Pemahaman tentang seksualitas tak pernah lepas dari konstruksi masyarakat yang terbentuk pada saat itu. Seorang sejarawan dan seksolog, Thomas Laqueur, mengungkap tentang bagaimana seks, tubuh dan gender dikonstruksi di dunia Barat. Ia menggambarkan tentang model anatomi tubuh manusia yang bergeser, mulai dari model-satu seks menjadi model-dua seks.
Model satu seks yang berkembang pada abad 16-17 menggambarkan bahwa organ perempuan memiliki versi yang sama dengan organ laki-laki. Ini ditunjukkan melalui gambar Andreas Vesalius, seorang anatomis yang dianggap sebagai penemu anatomi manusia modern. Di salah satu gambarnya, yakni Fabrica, organ perempuan, yakni rahim dan vagina perempuan memiliki bentuk yang serupa dengan organ laki-laki, namun berada di bagian dalam. Dunia anatomi manusia modern pada saat itu mengkonstruksi organ perempuan sebagai imitasi dari organ laki-laki yang bersifat inferior, karena ia tidak tampak dari luar. Dengan kata lain, organ perempuan dinamakan sebagai penis bagian dalam atau penis interior. Mengikuti logika model satu seks ini, perempuan tidak bisa memiliki penis yang utuh.

Selanjutnya, di akhir abad 18, model dua seks yang berkembang. Pergeseran ini ditunjukkan dengan dipublikasinya ilustrasi kerangka tubuh perempuan pada akhir 1759 oleh Soemmering, seorang anatomis asal Jerman. Ini menjadi penanda bahwa terdapat perbedaan yang tegas antara perempuan dan laki-laki, yang tak hanya terbatas pada organ reproduksi. Soemmering menggambarkan bahwa tengkorak perempuan memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan laki-laki, pinggang yang lebih lebar dari laki-laki, tulang iga yang sangat sempit, dada yang sempit, tulang belakang yang lebih melengkung, paha dan panggul yang lebih besar dibandingkan laki-laki. Berbagai gambaran ini tak lepas dari pemikiran yang serupa muncul di abad 16-17 bahwa perempuan lebih inferior dari laki-laki.

Pemahaman tentang model satu seks dan dua seks diatas menjadi titik berangkat untuk membahas tentang seksualitas lebih lanjut. Bahwa pendekatan medis dan anatomis tak lepas dari nilai-nilai para ilmuwan yang memandang femininitas dan perempuan sebagai sesuatu yang inferior dibandingkan maskulinitas dan laki-laki. Lalu, bagaimana kita bisa membahas tentang seksualitas dengan memastikan bahwa manusia itu setara serta memiliki keragaman ekspresi, penghayatan diri dan aktualisasi kenikmatan? Hal-hal apa saja yang selama ini menjadi mitos yang terus menerus dipertahankan tentang seksualitas? Di bulan ini, yuk kita sama-sama memahami tentang seksualitas!
0 comments on “Seksualitas 101”