Gerakan sosial merupakan proses sosial dimana orang-orang terlibat dalam aksi kolektif serta berbagi identitas bersama (Diani, 1992). Identitas bersama ini tak lepas dari rasa yang kuat terhadap komitmen dan tujuan sehingga membuat individu, kelompok maupun organisasi merasa saling terhubung satu sama lain. Rasa terhubung ini bisa dinamakan solidaritas.
Ada banyak gerakan sosial di Indonesia. Mulai dari gerakan petani, buruh, hak asasi manusia, hingga gerakan yang memperjuangkan otonomi tubuh dan keragaman seksualitas. Setiap gerakan memiliki fokus isu, strategi, cara kerja, dan para pendukung dalam melawan penindasan dan ketidakadilan. Tentu, berbagai gerakan ini akan bertemu untuk mengenal, memahami hingga sepakat untuk bersolidaritas.
Solidaritas antar gerakan sosial adalah soal interseksionalitas. Artinya, antar gerakan sosial menyadari bahwa berbagai bentuk penindasan terjadi dalam struktur relasi kuasa yang berlapis-lapis. Misalnya, penindasan berdasarkan kelas dan identitas gender. Meskipun sama-sama sebagai buruh, namun pengalaman penindasan buruh perempuan, buruh laki-laki dan buruh transgender tentu berbeda. Penindasan bekerja dalam hirarki. Ia seperti anak tangga. Ada orang-orang yang menempati tangga teratas, di tengah-tengah hingga paling bawah. Oleh karena itu, kesadaran akan penindasan yang hirarkis tersebut jadi pondasi dalam bersolidaritas.
Bagaimana gerakan sosial di Indonesia bersolidaritas terhadap perjuangan terhadap otonomi tubuh dan seksualitas? Lalu bagaimana juga gerakan sosial yang fokus pada perjuangan terhadap otonomi tubuh dan seksualitas bersolidaritas terhadap gerakan sosial lainnya? Di bulan ini, Qbukatabu mengajak Tabumania untuk sama-sama belajar soal ini.
0 comments on “Solidaritas Melintas Batas”