Buka Layar

Peningkatan Kesadaran Diri Lewat Pembacaan bell hooks Feminism for Everybody

Nama bell hooks dituliskan dalam huruf kecil; tidak kapital adalah salah satu hal yang saya ketahui tentangnya sebelum membaca karya tulisnya. Mungkin bisa dikatakan hal itulah justru yang mengantarkan saya untuk ingin lebih mengenal sosok self-conscious ini. Alasan dari mengecilkan semua huruf pada namanya adalah karena ia ingin orang lebih fokus kepada tulisannya lebih daripada sosok dirinya. Mungkin jika saya bisa mengobrol dengannya, saya akan tertawa kecil dan mengatakan, “saya justru tahu sosokmu terlebih dahulu sebelum masuk ke tulisanmu.”

Beberapa tahun terakhir ini, ada dorongan untuk saya meningkatkan kesadaran diri dalam mengonsumsi. Baik itu dalam mengonsumsi makanan dan minuman, musik, film, hingga barang bacaan. Saya ingin melebarkan diri atas apa yang saya konsumsi yang selama ini saya sadari pola konsumsi saya masih berkutat pada beberapa kelompok dominan seperti karya laki-laki kulit putih. bell hooks seorang feminis kulit hitam yang aktif membicarakan isu budaya populer sebenarnya cukup populer. Ia juga adalah seorang akademisi. Namun, sayang. Karyanya tak saya sentuh sampai ia tutup usia di 2021.

Buku pertama yang saya baca adalah Feminism is for Everybody: Passionate Politics Book yang terbit pada 2000. Meski sudah 24 tahun terbit, saya sepakat bahwa buku ini tetap relevan untuk dibaca dalam konteks waktu sekarang apalagi dengan meningkatnya diskursus soal interseksionalis dan dekolonialisme. hooks selama ini menulis tentang gerakan feminisme yang inklusif dan menegaskan bahwa hal ini tidak bisa dipisahkan dari diskursus kapitalisme, ras, gender, sejarah, dan kelas.

“Simply put feminism is a movement to end sexism, sexist exploitation, and oppression.” –kalimat pembuka Feminism is for Everybody: Passionate Politics Book, bell hooks.

Kalimat di atas memiliki arti; sederhananya feminisme adalah gerakan untuk mengakhiri seksisme, eksploitasi seksis, dan penindasan.Dalam Feminism is for Everybody—dan dalam karya-karyanya yang lain—bell hooks menulis dengan merefleksikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Ia mampu menyuguhkan karya yang penuh isi sekaligus terasa begitu personal.

Pada Feminism is for Everybody, saya merasa bahwa bell hooks memiliki visi untuk menggandeng berbagai kelompok termasuk laki-laki untuk dapat berkomitmen dalam gerakan feminisme dan terhadap pengentasan patriarki serta berbagai bentuk penindasan di muka bumi ini. Ia menyebutnya “worthy comrade(s) in struggle” karena feminisme adalah anti seksisme bukan anti laki-laki. Meskipun begitu, ia tetap tegas memberikan ruang reflektif atas hak istimewa; privilege yang mereka miliki.

Buku ini membawa kita untuk mengenal feminisme dari pengalaman dan perjalanan hidupnya. Kita mengetahui perjalanan kehidupan bell hooks, pematangan proses berpikirnya, hingga titik balik pemikirannya lewat buku ini. Karya-karyanya memang seringkali terasa sangat personal karena melibatkan dirinya—sebagai penulis—sebagai subjek yang aktif hadir pada tulisannya. Disampaikan secara naratif sehingga terasa hangat dan dekat. Namun tetap pekat akan perdebatan.

“Revolutionary feminist consciousness-raising emphasized the importance of learning about patriarchy as a system of domination, how it became institutionalized and how it is perpetuated and maintained.” – hal.7, Feminism is for Everybody: Passionate Politics Book, bell hooks.

Kalimat di atas memiliki arti; peningkatan kesadaran feminis revolusioner menekankan pentingnya pembelajaran tentang patriarki sebagai sebuah sistem dominasi, bagaimana hal tersebut dilembagakan dan bagaimana hal tersebut dilestarikan dan dipertahankan. Tergambar pada kalimat ini. Saya menyebut bell hooks sebagai tokoh yang self-conscious karena ia memang begitu. hooks begitu jeli memikirkan segala yang ada pada dirinya dan sekitarnya. Peningkatan kesadaran; consciousness-raising tentang ada suatu sistem yang menindas sangat penting dalam gerakan feminisme bahwa ada sistem di masyarakat kita yang menindas kelompok lain.

Patriarki tak akan berakhir sampai kita melepaskan pemikiran dan tindakan seksis dan menggantinya dengan pemikiran dan tindakan feminis. Ini tidak dilakukan oleh gender tertentu saja tetapi oleh semuanya karena perempuan dan laki-laki dibesarkan dalam masyarakat yang memiliki pemikiran dan tindakan yang seksis serta opresif. Perempuan juga berada dalam bayang-bayang patriarki dan mampu menjadi bagian dari kelas penindas; oppressor. Sedangkan laki-laki yang menjadi dominan pada masyarakat patriarki—dikatakan oleh bell hooks—sebenarnya merasa terganggu dengan kekerasan laki-laki terhadap perempuan tapi takut melepaskan manfaat dari masyarakat patriarki ini. Mereka tidak yakin apa yang akan terjadi jika ini berubah sehingga menjadi lebih mudah untuk pasif mendukung dominasi laki-laki bahkan ketika mereka ini salah.

Transparan dan akuntabel atas power yang dipegang setiap individu adalah hal bisa saya tarik pada tulisan-tulisan bell hooks. Political consciousness adalah bagian dari tubuh feminisme. Pada buku ini bell hooks juga memberikan evaluasi kritis terhadap feminisme kontemporer. Dari tulisan ini juga, kita bisa melihat perdebatan feminisme dari berbagai periode khususnya dalam periode 90’an. Serta bagaimana kondisi pada akar rumput; grass root hingga kaum-kaum intelektualnya yang seringkali memang masih berada pada menara gading, tak tersentuh.

Pertama saya melihat judul bukunya, saya cukup skeptis. Sebelum membuka halaman bukunya satu-satu saya merasa bahwa buku yang cukup tipis dengan jumlah sekitar 120-an lembar ini akan hanya menjadi buku untuk mengenalkan feminisme dengan mudah dipahami dan dapat merangkul semua pihak sehingga tidak akan begitu tegas agar tetap “nyaman dibaca.” Ya, beberapa di antaranya ini benar. bell hooks berusaha membuat pembahasan yang ringan dan sangat relatable dengan isu feminisme populer di masyarakat kita. Tergambar pada bagian perkenalan; introduction, bell hooks juga mengakui bahwa ada fenomena di masyarakat yang menyepakati bahwa feminisme hanya dikenal sebagai gerakan pembenci laki-laki yang maka dengan itu dia menulis buku ini dengan harapan berusaha menengahi hal ini dan dapat merangkul banyak pihak untuk dapat mendukung gerakan feminisme. Namun, meski begitu ia tetap dengan keras menyerang berbagai isu yang dianggap tabu dan kontroversial di masyarakat.

hooks menerapkan analisis kritisnya pada isu-isu kontroversial dan mencoba untuk menantang status quo. Seperti contoh hooks membahas isu-isu hak-hak reproduksi, dengan menyebutkan bahwa pilihan perempuan untuk melakukan aborsi atau tidak adalah salah satu aspek dari kebebasan reproduktif. “The anti-choice movement is fundamentally anti-feminist,” kata hooks.

Ia juga mengatakan bahwa, “loving parents, be they single or coupled, gay or straight, headed by females or males, are more likely to raise healthy, happy children with sound self-esteem.” Bagi hooks, feminisme itu pro keluarga dan pro di sini adalah untuk semua keluarga tanpa pengecilan pada nilai masing-masing.

bell hooks juga menantang elitisme kelas pada buku ini, di mana ia mengatakan bahwa ada patriarki supremasi kulit putih global memperbudak dan menundukkan banyak perempuan di dunia ketiga (saya pribadi lebih nyaman menyebut global south daripada dunia ketiga).

Diskursus dan banyak menantang nilai-nilai yang ada ini merupakan alasan mengapa buku ini sesungguhnya benar-benar dapat merangkul berbagai pihak. Ia berhasil mewakilkan banyak kelompok tertindas yang suaranya selama ini dikerdilkan dengan baik. Pada buku ini khususnya, bell hooks memberikan evaluasi dan sikap kritis terhadap feminisme kontemporer. hooks membahas berbagai topik termasuk hak-hak reproduksi, kekerasan seksual, ras, kelas, keluarga, pekerjaan, dan upah dengan pendekatan yang inklusif ke dalam buku yang saya rasa cukup tipis.

Feminists are made, not born,” ungkap hooks. Kata-kata itu begitu kuat dan saya termasuk orang yang beruntung karena mengenal feminisme dari kacamata seorang bell hooks yang isunya syarat akan pendekatan interseksionalis yang dapat mewakilkan kelompok dengan berbagai lapisan marjinal. Karya-karya bell hooks masuk ke hidup saya di masa-masa terkelam saya ketika saya rentan-rentannya terkena kekerasan sebagai perempuan dengan lapisan marjinal, ketika saya membenci dan marah kepada banyak hal. Membaca hooks berarti membaca soal kesadaran; consciousness. Pembacaan atas karya-karya bell hooks adalah proses pematangan diri pada kebijaksanaan hidup sebagai feminis, setidaknya, itu yang saya dapatkan. Feminism is for Everybody; feminisme untuk semua orang tidak berarti bahwa semua orang bisa menjadi feminis. hooks dengan tegas meyakinkan bahwa feminisme harus memberikan kebaikan kepada semua orang.

Membaca bell hooks membuat saya lebih keras dan lembut secara bersamaan. Sebagai feminis, saya ingin dapat membuat kehidupan lebih baik bagi semua orang. Saya ingin gerakan feminis bisa merangkul semua orang yang terjebak pada sistem yang tidak adil dan menindas. Meski begitu, saya juga akan kritis dalam perjuangan dan gerakan feminisme.

Melalui pembacaan karya bell hooks, kita akan dengan lantang menolak penindasan dalam bentuk apapun. Kita juga akan tegas kepada pihak yang mendaku diri sebagai seorang feminis tetapi masih merentankan kehidupan kelompok lainnya. Di mana letak feminis yang mereka maksudkan? Kita akan mempertanyakan sosok feminis yang tidak merangkul kelompok rentan seperti kelompok queer, kelompok disabilitas, pekerja informal contoh pekerja rumah tangga, hingga imigran dan bangsa terjajah. Seperti yang disampaikan oleh hooks, “feminism is a movement to end sexism, sexist exploitation, and oppression.” Feminisme adalah gerakan untuk mengakhiri seksisme, eksploitasi seksis, dan penindasan

Yuviniar Ekawati adalah lulusan kejurnalistikan dan seorang penulis lepas pada beberapa media massa yang memiliki fokus pada isu gender dan anak.

Portal pengetahuan dan layanan tentang seksualitas berbasis queer dan feminisme. Qbukatabu diinisiasi oleh 3 queer di Indonesia di bulan Maret 2017. Harapannya, Qbukatabu bisa menjadi sumber rujukan pengetahuan praktis dan layanan konseling yang ramah berbasis queer dan feminisme; dan dinikmati semua orang dan secara khusus perempuan, transgender, interseks, dan identitas non-biner lainnya.

0 comments on “Peningkatan Kesadaran Diri Lewat Pembacaan bell hooks Feminism for Everybody

Leave a comment