Buka Layar

Refleksi Akhir Tahun 2024, Merajut Asa di 2025

Saya yakin 2024 memiliki catatan tersendiri bagi tiap orang. Catatan yang baik maupun kurang baik bahkan tidak baik. Namun, hal-hal yang berlangsung di 2024 tidak serta merta mematikan harapan dan angan-angan yang akan dilakukan di 2025.

Pun demikian dengan refleksi kawan-kawan Qbukatabu. Mereka memiliki refleksi masing-masing selama menjalani kehidupan di 2024. Apalagi dalam perpolitikan di Indonesia. Berbagai dinamika terjadi selama proses pemilihan Presiden, wakil legislatif, maupun saat pemilihan Kepala Daerah. Dinamika politik yang terjadi juga turut memengaruhi kehidupan kawan-kawan Qbukatabu. Saya pun mencatat beberapa refleksi mereka terkait hal ini.

Inez, secara lugas mencermati dinamika politik yang terjadi di 2024 dan pengaruhnya terhadap pekerjaannya. Ia mengatakan 2024 itu tahun yang meresahkan secara politik. “Sejak awal tahun, kita tahu ada kecurangan dan permainan soal calon-calon, dan risiko apa yang akan kita hadapi kalau kemungkinan terburuk terjadi. Ternyata emang itu yang terjadi.”katanya.

Sebagai pekerja di industri kreatif, ia khawatir bahwa perubahan kondisi itu akan berdampak ke pekerjaannya, terutama karena makin maraknya penggunaan AI yang justru “dipopulerkan” oleh para pemerintah tertinggi. Ia juga merasa kondisi politik ini berdampak besar terhadap perekonomian, yang membuatnya merasa harus lebih memutar otak untuk mencari penghasilan tambahan supaya bisa bertahan, sementara kondisi lapangan kerja yang cocok justru makin menyempit. Hal ini turut memengaruhi kondisi mentalnya yang memburuk terutama di akhir 2024.

Menyoal tentang pergolakan dunia politik dan ekonomi yang terjadi di 2024 juga menjadi refleksi Kirana. Menurutnya, tahun 2024, tahun yang berlangsung sangat cepat dan padat buatnya karena agenda dan dinamika kerja yang padat. Di sisi lain sebagai salah satu pencari kerja utama keluarga kondisi ekonomi khususnya UMKM di Solo masih belum baik. Hal ini terlihat dari makin banyaknya aset-aset yang memampang tulisan dijual di tembok depan bangunannya. “Pasar Klewer yang dulu jadi sumber utama penghasilan keluarga saya juga makin sepi dan banyak kios yang tutup karena tidak bisa bertahan, termasuk kios keluarga saya. Tapi teman saya yang fokus berjualan online pun ada yang bercerita kalau penjualan online pun tidak mudah sekarang.”katanya.

Ia menambahkan hal-hal tersebut terjadi mungkin ini terkait banyak faktor, karena masih masa pemulihan pasca COVID, pergolakan politik pascapemilu Presiden dan Pilkada atau efek dari kebijakan pemerintah yang tidak berpihak dengan masyarakat kecil. “Dampaknya di tahun 2024 yang awalnya saya mulai dengan semangat dan harapan akan membaik dari tahun sebelumnya akhirnya berjalan dengan deg-degan (negatif) dan selalu mencoba bertahan dengan kondisi. Apalagi mendekati tahun 2025 kemarin kita semua dihadapkan dengan rencana kenaikan pajak, berita korupsi trilyunan dan blunder dari Presiden terpilih.”tambahnya.

Terkait dengan perpolitikan di Indonesia pada 2024 justru membuat Ratih belajar tentang berpolitik di luar pemilu. Selain itu di tahun 2024 juga membuatnya belajar bagaimana bisa saling peduli dengan teman bahkan tanpa ruang resmi. Ia belajar melalui ruang-ruang interpersonal dan secara pribadi belajar untuk lebih berbicara (speak up) dan berani tampil (show up) bahkan kalau karya dan apa yang ia kerjakan tidak sempurna atau tidak sesuai dengan standar yang ia buat sendiri.

Sedangkan Jasmine merasa situasi politik di Indonesia semakin hari semakin buruk. “Aku merasa sampai di titik, ini gak ada yang benar. Dampaknya untuk individu kelas menengah kayak aku jadi lebih challenging dalam hal finansial terutama, dan sosial karena hidupku jadi terlalu fokus memenuhi kebutuhan finansial dulu.”katanya.

Pun Ara merasa di tahun 2024 terasa agak berat. Ia sempat merasakan ketakutan dan keresahan. Dan perasaan itu juga sempat muncul di tahun 2023 pertengahan sampai akhir. Ia merasa situasi di Indonesia itu mengingatkannya dengan situasi di 1997-1999.Ia merasa ada ketakutan akan keberulangan itu dan aku sangat berharap sepanjang 2024 kayak jangan sampai terjadi. Karena ia merasakan perasaan yang gak nyaman dan gak enak waktu di periode 1997-1999. Saat itu ia tinggal di Jakarta. “Jadi, kayak di tahun itu cukup berdampak dalam ruang-ruang personalku sebagai walaupun masih anak gitu ya, tapi kayak aku bisa melihat, bisa mendengar secara langsung terus bisa ngerasain dampaknya di sepanjang 1997-1999. Menurutku mencekam dan suram itu.”jelasnya.

Nah, di tahun 2024 lalu itu ia memang sudah tidak tinggal di Jakarta, ia tinggal di Solo yang notabene kalau ngomongin soal politik itu menurutnya akan kerasa banget. Ia sendiri secara personal tidak cukup berani atau tidak bisa secara lugas untuk menyampaikan pendapatnya bahkan di ruang-ruang sosial media yang katanya bisa jadi ruang yang bebas untuk berpendapat.  “Tapi karena aku tahu juga, kerjanya di Qbukatabu jadi aktivisme yang dilakukan di ruang-ruang media itu semakin menyusut, jadi kayak lebih waspada aja di 2024 lalu. Yang lucu di 2024 seluruh pesta rakyat baik itu pemilu Presiden, pemilu DPR, DPD, itu aku gak ikut. Terus pemilihan kepala daerah aku juga gak ikut, karena ada tugas di luar Indonesia, dan di tanggal itu hari keberangkatanku, dan baik di bandara gak melihat ada ruang-ruang untuk bisa menyatakan suaraku.”katanya.

Jadi, itulah yang ia rasakan di 2024 dan ia juga melihat lingkungan sekitar, yang mana kebutuhan pokok itu harga-harga melambung tinggi. Ia sendiri merasa apakah bisa memenuhi seluruh kebutuhannya terutama akses-akses terhadap layanan. Meskipun ia merasa cukup beruntung untuk mengakses layanan-layanan yang ada salah satunya kesehatan. Hanya saja ia juga memikirkan bagaimana dengan orang-orang yang tidak beruntung untuk mengakses semuanya itu. “Apalagi sebagai orang yang memerlukan mengakses layanan kesehatan. Aku merasa layanan kesehatan di Indonesia itu mahal banget. Sementara apa yang terjadi, tidak hanya situasi politik yang ada juga berdampak pada kesehatan fisik dan mental.”jelasnya.

Retno memiliki catatan tersendiri di 2024. Menurutnya bisa sehat hingga hari ini itu sangat baik. Banyak hal terjadi di tahun kemarin yang membuat secara ia harus memproses banyak hal dengan cepat. Meskipun juga ada beberapa hal yang terjadi itu belum selesai di diriku hingga hari ini. Tentang penerimaan, kecewa, ikhlas (yang klise tapi berat) dan juga marah.

“Juga merespon hal-hal eksternal di luar diriku seperti situasi sekarang, harga pangan naik, pekerjaanku di luar Qbukatabu juga ada beberapa kendala karena beberapa terkait dengan pemerintahan yang karena pergantian rezim jadi makin ribet dan lama prosesnya. Banyak hal yang sudah aku rencanakan jadi harus reschedule dan bahkan ada yang harus aku hilangkan dari listnya dan itu membuatku sangat kesal. Kemudian semua proses itu coba aku kembali pikirkan dan memang sebaik-baiknya rencana toh hanya rencana akhir dari itu adalah hal-hal yang setiap detik dan menitnya terus berada pada ketidakpastian dari situ akhirnya belajar untuk tidak melukai diri sendiri dengan menyalahkannya atas segala hal dalam hidup.”keluhnya.

Beragam refleksi yang ada memberikan gambaran bahwa situsi politik di pemerintahan kita memang sedang tidak baik-baik saja. Dampaknya pun turut memengaruhi sistem perekonomian yang dialami berbagai lapisan masyarakat termasuk bagi komunitas LBTIQ+. Bahkan lebih kompleks karena ketimpangan yang terjadi. Meskipun demikian, masih ada setitik harapan yang dirajut di 2025.

Inez berharap di tahun 2025 kondisi mentalnya jauh lebih sehat. Selain itu kesejahteraan dirinya dan keluarga juga tercapai. “Ada banyak rencana personal yang ingin kulakukan di tahun ini. Yang utama sebetulnya adalah aku  ingin mencari pekerjaan baru dalam ranah yang lebih menitikberatkan pada riset-riset dan pengembangan di ranah soshum. Aku juga berencana mengambil ujian kemampuan berbahasa asing, sebagai pendukung upayaku mencari pekerjaan baru tersebut. Oh iya, aku juga sedang berusaha menyusun buku anak karyaku sendiri. Mohon doanya ya.”katanya.

Harapan Kirana pun tidak jauh-jauh dari perekomian dan politik. Ia berharap di tahun 2025 kondisi perekonomian dan politik makin stabil, sehingga bisa berdampak baik bagi seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat minoritas.

Sedangkan Ratih memiliki rencana ke depan untuk mengikuti lebih banyak kolektif menulis. “Di akhir tahun 2024 ini aku beruntung banget bisa ikut kolektif zine untuk sebuat film, yang harusnya terbit awal 2025 ini. Aku berencana untuk ikut lagi di edisi berikutnya, dan juga cari kesempatan lain. Aku juga berencana untuk lebih aktif di kegiatan offline yang memungkinkan bantu jejaring secara offline. Aku merasa di tahun sebelumnya aku ikut di banyak tempat, tapi rasanya capek karena terlalu banyak kesempatan offline. Di tahun ini aku mau ambil lebih sedikit kesempatan, tapi harapannya lebih  meaningful.”katanya.

Saking kondisi perpolitikan di Indonesia tidak baik-baik saja membuat Jasmine memiliki harapan untuk tetap waras (staying sane) dan tidak menutup kemungkinan ia dan pasangan lagi melirik untuk keluar negeri atau kepikiran bahkan untuk pindah kewarganegaraan. “Karena aku merasa lost hope banget sama Indonesia.”keluhnya.

Ara memiliki harapan agar di tahun 2025 ia bisa merasa lebih aman, merasa terlindungi, dan bisa memenuhi kebutuhannya. Hal ini terkait akses terhadap layanan kesehatan, baik secara fisik maupun mental bisa terpenuhi. “Dan aku masih berharap yang melakukan aktivisme terkait feminis queer di tahun ini secara lebih aman dan lebih yakin serta berani.”tegasnya.

Retno memiliki harapan di tahun 2025, ia melihat sesederhana kata ‘harapan selalu ada jika kita melihat segala sesuatu itu tidak buru-buru’. Menurutnya itulah yang setidaknya terjadi pada dirinya. Retno merasa sebagai pribadi yang sering terburu-buru dan panik membuat banyak hal yang seharusnya tidak begitu sulit menjadi terlihat rumit. “Tahun 2025 adalah shio ular kayu dan aku yang bershio ular katanya akan menjadi salah satu shio yang beruntung di antara 5 shio lainnya, semoga menjadi kenyataan. Aamiin. Aku juga berharap carut marut rezim segera rampung dan berharap kebijakan yang mereka bikin tidak memperburuk keadaan yang sudah sulit ini. Dan semoga tim Qbukatabu bisa ketemu offline karena bagiku yang love languagenya adalah phisycal touch ini bisa memeluk kalian satu-satu, tentunya seijin teman-teman.”harapnya.

Unknown's avatar

bisa dipanggil D (di), pembaca buku, penonton film, penggemar kopi

0 comments on “Refleksi Akhir Tahun 2024, Merajut Asa di 2025

Leave a comment