Buka Layar

Cuaca Panas? Jangan Minum Es

Tabumania, belakangan ini cuaca tidak menentu. Siang terasa panas menyengat, sedangkan malam hari begitu dingin. Ketika cuaca panas, orang akan cenderung berupaya mendinginkannya secara cepat, salah satunya dengan mengonsumsi es. Sayangnya, kebiasaan tersebut belum tentu tepat untuk tubuh kita. Nah, untuk mengetahui hal tersebut Redaksi Qbukatabu berkesempatan mewawancarai praktisi ayurveda, Janti Wignjopranoto. Tabumania bisa berinteraksi dengan Mbak Janti melalui akun instagramnya @alterjiwo.

Ayurveda merupakan ilmu tentang kehidupan secara holistik. Ilmu ini berasal dari India dan sudah sekitar 10 abad dipelajari. Mbak Janti mempelajarinya sejak 2015. Prinsip dari ilmu ayurvedha ini adalah menjaga keseimbangan pikiran, badan, dan jiwa (mind, body, and soul). “Jadi, tidak cuma menjaga badan saja, tetapi juga pikiran dan jiwa. Tidak hanya asupan makanan, tetapi juga ketika kita menjalani spiritualitas yang kita percaya dan praktikkan, menjaga keseimbangannya.” kata Mbak Janti.

Terkait cuaca yang tidak menentu belakangan ini, menurut Mbak Janti orang akan cenderung untuk melakukan hal kebalikannya. Misalnya saat cuaca dingin, orang akan cenderung untuk menghangatkan badan. Begitu pula sebaliknya. Namun, ketika cuaca dan badan berada dalam suhu yang tinggi atau sangat panas, bukan berarti orang harus mengonsumsi yang dingin. “Yang paling penting kita bisa menjaga suhu tubuh tetap seimbang, berada di kisaran 36, 37 derajat celcius. Ketika kita mengonsumsi yang dingin, itu akan memberikan shock therapy (mengagetkan) tubuh. Shock theraphy yang menyebabkan, kalau di ayurveda timbulnya ama atau racun dalam tubuh. Jadi, akan timbul kayak masuk angin, badan nggreges (demam) karena mendadak tubuhnya kaget, yang awalnya panas jadi dingin atau suhu rendah banget.”jelasnya.

Mbak Janti menambahkan, ketika orang mengonsumsi es sekali atau dua kali badannya masih bisa mentoleransi, tetapi kalau terus menerus maka suhu tubuh akan naik turun terlalu drastis. “Misalnya suhu tubuh 37 derajat terus tiba-tiba ngedrop karena minum es, itu kan kayak kita lagi sakit demam. Bisa karena demam, panas atau menggigil itu kan badan kita gak seimbang. Efek minum es lama-lama kayak gitu. Orang itu penginnya selalu instant gratification, ingin cepat-cepat melalui proses yang gak enak. Cepat-cepat pengin dingin. Misalnya di jalan sedang panas-panasnya lalu minum es di pinggir jalan. Itu suasana yang paling gak ideal untuk tubuh. Kadang-kadang bisa menimbulkan sakit kepala. Itu berarti badan ngasih sinyal gak kuat.”ujarnya. Janti lalu memberikan tips, ketika kita sedang berada di suhu yang tinggi dan dalam keadaan panas, bisa mencari tempat berteduh, misalnya masuk rumah, duduk dengan tenang. Kita memberikan waktu untuk badan kita beradaptasi, sudah tidak terlalu berkeringat. Hal itu akan membuat suhu tubuh mulai turun. Nah, selanjutnya minum sesuatu yang mengikuti suhu badan kita, misalnya air dengan suhu ruang bukan yang suhu ekstrem seperti es yang suhu beku.

Dalam kondisi cuaca yang tidak menentu ini, Janti mengingatkan agar kita memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan minum air suhu ruangan. Jumlah yang diperlukan minimum satu liter, apalagi ketika cuaca panas setidaknya bisa 1,5 liter hingga 2 liter per harinya. Selain es, minuman yang sebaiknya dihindari adalah alkohol dan minuman yang ekstra panas seperti teh atau wedangan di atas jam 10 pagi. “Kalau memang ingin minuman dingin seperti es krim atau yang mengandung es, baiknya dikonsumsi di antara jam 2 – 5 sore karena di jam-jam tersebut, tubuh sudah diisi makanan lain, otot sudah bergerak cukup banyak setidaknya beberapa jam sejak bangun tidur, asal jumlahnya tidak berlebihan. Dikonsumsi di jam-jam makan siang bukan pagi atau malam hari.”urainya.

Mbak Janti juga mengingatkan agar kita mengonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung air seperti mangga, semangka, berry’s, dan lemon. Menurutnya lemon bisa digunakan sebagai campuran minuman maupun sebagai perasan buah-buahan lainnya sebelum dikonsumsi. Untuk sayur-sayuran, Mbak Janti merekomendasikan untuk mengonsumsi sayuran hijau baik hijau muda maupun gelap seperti kale, brokoli, zukini, ketimun dan selada. Selain itu bisa juga mengonsumsi sayuran yang cenderung agak pahit seperti pare, daun dan bunga papaya karena sekaligus bisa digunakan untuk mendetoks tubuh.

Sementara itu makanan yang sebaiknya dihindari adalah makanan pedas karena identik dengan panas atau api. Makanan yang dikonsumsi sebaiknya bersifat mendinginkan (cooling) seperti makanan yang ada kuah, tidak terlalu panas, suhu ruangan seperti makanan lokal misalnya lodeh dan brongkos. Kemudian makanan yang sifatnya mentah (raw) seperti salad sifatnya juga mendinginkan. Janti merekomendasikan salad dengan dressing (cocolan/saus) tidak terlalu asam. “Justru kalau cuaca seperti ini, yang diperlukan adalah makanan yang cenderung manis. Rasa manis karena manis itu soothing, memberikan kenyamanan untuk suasana badan dan perut atau pencernaan.”ungkapnya.

Tips khusus lainnya yang dibagikan Mbak Janti, akan lebih baik lagi apabila kita mengetahui elemen tubuh kita berdasarkan ilmu ayurveda. Mbak Janti menuturkan bahwa ilmu ayurveda membagi tubuh dalam beberapa elemen yaitu pitta yang merupakan elemen api dan udara, lalu vata yang merupakan elemen udara dan ruang dan kapha yang merupakan elemen air dan tanah. Elemen-elemen tersebut mempunyai kebutuhan-kebutuhan khusus. “Untuk mengetahui elemen tubuh kita, bisa dengan melalukan tes. Dengan melakukan tes tersebut nantinya akan diketahui elemen yang lebih dominan. Lalu kalau kita berobat ke dokter ayurveda juga bisa didiagnosis elemen tubuh kita berdasarkan bentuk mata, cara jalan, kerangka tubuh, tulang, jenis rambut, jenis kulit. Semua akan terlihat karena dari orang satu ke orang lain pasti berbeda.”ungkapnya.

Nah, berdasarkan elemen tubuh ini, orang yang paling tidak tahan dalam kondisi cuaca panas seperti ini adalah orang dengan karakter tubuh pitta atau api karena panas dengan panas. Sehingga orang dengan karakter pitta perlu untuk diberikan pendinginnya supaya lebih nyaman. Misalnya mulai dari cara pemakaian baju. Tidak mungkin menggunakan pakaian yang tebal, tetapi juga tetap tertutup, karena kulit tidak bisa terekspos terlalu banyak sinar matahari. Selain itu juga perlu melindungi kepala karena kepala sifatnya juga pitta. Kepala dan area mata maupun muka sifatnya adalah api. Jadi perlu diberikan perlindungan. “Kita bisa berupaya untuk melindungi dari terpaan panas misalnya dengan masuk ke dalam rumah, tidak bekerja di luar, kalau bekerja di luar dibatasi mungkin sampai jam 10 pagi. Lebih dari itu masuk ke dalam ruangan. Kalau memang harus ke luar, kita harus memakai pelindung seperti kacamata gelap, tutup kepala, baju tertutup, dan seterusnya.”urainya.

Gimana Tabumania? Masih akan minum es di tengah terik matahari? Atau akan mengikuti saran dari Mbak Janti? Oh, hampir terlupa, Mbak Janti juga membagikan resep yang diambil dari bukunya Satwikarasa: Sebuah Jurnal Resep Makanan Berbasis Tumbuhan. Resep yang dibagikan Mbak Janti ini merupakan resep minuman yang memanfaatkan buah nanas dan bisa dinikmati kapan saja. Nih, salah satu resepnya,

Tepache Di Pina

Bahan:

2 buah nanas madu

1 batang kayumanis

4 – 5 kuntum cengkeh kering

1 – 2 kuntum bunga lawang

½ cup gula kelapa batok

1,5 – 2 liter air matang

Caranya:

Cuci bersih nanas yang masih berkulit. Lalu kupas dan sisihkan daging buahnya. Potong juga ‘mata’ nanas untuk dipakai bersama kulitnya. Masukkan kulit dan ‘mata’ nanas ke dalam pitcher atau jar atau toples bermulut besar. Tambahkan air matang dan masukkan rempah-rempah (kayumanis, cengkeh, bunga lawang). Tutup bagian atas dengan lap dan sematkan (ikat). Diamkan selama 72 jam maksimum. Bersihkan buih dengan sendok kayu setiap hari. Saring dan simpan dalam botol kaca, lalu masukkan ke dalam lemari es. Ketika menyajikan, tambahkan air untuk melarutkan atau es batu.

0 comments on “Cuaca Panas? Jangan Minum Es

Leave a comment