Buka Layar

Pertanian Organik: Untuk Kesehatan dan Ketahanan Pangan

Membicarakan pertanian organik bisa jadi terkesan berat untuk memulainya karena harus menyiapkan segala sesuatunya. Mulai dari tanah, pupuk, bibit tanaman, dan seterusnya. Belum lagi mengantisipasi hama-hama yang bisa menyerang tanaman. Namun, selama hal tersebut sudah diniatkan dan demi kesehatan, tentu tak lagi jadi masalah yang begitu berarti. Apalagi dengan melakukan pertanian organik, tidak hanya memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh, tetapi juga untuk keberlangsungan tanah. Selain itu juga bisa menjadi solusi untuk ketahanan pangan.

Hal ini jugalah yang mendorong Jihan Fairuz pelaku pertanian organik yang sehari-harinya bekerja sebagai Manajer Fundraising di sebuah yayasan dan juga seorang finance di sebuah pesantren untuk perempuan dan anak. Ia memulai pertanian organik sejak 2021. Namun, tidak menanam terus-terusan. Ada kalanya menanam bunga, belakangan ia menanam sayur-sayuran yang ia konsumsi sehari-hari. Ia menanam di pekarangan rumahnya. Ia menekuni pertanian organik awalnya karena merasa sayang di rumahnya ada lahan kosong, tetapi tidak dimanfaatkan. “Akhirnya garap lahannya. Siapin tanah, karena (melakukan pertanian) organik jadi tanahnya dikasih pupuk kandang, baru sebar benihnya. Eh, tumbuh banyak deh tanamannya.”kata Jihan. Selain dikonsumsi sendiri, sayuran hasil bertani organik tersebut juga dibagikan untuk tetangga rumahnya. Kadang-kadang Jihan bawa juga ke kantornya untuk dibagikan ke teman-temannya.

Sebelum menanam sayuran seperti bayam dan kangkung di rumahnya, Jihan pernah memiliki pengalaman kurang menyenangkan saat mengonsumsi sayur bayam. Saat itu ia beli sayur bayam di pasar. Kemudian ia memasaknya. Setelah sayur matang, lalu didiamkan sebentar, saat Jihan akan mengonsumsinya ternyata sayur bayam tersebut menghitam. “Aku kan jadi bertanya-tanya kenapa kok jadi hitam banget. Apa karena banyak pupuk kimianya? Akhirnya sayur bayam tersebut dibuang. Itulah akhirnya inisiatif nanem sayur sendiri di lahan sendiri. Pokoknya harus milih yang sehat untuk tubuh kita.”jelasnya.

Jihan mengawali perjalanannya bertani organik tidak otodidak melainkan mengikuti sebuah pelatihan. Saat itu awal-awal pandemi covid, pada 2021. Jihan membuat program emergency fund selama 6 bulan di sebuah organisasi yang ia ikuti, YIFoS (Youth Interfaith Forum on Sexuality). Program tersebut dimaksudkan untuk ketahanan pangan. Hal itu didorong masa pandemi yang mana ada banyak yang kehilangan sumber penghasilan sehingga kesulitan untuk memperoleh bahan pangan. Atau kalaupun punya uang, tetapi tidak ada bahan pangan yang dibeli. Pelatihan pertanian organik tersebut dilakukan agar bisa menghasilkan sumber pangan untuk diri sendiri, bahkan bisa juga dibagikan ke orang lain. Nah, Jihan tidak hanya sekadar membuat program, tetapi juga mempraktikkan pertanian organik tersebut di lahan yang ia miliki. “Jadi, ilmunya dari program itu. Ada trainernya yang membantu tentang cara bercocok tanam organik yang sustain atau tidak merusak tanah. Program tersebut melibatkan teman-teman muda lintas agama, kepercayaan, minoritas gender dan seksualitas dari berbagai daerah.”urainya.

Dalam bertani organik, tentu saja perjalanan Jihan tidak mulus-mulus saja. Jihan menemui banyak kesulitan, salah satunya tanaman-tanaman kesayangannya diserang ulat, jadi bolong-bolong. Hal ini disebabkan dalam bertani organik selain tidak menggunakan pupuk kimia juga tidak menggunakan pestisida kimia, tanaman pun menjadi sasaran empuk ulat dan hama-hama lainnya. Namun, hal tersebut tidak membuat Jihan patah semangat. Justru dengan melakukan (mempraktikkan pertanian organik) ia banyak belajar hal-hal baru. Salah satunya dalam mengatasi hama-hama tersebut khususnya ulat. ” Kesulitan dalam bertani organik adalah kalau nanem organik itu tanaman lebih cepat gundul dan dirusak hama. Aku cari cara agar daun gak dimakan ulat. Nah, nemulah caranya. Sebelum nanem kangkung, aku nanem pohon kemangi, karena aku suka kemangi, dia tumbuh duluan baru sebar benih (kangkung). Itu memengaruhi bikin tanaman gak bolong. Aku baru tahu keknya daun kemangi itu yang bikin gak bolong. Terus tanya ke beberapa orang ternyata iya, kemangi itu pengusir ulat. Kangkungku benar-benar gak banyak yang bolong.”ungkapnya.

Dalam bertani organik, Jihan pun mengaku memperoleh berbagai keuntungan. Bertani organik membuatnya bisa memastikan hasil olahan yang diperoleh sehat. Selain itu tanah juga sehat (sustain) karena tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia. “Keuntungan lainnya aku bisa makan fresh from the garden (langsung dari kebun). Oh, itu nikmat sekali.”katanya sambil tertawa.

Dalam kesempatan tersebut Jihan juga menegaskan, dalam memenuhi ketahanan pangan yang perlu diingat adalah setiap orang bisa makan makanan sehat dan tanah pun bisa berkelanjutan. Berkelanjutan maksudnya tanah bisa tetap digunakan untuk menanam dalam waktu yang lama dan tidak rusak. “Kalau pakai pupuk kimia terus-terusan, tanah jadi rusak. Kalau kita tidak merawat tanah, terus gimana kita akan nanem dan makan nantinya. Meskipun kita punya uang, kalau barangnya (bahan pangan) tidak ada y akita tidak bisa beli.” urainya. Selain itu kalau pakai kimia terus-terusan juga bisa berdampak pada kesehatan tubuh. Tentu saja harus memperhatikan juga pola hidup, pola makan, dan olahraga. “Jangan sampai nanti, di usia 40an aku jadi sering sakit-sakitan, gak mampu produktif lagi. Aku pikir makanan sekarang memengaruhi kerentanan tubuh manusia zaman sekarang. Pertanian organik bisa menjadi salah satu solusi masalah ketahanan pangan saat ini.”jelasnya.

Ke depan ia mengaku hanya ingin coba terus menanam. Selama ini orang enggan untuk menanam karena menganggap bertani organik itu sulit. Padahal selama kita menginginkan dan menyadari bahwa bertani organik penting, tidak ada yang sulit. Bertani organik menurutnya tidak terbatas ruang. Bertani dalam lahan yang sempit pun bisa dilakukan. “Kalau aku, nanem ya nanem aja. Paling bikin story (Instagram) mana tahu ada yang tertarik juga untuk memulai pertanian organik. Harapannya makin banyak orang yang mulai sadar soal kesehatan dan soal keberlanjutan dalam ketahanan pangan ini. Ya, banyak orang yang melakukan (bertani organik)”, tegasnya.

0 comments on “Pertanian Organik: Untuk Kesehatan dan Ketahanan Pangan

Leave a comment