensinya, pengungkapan kasus perkosaan menjadi semakin sulit. Kesaksian seorang pendamping korban semakin mempertegas hal ini, “… Ketika TGPF mengadakan sesi untuk mendengar kesaksian korban, saya berencana membawa sembilan orang saksi, termasuk dokter. Namun, mereka mengurungkan niat untuk hadir karena takut. Penyebaran terhadap ketakutan ini sangat terasa, terutama setelah pembunuhan Ita Martadinata”.
Paska kematian Ita, Romo Sandyawan Sumardi, mewakili TRuK, menyampaikan keterangan pers. Ia mengatakan bahwa kejadian ini merupakan saksi atas kebenaran sekaligus korban dari kriminalitas Negara. Ia melanjutkan pernyataannya, “Kami tidak ingin sekedar menghitung deretan jumlah angka korban. Kami ingin belajar merengkuh para korban sebagai manusia. yang telah dipecah, dihilangkan keutuhan haknya sebagai manusia. Mereka adalah para saksi kebenaran yang tak akan pernah berhenti menyerukan suara gugatan pada setiap pelaku kejahatan pada kemanusiaan. Mereka adalah sosok manusia yang menjadi batu penjuru sebuah bangunan peradaban baru. Karena itu kami ingin mencoba menyatukan jeritan pengharapan dari setiap korban.” (ED)
#MariIngatMei #TragediMei1998 #KitaTidakLupaPerkosaanMei1998#GerakBersama #KomnasPerempuan #Qbukatabu#RuangBelajarSeksualitas #FaktaSejarah #TolakLupaSejarah#PulihkanKorban #CegahKeberulangan #DukungKorban#KekerasanSeksualBukanLelucon
0 comments on “Siapakah Ita Martadinata Haryono?”