Tabumania, bahasa menurut Stephen W. Little John dalam bukunya ‘Teori Komunikasi’ merupakan salah satu sistem isyarat yang paling penting bagi manusia. Dalam bahasa, terjadi proses penyampaian pesan antara pengirim dan penerima pesan. Seseorang bisa menyampaikan ide, keinginan maupun perasaannya pada orang lain menggunakan bahasa. Selain itu, bahasa membuat orang bisa bekerja sama satu sama lain.
Pada perkembangannya, bahasa tidak hanya sekadar alat untuk berkomunikasi, tetapi juga menunjukkan eksistensi, misalnya penggunaan bahasa gaul sebagai eksistensi anak muda yang tidak ketinggalan zaman atau kekinian. Penggunaan bahasa tentu saja membutuhkan kesepakatan antara penggunanya sehingga bisa saling menyampaikan pesan dengan baik dan tidak terjadi salah pengertian atau salah tangkap.
Menurut ahli komunikasi Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana, 2011), bahasa memiliki tiga fungsi yaitu penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Penamaaan ialah usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya. Melalui fungsi ini orang bisa memahami maupun mempelajari obyek, tindakan maupun seseorang, misalnya orang bisa mengetahui dan mengenali dari nama seseorang, nama benda atau tempat dan lainnya. Sementara itu, interaksi merupakan upaya yang menekankan pada berbagi gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Orang bisa menggunakan fungsi interaksi untuk berhubungan dengan orang lain, misalnya orang menceritakan idenya, perasaannya, dan sebagainya untuk memperoleh dukungan atau agar idenya bisa diterima. Lalu transmisi informasi adalah ketika informasi dapat disampaikan dan diterima orang lain sehingga pertukaran informasi bisa terjadi. Melalui fungsi ini, bahasa membuat budaya maupun tradisi tetap berjalan berkesinambungan. Orang bisa hidup lebih teratur, saling memahami dan mengenali satu sama lain, misalnya orang bisa mengetahui kebiasaan atau aturan yang ditetapkan di sebuah komunitas, organisasi, tempat dan sebagainya sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.
Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Orang-orang dengan latar belakang sosial budaya berbeda biasanya berbicara dengan cara berbeda. Bahasa yang digunakan di satu tempat bisa saja tidak bisa digunakan di tempat lainnya (daerah atau negara berbeda). Pun begitu dengan penggunaan bahasa subkultur. Prof. Deddy Mulyana dalam bukunya ‘Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar’ menyebutkan bahasa subkultur yaitu bahasa khusus (special language), bahasa gaul atau argot. Bahasa tersebut menggunakan sejumlah kata atau istilah dengan arti khusus, unik, menyimpang atau bahkan bertentangan dengan arti yang biasa digunakan. Deddy Mulyana menyebutkan penciptaan bahasa khusus ini memiliki fungsi tertentu bagi kelompok penggunanya, diantaranya sebagai sarana pertahanan diri terutama bagi kelompok yang hidup di lingkungan yang memusuhi mereka. Bahasa tersebut digunakan agar tidak bisa dipahami kelompok luar maupun kelompok yang menolak atau membenci kelompok penggunanya. Selain itu, bahasa ini juga berfungsi sebagai sarana untuk memelihara identitas dan solidaritas kelompok serta membuat mereka mengenal orang dalam dan membedakan dengan orang luar (2011 : 312). Inilah mengapa ketika menerjemahkan kata-kata bermakna khusus perlu berhati-hati agar tidak menimbulkan salah persepsi. Deddy Mulyana juga menyebutkan banyak komunitas atau subkultur mempunyai bahasa mereka sendiri yang unik dan sulit dipahami orang-orang di luar kelompok mereka.
Secara umum, masyarakat mengenal bahasa Indonesia, bahasa daerah (Jawa, Sunda, Batak, dll), dan bahasa asing (Inggris, Belanda, Jerman, Jepang, dll) untuk berkomunikasi. Namun, ada juga lho bahasa binan! Nah, merujuk penjelasan Deddy Mulyana, maka bahasa binan bisa dikatakan sebagai bahasa khusus. Bahasa binan awalnya lebih banyak dikenal dan digunakan kawan-kawan gay dan transpuan. Mengutip laman situs Gaya Nusantara, pembentukan bahasa binan terjadi melalui dua proses, yaitu proses perubahan bunyi kata yang berasal dari bahasa daerah atau bahasa Indonesia dan proses penciptaan kata atau istilah baru ataupun pergeseran makna kata atau istilah yang sudah ada. Bahasa binan ini sangat menarik untuk dibahas karena belum tentu semua orang mengetahuinya. Sebagian orang bisa juga sudah pernah mendengar atau bahkan menjadikannya sebagai bahasa sehari-hari. Hanya saja mereka tidak mengetahui dan menyadari bahwa mereka menggunakan bahasa binan.
Oleh karena itu, pada edisi kali ini Redaksi Qbukatabu menyajikan informasi mengenai bahasa binan. Tabumania akan memahami terlebih dulu sejarah bahasa binan, yakni asal usul, kapan dan bagaimana bahasa binan digunakan. Tabumania juga akan memahami bahwa bahasa binan juga sudah jadi bahasa keseharian. Kawan-kawan LGBT, cis, dan sekutu (allies) aktif menggunakanya, termasuk juga para pembawa acara (host) musik atau komedian saat tampil di acara stasiun televisi, radio, iklan maupun film dan sinetron. Selain itu, Tabumania penting juga mengetahui perkembangan penggunaan maupun makna bahasa binan dari kawan-kawan transpuan sebagai kelompok yang pertama kali menggunakan bahasa ini agar sejarah penggunaan bahasa binan tidak terlupakan.
Tabumania tentu penasaran dengan informasi-informasi yang akan ditampilkan di edisi kali ini, kan! Nantikan ya informasinya satu per satu! Kalau Tabumania ingin menambahkan informasi mengenai bahasa binan, boleh lho meninggalkan jejak di kolom komentar atau email ke Redaksi Qbukatabu. Yuk yuk!
0 comments on “Pahami Lebih Dekat Bahasa Binan, Yuk!”