Buka Layar

Melatih Kesadaran untuk Menjaga Kewarasan

Tabumania, berbagai situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar kita bisa memengaruhi kesehatan mental. Tidak terkecuali situasi dan kondisi yang terjadi di negara ini. Berita yang bersliweran di media maupun media sosial belakangan ini juga bisa membuat kondisi mental naik turun. Bagaimana tidak, berita tentang korupsi trilyunan yang merugikan negara, belum lagi pengesahan UU yang tidak diperlukan rakyat, lalu kondisi perekomian, hukum dan lainnya yang seperti tidak ada habisnya. Seseorang bisa merasa cemas, stres, bahkan depresi ketika mengikuti pemberitaan yang ada.

Lalu bagaimana sebaiknya kita merespon terhadap berbagai situasi yang terjadi? Intan Darmawati atau biasa dipanggil Kak Hung, seorang praktisi kesehatan mental berbagi pengalamannya dalam merespon situasi tersebut. Menurutnya semua kondisi yang terjadi pasti memiliki pengaruh terhadap mental kita. Apapun bisa memengaruhi kita. Namun, yang paling penting dari itu semua adalah bagaimana kita bereaksi terhadap situasi tersebut. “Bagaimana kita bereaksi terhadap situasi itu, itu yang akan menentukan kita bisa survive (bertahan) atau tidak.”katanya.

Dalam merespon situasi saat ini, setiap orang bisa berbeda-beda. Ada yang merespon dengan melakukan aksi demonstrasi, ada juga yang melakukan aksi melalui media sosial. Namun, ada juga seperti yang dilakukan Kak Hung yaitu dengan fokus pada lingkaran di sekitarnya. “Aku peduli pada banyak hal, tapi apa yang aku lakukan agar tetap waras dan berfungsi ya aku fokusnya pada urusanku dan diriku. Karena aku tidak bisa dalam kondisi untuk turun ke jalan. Namun, aku bisa memberikan workshop, pelatihan, berdiskusi untuk membangun situasi positif bersama-sama.”jelasnya.

Menurut Kak Hung, untuk tetap menjaga kewarasan, setiap orang bisa mengawalinya dengan memberi jeda sebelum mengambil keputusan dalam berbagai situasi dan kondisi. Misalnya ketika sedang menghadapi orang yang menyebalkan, kita tidak harus langsung bereaksi dengan memukul, marah, menangis, atau respon lainnya. “Coba tarik nafas, beri waktu dirimu beberapa saat misalnya lima detik untuk tenang sehingga kamu bisa memilih reaksimu terhadap situasi itu. Setidaknya dalam dirimu itu bisa berproses. Ini juga berlaku ketika kita merespon atau berusaha untuk mengatasi trauma. Kita kasih waktu ke diri kita. Apapun yang dialami, kasih waktu.”urainya.

Kak Hung juga mengingatkan bahwa apapun situasinya kita adalah pribadi yang utuh. Tidak ada yang kurang dari diri kita. Jadi, kalau ada orang lain yang mengatakan kita sebaliknya, ada yang mengejek atau mengatakan hal buruk lainnya asalkan kita tahu bahwa diri itu berharga, tidak berkekurangan, akan membantu kita tetap waras. “Kamu bisa memilih reaksi untuk menghadapi situasi yang ada. Banyak komentar di medsos yang membuat orang lain merasa kecil, tidak berharga. Kalau kamu merasa cukup, kamu gak akan terpengaruh dengan situasi itu.”katanya.

Nah, untuk menjaga agar diri tetap waras, Kak Hung menyarankan untuk melakukan dengan meditasi. Meditasi bentuknya bisa bermacam-macam dan setiap orang bisa menerapkan cara yang berbeda. Menurut Kak Hung, apapun yang dipraktikkan, itu sebaiknya dilakukan secara rutin, jangan melakukan meditasi ketika ada masalah saja.

“Cara sederhana yang bisa dilakukan adalah mindfulness atau menyadari apa yang kita lakukan. Misalnya saat mandi dan makan. Fokus saja pada apa yang dilakukan. Sadari ketika air membasahi tubuh. Lakukan dengan kesadaran, ketika air menyentuh tubuh rasakan kesegarannya. Begitu pula saat makan, sadari ketika sedang mengunyah makanan. Bisa juga dengan bersyukur masih bisa menikmati makanan. Itu hal kecil, tapi sesibuk apapun kamu bisa melakukannya. Ketika kita melakukan sesuatu dengan penuh kesadaran, itu akan melatih mentalitas kamu juga.”tambahnya.

Hal-hal yang disarankan Kak Hung tersebut sebaiknya diterapkan dalam keseharian atau menjadi kebiasaan. Menurutnya kita sebaiknya tidak terjebak pada rutinitas pekerjaan saja, lalu sibuk scrolling medsos, tapi kita tidak pernah menyadari sepenuhnya apa yang kita lakukan. “Jadi, memang harus ada waktu untuk balancing (menyeimbangkan) antara aktivisme dan wellbeing. Itu harus dibangun. Agar tidak gampang tersulut situasi apapun, khususnya yang tidak mengenakkan, kesadaran itu diperlukan. Mindfulness.”katanya.

Kak Hung juga menjelaskan dalam menjaga kewarasan juga bisa dipengaruhi peran-peran komunitas atau organisasi. Khususnya bagi teman-teman LBTIQ. Menurut Kak Hung, teman-teman LBTIQ memiliki tantangan yang berbeda dan lebih besar. Untuk itu selain menguatkan diri sendiri, dukungan komunitas akan sangat membantu. Dalam komunitas, bisa saling mendengarkan ketika seseorang memiliki masalah atau ingin menceritakan peristiwa yang dialami.

“Kuncinya jangan ada judgment (penghakiman). Kita mendengarkan dengan terbuka. Akan lebih baik ketika kita berusaha memahami. Itu akan sangat membantu. Apapun pengalaman seseorang itu kan valid. Mendengarkan pasti akan sangat membantu. Kita sering kan, perlu mengeluarkan uneg-uneg, curhat, ketika itu dikeluarkan artinya dia punya effort besar. Untuk cerita itu gak gampang juga kan, maka orang yang dengar, paling tidak apa yang dilakukan untuk memberikan dukungan? Dengerin dengan sepenuh hati, dengerin dengan terbuka. Itu sangat-sangat membantu.”katanya. Di komunitas, juga bisa saja menemukan solusi atas masalah yang sedang dihadapi. Ketika berada di komunitas, masalah yang tengah dihadapi bisa dibicarakan bersama.

Selain itu dukungan dari lingkungan sekitar yang paling dekat juga akan memengaruhi ketahanan mental seseorang. Lingkungan itu bisa jadi keluarga secara hubungan darah, tetapi bisa juga orang-orang yang kita anggap keluarga. “Teman-teman terdekat, orang-orang terdekat yang ketika kita dalam kondisi tidak baik-baik saja, mereka akan hadir. Mungkin tidak selalu hadir secara fisik, tetapi kamu tahu mereka akan ada. Kalau kamu mau cerita apapun dengan aman, mereka akan menyediakan diri.”jelasnya.

Nah, gimana Tabumania, adakah pengalaman Kak Hung yang sudah dilakukan? Meditasi, mindfulness, dukungan keluarga, komunitas? Atau justru menjaga kewarasan dengan melihat hal-hal menarik di sekitar, mendengar kicau burung, menulis puisi, mendengar lagu? Apapun yang Tabumania lakukan, semua valid. Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk menjaga kewarasan, yang paling penting kita bisa menyadari apa yang kita lakukan agar tetap waras dan tetap bisa beraktivitas dengan baik di keseharian kita. 

0 comments on “Melatih Kesadaran untuk Menjaga Kewarasan

Leave a comment