Judul: Badhaai Do | Sutradara: Harshavardhan Kulkarni | Durasi: 2 jam 27 menit
Tabumania, pernikahan bagi sebagian orang bisa menjadi bagian penting dalam kehidupannya. Tidak heran apabila dalam menyelenggarakan acara pernikahannya sampai begitu mewah. Namun, pernikahan juga bisa dianggap sebagai hal yang bukan prioritas utama. Apalagi bagi individu yang berada dalam garis minoritas misalnya kawan-kawan LGBTQIA+. Yang mana di beberapa negara tidak memperbolehkan pernikahan diantara mereka termasuk di Indonesia. Hanya di beberapa negara saja yang memperbolehkan.
Nah, kali ini saya akan membahas sebuah film India bergenre drama komedi berjudul Badhaai Do. Sebuah film yang mengisahkan seputar kehidupan seorang laki-laki gay bernama Shardul (Rajkummar Rao) dan seorang perempuan lesbian bernama Sumi (Bhumi Pednekar). Shardul ini adalah seorang laki-laki bertubuh kekar dan memiliki pekerjaan sebagai seorang polisi. Sementara Sumi seorang perempuan tomboy dan berprofesi sebagai seorang guru olahraga. Memiliki pekerjaan sukses tidak serta merta membuat keduanya hidup nyaman dan damai. Pasalnya keduanya sama-sama dikejar-kejar keluarga mereka agar segera menikah. Sebenarnya Shardul memiliki pasangan seorang laki-laki yang ia rahasiakan, sedangkan Sumi sebelumnya memiliki pasangan bernama Komal. Namun, Sumi ditinggal menikah oleh Komal.
Suatu ketika Sumi mengiyakan janji bertemu dengan teman di aplikasi kencan. Dalam aplikasi tersebut, teman kencan Sumi mengaku sebagai perempuan, ternyata setelah bertemu ia adalah seorang laki-laki. Parahnya lagi, pria tersebut mengancam Sumi agar mencoba berkencan dengannya kalau tidak, ia akan membuka rahasia Sumi yang menyukai perempuan kepada keluarganya. Sumi tidak gentar, ia melaporkan laki-laki tersebut ke polisi. Di sinilah Sumi bertemu Shardul. Shardul kemudian membantunya untuk mengatasi laki-laki tersebut. Setelah itu, Shardul mengusulkan agar keduanya menikah agar bisa hidup tenang, tidak dikejar-kejar keluarga mereka untuk menikah.
Singkat cerita, keduanya pun menikah dan berbulan madu. Meskipun berbulan madu, keduanya tinggal di kamar berbeda dan Shardul pun bertemu dengan Kabir, pasangannya. Setelah menikah, keduanya tinggal bersama. Namun, mereka tinggal seperti teman serumah (roommate) mereka juga membayar uang sewa masing-masing. Selama menjalani pernikahan pura-pura tersebut, Shardul dan Sumi juga mengalami berbagai permasalahan. Mereka harus merahasiakan pernikahan tersebut dari keluarga, teman, dan tetangga.
Itulah mengapa mereka memilih tinggal jauh dari kota untuk meminimalisir risiko ketahuan pura-pura menikah. Sayangnya hal tersebut tidak berlangsung lama, Shardul kemudian diminta atasannya pindah, untuk tinggal di lingkup asrama kepolisian. Masalah tidak berhenti di situ saja. Pasangan baru Sumi yang bernama Rimjhim Jongkey tinggal di rumah tersebut dan mengaku sebagai sepupu Sumi. Shardul kesal. Namun, ia tidak bisa berbuat banyak. Tak berapa lama, ia juga mengalami masalah dengan pasangannya yang membuat mereka putus.
Saat perayaan dhiwali, mereka pulang ke rumah orang tua Shardul. Di sana, mereka mengalami tuntutan selanjutnya setelah menikah yaitu segera memperoleh anak. Untuk menghentikan desakan keluarga agar segera mempunyai anak, baik Shardul dan Sumi saling berbohong bahwa masing-masing tidak bisa memiliki anak. Namun, desakan tidak berhenti karena keduanya diijinkan untuk mengadopsi anak. Hal ini membuat Sumi bahagia karena ia memang menginginkan anak dengan adopsi.
Saat tengah bahagia karena mereka akan segera memiliki anak adopsi, tiba-tiba terjadi hal yang sama sekali tidak mereka bayangkan. Ibu Shardul mengetahui bahwa Sumi adalah lesbian. Seluruh keluarga besar mengetahuinya. Saat keluarga besarnya mencaci Sumi, Shardul membelanya dan juga mengaku dirinya gay.
Menonton film ini, ada banyak isu yang dibahas. Misalnya isu tentang seorang gay yang berada di institusi pemerintahan. Ironis, tetapi hal tersebut bisa terjadi di mana saja. Bahkan bisa menjadi hal yang menakutkan bagi individu gay tersebut. Seperti pengakuan Shardul terhadap Sumi dalam sebuah percakapan. “Bayangkan ada pria gay di kepolisian? Aku lebih takut pada polisi daripada penjahat. Bagaimana jika ada yang tahu?”kata Shardul. Hal tersebut tentu terjadi di mana saja bukan? Ketakutan apabila ketahuan memiliki orientasi atau identitas tertentu.
Isu lainnya adalah mengenai keterbukaan mengenai orientasi seksual. Baik Shardul maupun Sumi, keduanya tidak terbuka terhadap keluarga mereka. Sementara itu Rhimjhim terbuka terhadap keluarganya. Meskipun dengan risiko, ia ditinggal keluarganya. “Orang tuaku tidak peduli lagi. Kukira kakakku akan mengerti, tapi dia tidak mau aku mendekat.“Aku pikir mereka keluarga, mereka akan mengerti, tapi tidak.”katanya. Ada pula Guru Narayan seorang pengacara yang menjadi pasangan baru Shardul. Guru ini pun terbuka dengan orientasinya. Mereka bertemu dalam sebuah perayaan pernikahan gay. Shardul, Sumi, Rhimjhim dan Guru tidak sendiri. Ada banyak individu yang menjalani kehidupan seperti mereka.
Hal lain yang menarik saat terjadi perbincangan antara Sumi dan kakak iparnya tentang anak. Saat itu kakak ipar Sumi berusaha memberitahu Sumi betapa beruntungnya memiliki seorang anak. Menurutnya anak merupakan investasi. “Kita harus punya anak sendiri. Itu investasi terbesar. Setelah tua, mau bergantung ke siapa? Hanya anakmu yang akan menjagamu.”katanya. Namun, di sisi lain ia juga mengatakan bahwa memiliki anak hanya membuat pusing karena hidup habis hanya untuk mengurus mereka (anak). Sumi pun dengan enteng menjawab, “Kau membuatku bingung sekarang. Punya anak atau tidak?”. Obrolan semacam ini serasa tidak asing bukan, Tabumania?
Sebuah pernikahan tidak selalu akhir dari sebuah pencarian cinta. Bisa saja cinta ditemui di mana saja. Namun, sayangnya tidak semua cinta bisa berakhir bahagia. Akan menyenangkan apabila bisa mengekspresikan dengan terbuka, tetapi tidak sedikit pula yang harus menutupinya.
0 comments on “Badhaai Do: Perjalanan Mencari Cinta Sejati”