Apa yang Tabumania pahami saat mendengar kata seksualitas? Sejenak, cobalah mengetikkan kata ‘seksualitas’ di laman pencarian internet atau mencarinya di kamus besar Bahasa Indonesia. Tabumania akan menemukan beragam konten. Seksualitas seringkali diidentikkan dengan pornografi, hubungan seksual, dorongan seksual hingga gaya hidup seksual.
Apa yang disebutkan diatas, tidak terlepas dari cara pandang masyarakat dan negara dalam menjelaskan seksualitas. Artinya, seksualitas dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti faktor sosial, budaya, ekonomi, politik, hukum. Dengan demikian, seksualitas tak bisa disederhanakan pada ‘urusan kelamin dan ranjang’ semata. Seksualitas adalah sebuah perjuangan dan proses yang hadir pada individu maupun kelompok karena ia adalah salah satu aspek dari kehidupan untuk mengenali dirinya, kemanusiaannya.
Mengacu pada definisi Organisasi Kesehatan Dunia, seksualitas merupakan aspek utama disepanjang kehidupan manusia yang mencakup karakteristik seks, identitas dan peran gender, orientasi seksual, kenikmatan, dan reproduksi. Seksualitas diekspresikan dan dialami lewat pikiran, fantasi, hasrat, keyakinan, nilai-nilai, perilaku, praktek serta relasi.
Karena seksualitas adalah bagian dari kemanusiaan, ia menjadi salah satu pendekatan hak asasi manusia. Untuk pertama kalinya, seksualitas dibahas secara global oleh berbagai negara pada Konferensi Perempuan Dunia yang ke-4 pada tahun 1995 di Beijing. Konferensi tersebut menyepakati bahwa hak asasi perempuan termasuk didalamnya adalah hak untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab berkaitan dengan seksualitas. Tak hanya menjadi bagian dari hak asasi manusia, pemaknaan seksualitas memiliki sejarah yang kuat dalam perjuangan hak asasi perempuan – yang pada saat itu hak perempuan masih menjadi isu pinggiran.
Tetapi, pertanyaan yang bisa kita ajukan, bagaimana hak asasi manusia ini mampu dipenuhi dan dilindungi oleh Negara? Hal-hal apa saja yang dimaksud dengan hak seksual dan hambatan apa yang kita temui dalam mengakses pengetahuan dan layanan yang berkaitan dengannya? Bagaimana hak seksual sebagai warga negara dikaitkan dengan persoalan lain yang sedang terjadi di Indonesia?
Semua itu akan Qbukatabu bahas dalam tema bulan Juli ini. Dengan menghadirkan infografik ciamik dan ulasan menarik lainnya, Tabumania akan belajar bersama tentang nilai penting memahami seksualitas dengan pendekatan hak. Buka Layanan Qbukatabu juga tersedia bagi Tabumania yang ingin bercerita. Karena seksualitas adalah hak setiap manusia, jadi yuk kita pahami lebih dalam! (Fini Rubianti)
(Fini Rubianti menyenangi studi Gender dan HAM, ia tengah berpikir bagaimana cara melestarikan lenong perempuan untuk identitas betawi pinggiran sepertinya. Pegiat diskusi emperan dan penyuka film horor. Merasa beruntung (lebih tepatnya narsis) diberi nama Fini, karena pada kata (F)em(ini)sme terkandung namanya. Bisa dikontak di finirubianti@gmail.com)
0 comments on “Seksualitasku adalah Hakku!”