Tabumania, suatu organisasi biasanya didirikan dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi anggota-anggotanya. Begitu juga bagi Persatuan Priawan Indonesia (PPI). PPI adalah jaringan kerja antar priawan dan pusat informasi mengenai priawan Indonesia. PPI berdiri sejak 15 Februari 2015. Menurut salah satu anggotanya, Arya (bukan nama sebenarnya), organisasi ini bisa menjadi tempat untuk belajar maupun berjejaring bagi anggota-anggotanya.
Arya menjelaskan, melalui PPI mereka bisa belajar berbagai hal dan berjejaring dengan organisasi lain. “Kami bisa belajar baik di dalam organisasi, dengan organisasi lain, maupun bersama teman-teman lain. Kita mau gak mau harus berjejaring dan mau membuka pintu,” jelasnya. Sebagai organisasi yang masih berkembang, berjejaring sangatlah penting. Menurutnya dengan berjejaring, mereka bisa berbagi ilmu dan menambah pengetahuan, serta dapat mengadvokasi. “Ketika menemui masalah, berjejaring bisa menjadi salah satu solusi. PPI bisa berjejaring dengan organisasi manapun, kami tidak memberikan batasan,”katanya.
Arya juga melanjutkan, saat ini belum ada kegiatan rutin yang dilakukan oleh PPI. Terakhir kali mereka melakukan sebuah kegiatan adalah pengadaan pelatihan daring di 2022. Kegiatan tersebut dilakukan secara daring agar peserta dari daerah juga bisa mengikuti. Saat itu, pelatihan tersebut diikuti 30 peserta dari seluruh Indonesia. Tema-tema pelatihan tersebut tiap bulannya berganti, diantaranya tentang motivasi berorganisasi, update SOGIESC (Sexual Orientation, Gender Identity, Sex Characteristic), keyakinan dan penerimaan diri, trans dan inklusivitas, keamanan digital, dan pengelolaan media digital. Tema memang berbeda-beda, tetapi peserta yang mengikuti orang yang sama. tetapi peserta yang mengikuti merupakan orang-orang yang sama. Namun, di tahun ini PPI belum menggagas kegiatan baru, salah satu pertimbangannya adalah karena 2023 semakin dekat dengan tahun politik. “Kalau dipaksakan ada kegiatan nantinya justru tidak maksimal dan justru terlihat memaksakan. Kegiatan gak akan ke-handle (terlaksana). Mungkin setelah pemilu (2024), akan ada kegiatan lagi.”ujarnya.
Meskipun tidak memiliki kegiatan rutin selama 2023, setidaknya sebulan sekali mereka mengadakan pertemuan untuk sekadar nongkrong dan ngobrol bersama. Hal-hal yang dibicarakan pun seputar permasalahan terdekat mereka, seperti konflik sehari-hari sampai isu keuangan. Menurutnya, diskusi menjadi kebutuhan dari teman-teman priawan. Banyak pertanyaan yang diajukan oleh mereka, misalnya saja pertanyaan mengenai penggunaan hormon. “Teman-teman muda selalu memiliki banyak pertanyaan. Misalnya, bertanya menggunakan hormon atau tidak, ada keinginan untuk operasi atau tidak, kalau operasi akan membutuhkan budget berapa, dan lainnya. Dan itu kami fasilitasi (ruang ngobrol),” jelasnya. Selain itu, teman-teman priawan tidak sedikit pula yang bercerita mengenai permasalahan yang dihadapi sehari-hari. Misalnya, kebutuhan akan pindah kost karena merasa tidak nyaman dan aman, hingga kendala finansial hingga ada harapan untuk menerima donasi. “Untuk yang membuka donasi, biasanya akan kami cek terlebih dahulu, apakah benar-benar membutuhkan atau tidak, agar tepat sasaran,” katanya. Tidak hanya memfasilitasi obrolan ringan, tetapi ketika ada teman priawan yang sedang membutuhkan konseling pun juga dibantu. Hanya saja, karena tidak memiliki tempat khusus untuk konseling, biasanya PPI akan menghubungi organisasi lain yang memang memberikan ruang untuk konseling. “Inilah manfaat dari berjejaring. Manfaat ngumpul, ngopi, ngobrol bareng, menjadi ruang untuk numpahin semua. Obrolan ringan bisa mendatangkan solusi,” katanya.
PPI dalam penjelasan Arya memiliki nilai-nilai penting sebagai landasan organisasi. Setidaknya, dalam organisasi mereka memegang teguh nilai untuk saling menghargai, saling mendukung satu sama lain. Meskipun demikian, ada hal-hal yang masih menjadi perdebatan, misalnya mengenai penggunaan hormon atau tidak dan tentang penggunaan istilah priawan, transmen, trans laki-laki, atau transpria. “Perbedaan-perbedaan tersebut akan selalu ada. Hal yang paling penting adalah saling menghargai, apapun istilah yang teman-teman ambil, tidak saling bully, saling support satu sama lain, (pemilik) perbedaan-perbedaan seperti itu harus saling menghormati. Nah, ketika teman-teman mau memakai istilah dalam identitas mereka, pelan-pelan kami bisa memberikan informasi yang tidak menghakimi. Jangan sampai PPI ini hanya bagi priawan saja. Hal ini kemudian kami lakukan dengan mengundang teman-teman waria, lesbian, bahkan gay dalam setiap kegiatan yang kami lakukan. Ini kami lakukan karena kami butuh sharing dengan teman-teman, sehingga bisa saling menguatkan. Kami selalu mengundang, ada keterwakilan identitas. Efeknya kami bisa saling sharing dan saling menguatkan,” tegasnya. Meskipun demikian, Arya memberikan catatan bagi kawan-kawan muda, khususnya yang masih belajar misalnya sekolah atau kuliah agar mengenali lingkungan, agar tidak memaksakan. Apapun ekspresi ataupun identitas yang dijalani agar bijak mengekspresikan diri secara bebas. Karena tidak semua menerima kondisi tersebut.
Terkait penggunaan istilah priawan, dalam penuturan Arya, saat itu (2015) para pendiri PPI menginginkan kata lokal atau bahasa yang mudah dipahami. “Saat itu kami belajar dari istilah-istilah yang sudah ada, seperti man to female atau waria. Kami belajar dari mereka. Sedangkan saat ini istilah-istilah sudah berkembang, ada transwomen, transpuan. Intinya, kami mencari padanan yang pas dalam bahasa Indonesia,” jelasnya.
PPI selalu ingin berkembang dalam perjalanannya. Tentu ada juga kendala yang dihadapi. Di antaranya adalah seringnya mereka bergonta-ganti pengurus. Arya menilai ini PR berat. Di sisi lain, ia juga tidak bisa mencegah teman-teman untuk berkembang di tempat lain, entah dengan bekerja secara formal, menuntut ilmu, atau pindah ke luar kota. Itulah mengapa ia berharap akan ada regenerasi di tahun 2024 nanti. “Akan ada evaluasi, regenerasi, merombak apa yang sudah ada. Karena masih banyak yang perlu diperbaiki. Kalau tidak diperbaiki, hanya akan mengulang kondisi sebelumnya. Saya pun berharap PPI bisa terus berjalan,”pungkasnya.

0 comments on “Persatuan Priawan Indonesia, Tempat Belajar dan Berjejaring”