Buka Layar

Merayakan Kemerdekaan Diri di Festival Titik Simpang

Ketika kita berbincang tentang kemerdekaan untuk merayakan ekpresi diri, kita tidak akan lepas dari pembicaraan mengenai peran ruang yang dapat menjadi media kita untuk mengekspresikan diri secara aman. Jika kita melihat kondisi masyarakat yang masih diskriminatif terhadap sebagian kelompok individu dengan identitas tertentu, tentu akses ruang aman untuk mengekspresikan diri bagi individu dengan beragam latar belakang dan identitas masih terbatas.

Di tengah minimnya ruang aman untuk merayakan kemerdekaan identitas diri, Festival Titik Simpang (FTS) hadir pada bulan Maret hingga April 2023 lalu untuk menjadi salah satu ruang aman tersebut. Festival Titik Simpang adalah tempat bertemu berbagai identitas, gagasan, dan praktik alternatif atau membelok dari kondisi arus utama. Direktur Festival Titik Simpang, Rainbow, menjelaskan bahwa Festival titik simpang diselenggarakan oleh Qbukatabu dengan menangkat tema “Kampung Katresnan”, yang berarti sebuah kampung yang penuh cinta kasih.

Melalui Festival Titik Simpang, Qbukatabu berusaha merespons budaya patriarkis, heteronormatif, dan biner dalam masyarakat yang mengalienasi dan mendiskriminasi keberagaman identitas diri, dan berujung pada minimnya ruang aman untuk merayakan keberagaman identitas tersebut. Festival Titik Simpang kemudian menjadi media berdialog dan berdiskusi, titik pertemuan berbagai pikiran, perasaan, dan informasi, serta ruang aman untuk merayakan kemerdekaan dalam mengekspresikan keberagaman identitas.

Untuk mewujudkan ruang aman bagi individu dengan berbagai latar belakang, Festival Titik Simpang berkolaborasi dengan dan melibatkan berbagai pihak dalam penyelenggaraannya. Mulai dari masyarakat sekitar Taman Budaya Jawa Tengah, seniman, UMKM, budayawan, hingga aktivis, yang semuanya berasal dari beragam latar belakang dan identitas. Selama tiga hari, pengunjung bisa mengikuti berbagai macam rangkaian kegiatan yang ditawarkan Festival Titik Simpang: diskusi peluncuran penelitian Qbukatabu, “Bertahan Dalam Perjuangan: Sebuah Catatan Refleksi Artivisme Feminis dan Queer di Indonesia”; diskusi Buku Melela(ng) Buana; diskusi Pemikiran Perempuan; workshop menjahit pembalut kain; workshop pengenalan ecobrick; pemutaran film “You & I”; pameran seni “Aku dan Semestaku”; panggung budaya dengan pementasan teater, tari, dan musik; serta bazaar buku, makanan, dan kerajinan. Selain itu, Festival Titik Simpang juga mengadakan akses yang ramah untuk semua individu yang terlibat, misalnya toilet untuk teman disabilitas, ruang laktasi, serta klinik dan pojok psikologi. Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, Festival Titik Simpang berusaha untuk mengangkat topik dan diskusi yang beragam, serta memberikan ruang aman bagi setiap individu yang terlibat untuk saling bertemu, berdiskusi, dan merayakan bersama keberagaman identitas yang dimiliki.

Bagi Rainbow, kemerdekaan diri adalah ketika ia bisa merayakan setiap pilihan diri tanpa tekanan. Hal ini termasuk pilihan pribadi untuk memilih teman menghabisan hidup, mengekspresikan diri melalui pakaian, dan memilih tempat tinggal yang aman dan nyaman. Rainbow juga menambahkan bahwa merdeka berarti kita dapat mengakses fasilitas pengembangan diri, misalnya akses terhadap pendidikan, informasi, kesehatan, pekerjaan, juga perlindungan sebagai warga negara.

Rainbow menekankan pentingnya ruang aman untuk dapat memerdekakan dan mengekspresikan diri. Ruang aman penting agar kita tidak berada di kondisi yang terancam dan tertekan ketika ingin mengekspresikan identitas diri kita. Terlebih jika kondisi tersebut dapat menimbulkan kekerasan bagi diri kita, mengingat budaya di masyarakat yang tidak ramah bagi identitas tertentu, misalnya bagi teman-teman dengan identitas gender dan seksualitas yang tidak biner atau kawan-kawan dengan kepercayaan lokal. Ruang aman tersebut bisa kita dapatkan dengan bertemu dan berkumpul dengan teman-teman yang mendukung pilihan diri kita, sekaligus merayakan pilihan tersebut tanpa ada resistensi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada.

Meski Festival Titik Simpang edisi pertama sudah berakhir, kita juga bisa ikut mewujudkan ruang aman untuk mengekspresikan dan merayakan identitas diri. Dari cerita pengalaman Rainbow, kita bisa mulai membangun ruang aman bagi diri sendiri dengan mengenali diri, mengenali apa yang sedang kita rasakan atau pikirkan, dan menyadari jika diri kita membutuhkan waktu jeda untuk pulih. Selain itu, juga penting bagi kita untuk memilah lingkaran sosial yang sehat dan dapat menjadi sistem pendukung. Hal ini dapat kita lakukan dengan membuat batasan diri dari lingkungan yang tidak sehat, atau bergabung ke komunitas atau organisasi yang memiliki ketertarikan, kepedulian, dan nilai yang sama dengan apa yang kita tanamkan. Dan juga bagaimana kita ikut serta dalam menciptakan ruang aman bagi orang di sekitar kita dengan menghargai mereka sebagai manusia. Sembari menunggu kehadiran Festival Titik Simpang selanjutnya, Tabumania bisa melihat kegiatan-kegiatan yang diadakan di Festival Titik Simpang: Kampung Katresnan dengan mengikuti saluran YouTube Qbukatabu. Saluran YouTube Qbukatabu akan mengunggah konten dokumentasi diskusi, panggung budaya, dan cuplikan-cuplikan lain tentang keseruan Festival Titik Simpang secara berkala. Selain itu, kamu bisa mengikuti akun Instagram Qbukatabu (@qbukatabu) dan Festival Titik Simpang (@festitiksimpang) untuk mendapatkan kabar terbaru tentang Festival Titik Simpang. Jika kamu tertarik dengan topik diskusi penelitian Qbukatabu yang berjudul “Bertahan Dalam Perjuangan: Sebuah Catatan Refleksi Artivisme Feminis dan Queer di Indonesia”, kamu bisa membacanya melalui tautan ini. Selamat merayakan kemerdekaan diri dan sampai bertemu di Festival Titik Simpang selanjutnya!

Artikel ditulis oleh Ken Penggalih.

Unknown's avatar

Portal pengetahuan dan layanan tentang seksualitas berbasis queer dan feminisme. Qbukatabu diinisiasi oleh 3 queer di Indonesia di bulan Maret 2017. Harapannya, Qbukatabu bisa menjadi sumber rujukan pengetahuan praktis dan layanan konseling yang ramah berbasis queer dan feminisme; dan dinikmati semua orang dan secara khusus perempuan, transgender, interseks, dan identitas non-biner lainnya.

0 comments on “Merayakan Kemerdekaan Diri di Festival Titik Simpang

Leave a comment