Selama ini praktik aborsi di Indonesia masih banyak yang dilakukan secara tidak aman. Namun, tidak sedikit masyarakat umum yang berusaha mencari tahu mengenai aborsi di situs pencarian. Setidaknya hal ini berdasarkan riset kecil yang dilakukan Jakarta Feminist. Jakarta Feminist melakukan riset terkait keyword-keyword (kata kunci) yang banyak diakses publik di situs pencarian tentang aborsi.
Hal ini disampaikan Manajer Advokasi Jakarta Feminist, Naila ketika dihubungi Redaksi Qbukatabu melalui telepon. Lebih lanjut Naila menyampaikan melalui hasil riset tersebut setidaknya kita bisa mengetahui adanya kebutuhan publik yang besar sekali terkait informasi aborsi. Beberapa kata kunci yang banyak dicari di antaranya obat aborsi, klinik aborsi, dan di mana lokasi aborsi aman. “Ini sebenarnya nunjukin demand untuk mengetahui informasi soal aborsi itu lumayan tinggi. Publik mungkin gak tahu informasi tentang aborsi aman itu seperti apa, mereka cari tahunya di situs pencarian atau media sosial. Kita memang gak punya data riilnya seberapa banyak orang yang membutuhkan akses informasi tersebut, tetapi dari riset kecil itu nunjukin kalau banyak pengguna internet yang pengen tahu tentang obat dan klinik aborsi.” jelasnya.
Menurut Naila, sebaiknya pengada layanan reproduksi dalam memberikan informasi terkait aborsi mengetahui ekosistem hukum dan sosial di Indonesia. Selama ini ekosistem di Indonesia memang belum mendukung akses keterbukaan terkait informasi layanan aborsi aman. Hal ini karena masih banyak stigma dan adanya kekhawatiran memperoleh kriminalisasi ketika melakukan aborsi. “Nah, ini yang membuat aku pikir lembaga layanan khawatir untuk membahas atau memberikan informasi terkait aborsi aman, karena memang ekosistem belum suportif dan inklusif terhadap pengada layanan maupun orang-orang yang mengakses layanan tentang aborsi itu sendiri.”katanya.
Nah, sebenarnya pengada layanan kesehatan reproduksi memiliki peranan besar dalam memberikan informasi terkait aborsi maupun kesehatan reproduksi secara umum bagi perempuan. Hal ini penting agar para perempuan pun menyadari tentang kesehatan reproduksi itu sendiri. Terutama bagi para perempuan yang mengalami Kehamilan tidak Diinginkan (KTD). Selama ini menurut Naila, masih ada pengada layanan yang menolak membahas aborsi atau menolak membahas aborsi, bahkan menolak untuk menginformasikan bahwa korban KTD memiliki hak apa saja, salah satunya memiliki hak untuk aborsi yang aman. “Mengapa ini terjadi? Karena stigma yang ada dan adanya kekhawatiran memperoleh konsekuensi hukum.”ujarnya.
Sementara itu dr. Sandra dari Dokter Tanpa Stigma menjelaskan memang secara Undang-Undang Kesehatan bahwa aborsi dilarang, hanya ada dua perkecualian kondisi yang boleh dilakukan aborsi yaitu untuk kegawatdaruratan medis dan untuk KTD akibat kekerasan seksual. Hanya saja, meskipun di UU sudah diatur tentang perkecualian tersebut, tetapi pada praktiknya sulit untuk dilakukan. Tantangannya karena ada perlawanan dari asosiasi dokter-dokter di Indonesia. Padahalketika aborsi untuk pengecualian tersebut dilakukan, pemerintah harus menunjuk siapa dokter maupun Rumah Sakit yang dapat melakukan tindakan aborsi aman.
“Jadi, memang kalau di Indonesia tindakan aborsi hanya bisa dilakukan untuk dua perkecualian itu ya dan harus mengikuti prosedur yang berlaku. Harus ada penunjukkan RS dan dokter yang akan melakukan sehingga dokternya harus mendapatkan pelatihan khusus dulu untuk melakukan tindakannya, karena aborsi itu tidak masuk dalam kurikulum Fakultas Kedokteran. Jadi, memang harus dilatihkan secara khusus. Yang menjadi tantangan adalah bahwa dalam sumpah dokter Indonesia ada salah satu poin (pasal) yang menyatakan bahwa seorang dokter akan menghargai kehidupan sejak dari janin. Itu yang membuat dokter-dokter enggan untuk melakukan aborsi.”ungkap dr. Sandra. pula
Untuk pengada layanan, menurut dr. Sandra layanan informasi aborsi sebenarnya hanya sebagian kecil dari semua layanan kesehatan seksual dan reproduksi. Sehingga perlu diperbesar porsi dalam memberikan informasi kespro yang bisa difokuskan pada pelayanan kontrasepsi, perencanaan kehamilan, maupun layanan bagi korban-korban kekerasan seksual.
“Karena ini (bagian) hulunya. Kita tidak berharap pasien harus sampai mengalami KTD lalu akhirnya harus memilih aborsi.Karena bagaimanapun aborsi tentu adalah pilihan yang berat. Ada Langkah-langkah yang sebelumnya bisa kita ambil. Misalnya tenaga medis harus tahu layanan apa yang penting bagi korban kekerasan seksual, harus tahu juga untuk menginformasikan juga terkait adanya pencegahan infeksi menular seksual dan pencegahan KTD. Bahkan untuk layanan korban kekerasan seksual, teman-teman (tenaga medis) banyak yang gak tahu karena gak dimasukkan dalam kurikulum Fakultas Kedokteran gitu kan. Makanya dalam memberikan informasi kespro, hal mendasar yang harus dimiliki tenaga medis itu perspektifnya dulu, perspektif keberpihakan kepada perempuan dulu. Karena saat ini masih banyak yang belum paham perspektif. Meskipun dosis obat benar, tindakan benar dan aman, tetapi kalau komunikasi gak bagus, layanan masih banyak stigma, masih diskriminasi ya akhirnya sama saja, pasien pun banyak yang merasa tidak nyaman seperti kebanyakan layanan layanan kesehatan sekarang ini. Akibatnya banyak yang enggan memeriksakan diri ke tenaga medis.” urai dr. Sandra.
Terkait pendekatan apa yang bisa digunakan untuk mengakses informasi kespro, dr. Sandra menyampaikan saat ini sudah lumayan baik dengan adanya media sosial. Ada keterbukaan informasi sehingga banyak sumber yang bisa diperoleh untuk mengakses informasi. Namun, menurutnya hal ini masih bisa dimaksimalkan dengan lebih banyak orang yang menyuarakan isu kesehatan reproduksi. “Mungkin banyak masyarakat yang belum menyadari bahwa kespro itu bersentuhan dengan banyak aspek. Misalnya dalam pekerjaan juga bersentuhan dengan kespro, seperti cuti ayah, cuti menstruasi bagi perempuan, masalah ketersediaan ruang menyusui, masalah kebersihan toilet dan privasi toilet. Belum lagi terkait aturan pelaporan kekerasan seksual di kantor. Kita berharapnya semua lapisan masyarakat mau mulai menormalisasi pembicaran seperti ini. Dengan banyaknya orang yang membahas isu dari dari berbagai sisi dan aspek harapannya lama-lama kesadaran orang jadi mulai meningkat.” tegas dr. Sandra.

0 comments on “Pentingnya Info Aborsi Aman dan Kespro bagi Perempuan ”